Pasca Naik 13,4 Persen, Ini Analisis Teknikal dan Fundamental Saham AUTO

Bareksa • 26 Apr 2018

an image
Sejumlah orang mengamati layar elektronik pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

Pada perdagangan Rabu, 25 April 2018, harga saham AUTO melonjak ke Rp1.860

Bareksa.com - Di tengah penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang anjlok 2,40 persen pada perdagangan Rabu, 25 April 2018, harga saham PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) justru mengalami lonjakan signfikan sebesar 13,41 persen dengan berakhir di harga Rp1.860.

AUTO menjadi saham peringkat ketujuh dengan nilai transaksi perdagangan terbesar senilai Rp234,59 miliar atau setara dengan 3,04 persen dari nilai keseluruhan transaksi yang terjadi di Bursa Efek Indonesia kemarin.

Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga anggota bursa yang menempati jajaran top buyer atau sebagai pemborong terbanyak saham AUTO yaitu Danareksa Sekuritas (OD) dengan nilai pembelian Rp63,33 miliar, kemudian Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp29,76 miliar, dan Mandiri Sekuritas (CC) Rp17,80 miliar.

Ketiga broker tersebut masing-masing berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan saham AUTO yaitu sebesar 27,00 persen, 12,69 persen, dan 7,59 persen.

Analisis Fundamental AUTO

Secara fundamental, anak usaha PT Astra International Tbk. (ASII) di bidang komponen otomotif ini membukukan kinerja yang cenderung stagnan pada kuartal pertama tahun ini. AUTO mengalami perlambatan yang tercermin dari penurunan tipis laba bersih sebesar 1,07 persen menjadi Rp 145,99 miliar pada kuartal pertama tahun ini, dari sebelumnya Rp 147,57 miliar pada kuartal pertama 2017.

Padahal dari sisi top line-nya, sepanjang periode Januari hingga Maret ini pendapatan bersih perseroan naik 10,56 persen menjadi Rp3,84 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp3,47 triliun.

Peningkatan pendapatan tersebut didukung oleh peningkatan penjualan lokal 9,03 persen menjadi Rp2,23 triliun pada kuartal pertama 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp2,04 triliun. Sedangkan penjualan ekspor produk usaha perseroan turun 6,19 persen menjadi Rp346,30 miliar pada kuartal pertama 2018 dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp369,14 miliar.

Sementara itu, beban pokok pendapatan tercatat naik 10,41 persen menjadi Rp3,33 triliun pada kuartal pertama 2018 dibandingkan dengan beban pokok pendapatan pada kuartal pertama 2017 yang sebesar Rp3,02 triliun.

Di sisi lain, perseroan juga berhasil memperoleh kenaikan kas menjadi Rp51,06 miliar sepanjang tiga bulan tahun ini, dibandingkan penurunan kas Rp54,15 miliar pada periode yang sama tahun lalu.

Kenaikan posisi kas tersebut pun disokong oleh lonjakan arus kas operasi yang naik lebih dari dua kali lipat menjadi Rp 356,93 miliar pada kuartal pertama 2018, dari sebelumnya Rp175,32 miliar. Hal tersebut menjadi indikasi positif bisnis perseroan yang menandakan adanya kenaikan penerimaan kas dari konsumennya dan akan berdampak semakin memperkuat posisi likuiditasnya.

Analisis Teknikal AUTO

Secara teknikal, candle AUTO pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body yang sangat besar menandakan adanya kenaikan signifikan pada saham ini meskipun terlihat adanya upper shadow cukup panjang yang timbul dari aksi ambil untung mengingat penurunan IHSG yang cukup tajam.

Volume mengalami peningkatan signifikan dalam dua hari terakhir yang mengiringi kenaikan saham AUTO menandakan adanya aksi akumulasi beli yang cukup besar pada saham ini.

Selain itu, indikator relative strength index (RSI) terlihat mulai bergerak naik meskipun mulai memasuki area jenuh beli. Namun mengingat posisi saham ini yang masih berada di sekitar area bottom-nya pasca downtrend yang cukup panjang, menandakan masih adanya potensi saham ini untuk menguat. (hm)

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut