Bareksa.com - Regulator Bursa menghentikan sementara (suspend) perdagangan PT Rimo Internastional Lestari Tbk (RIMO), karena harga saham merosot hingga 60,3 persen sejak awal November atau dalam waktu seminggu menjadi Rp254 dari sebelumnya Rp630.
Saham emiten yang baru berganti lini bisnis menjadi properti milik Benny Tjokrosaputro ini sudah melonjak lebih dari lima kali lipat sejak awal tahun. Namun, sejak 2 November 2017, saham ini secara berturut-turut anjlok melewati batas persentasi harian terbesar di pasar reguler sehingga terkena penolakan otomatis atau auto rejection. (Baca juga: Saham RIMO Turun 49,89% Dalam Dua Hari, Benny Tjokro Akui Tidak Ikutan Jualan)
Grafik: Pergerakan Harga Saham RIMO 31 Oktober- 7 November 2017
Sumber: Bareksa.com
Berdasarkan pantauan Bareksa terhadap data perdagangan Bursa, sejak awal November, Bosowa Sekuritas (SA) menjadi penjual terbesar dengan melepas 245.564 lot saham RIMO pada harga rata-rata Rp447,3 per saham senilai Rp10,8 miliar. Nilai transaksi yang dilakukan oleh SA setara 4,5 persen jika dibandingkan seluruh transaksi saham RIMO yang mencapai Rp243,6 miliar.
Sementara penjual terbesar kedua adalah Valbury Asia Securities (CP) dengan menjual 161.363 lot saham RIMO pada harga rata-rata Rp594,1 per saham, senilai Rp8,9 miliar.
Seperti diberitakan sebelumnya, Benny Tjokrosaputro, pemegang saham pengendali emiten tersebut, telah menjual separuh dari kepemilikannya di RIMO dalam waktu tujuh bulan terakhir. Berdasarkan keterbukaan informasi per 1 November 2017, Benny hanya memiliki 37,96 persen saham RIMO dari sebelumnya 76,47 persen per 31 Maret 2017. Secara bertahap, berdasarkan penelusuran Bareksa, Benny berhasil melepas 12,97 miliar saham atau 12,9 juta lot saham RIMO dalam periode tujuh bulan.
(Baca Juga: Kurangi Porsi Kepemilikan RIMO, Benny Tjokrosaputro Kantongi Rp3,85 Triliun)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.