Artajasa Batal IPO Karena Alasan Ini

Bareksa • 23 Mar 2018

an image
Refleksi pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (22/12). Menjelang libur Natal 2017 dan Tahun Baru 2018, IHSG mencatat rekor baru yaitu ke posisi 6.221,01 naik 37,52 poin atau 0,61 persen. (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

"Kita stop (rencana) IPO, meski respon pasar sangat baik"

Bareksa.com - PT Artajasa Pembayaran Elektronis Tbk pastikan tidak akan mencatatkan sahamnya di pasar modal lewat mekanisme initial public offering (IPO). Pasalnya, perusahaan telah mendapatkan alternatif pendanaan yang lebih baik.

"Kita stop (rencana) IPO, meski respon pasar sangat baik dengan demand lebih tiga kali, karena ada alternatif lebih baik," kata Direktur Utama Artajasa Bayu Hanantasena, saat dihubungi lewat pesan singkatnya, Jumat, 23 Maret 2018.

Sayangnya saat ditanya dari mana alternatif pembiayaan tersebut ia masih enggan menyampaikan. "Sementara itu yang bisa saya sampaikan," jelasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, dalam rencana IPO itu, perusahaan penyedia layanan transaksi elektronis itu telah menawarkan harga di kisaran Rp850-Rp1.250. Rencananya, Artajasa akan melepas sebanyak-banyaknya 437,50 juta lembar saham atau setara 20 persen dari jumlah modal yang disetor penuh perseroan.

Jika dihitung dari jumlah saham yang dilepaa maka perseroan akan mengantongi dana segar hasil IPO sekitar Rp371,8 miliar - Rp546,8 miliar. Menurut prospektus, 60 persen dari dana tersebut akan digunakan perseroan untuk pembelian peralatan dan perlengkapan teknologi informasi. Lalu sisanya sekitar 40 persen akan digunakan untuk memperkuat modal kerja.

Perseroan menargetkan mendapatkan pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 22 Maret 2018 dan masa penawaran umum akan dilangsungkan pada tanggal 23 dan 26 Maret 2018. Sementara pencatatan saham di Bursa Efek indonesia (BEl) direncanakan pada tanggal 29 Maret 2018.

Dalam IPO ini perusahaan telah menunjuk PT lndo Premier Sekuritas sebagai penjamin pelaksana efek dan PT CLSA Sekuritas Indonesia sebagai penjamin emisi efek utama.

Sebelumnya, pihak Artajasa sendiri berencana akan melakukan ekspansi bisnis layanan teknologi finansial (fintech).  Strategi itu dilakukan perusahaan seiring ketatnya persaingan di industri pembayaran.

Direktur Utama Artajasa Bayu Hanantasena  menilai, saat ini dengan makin berkembangnya teknologi, orang cenderung lebih memilih melakukan transaksi keuangan melalui ponsel ketimbang datang langsung ke Anjungan TunaI Mandiri (ATM).

“Artajasa lagi kembangkan itu, kita sudah mulai masuk terkoneksi ke arah digital termasuk fintech juga,” kata Bayu.

Dengan merambah ke bisnis fintech, kata dia, perusahaan di tahun ini bisa lebih leluasa dalam melakukan persaingan. Sehingga dengan mengembangkan bisnis baru tersebut, perusahaan penyedia ATM Bersama ini berencana tidak akan menambah banyak ATM baru

Adapun salah satu kerja sama dalam mengembangkan layanan fintech tersebut ia menerangkan akan bekerjasama dengan PT Aplikasi Karya Anak Bangsa atau Go-Jek, di mana perusahaan menyediakan fitur layanan Go-Bills. Selain itu, kata dia, perusahaan juga menggandeng beberapa bank untuk mengembangkan layanan digital. 

Sebagai informasi, Artajasa merupakan satu dari empat perusahaan penyelenggara transaksi elektronis di Indonesia yang dikenal dengan merek ATM Bersama. (K20)