Bareksa.com - Indeks Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Rabu (25 Oktober 2017) mencapai rekor tertingginya sepanjang sejarah (all time high) dan menembus level 6.000. Meskipun demikian, pertumbuhan indeks saham-saham di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak awal tahun ini masih tertinggal dibandingkan dengan sejumlah bursa di Asia.
Kemarin, IHSG ditutup di level 6.025 setelah menguat 1,23 persen. Dengan level penutupan tersebut, sejak awal tahun ini (year to date) IHSG telah mencetak pertumbuhan 13,8 persen.
Meskipun demikian, pertumbuhan ini masih dinilai lebih rendah dibanding indeks di negara lain baik di negara maju maupun negara berkembang. Bahkan, menurut pantauan Bareksa, pertumbuhan indeks sejak Januari hingga saat ini masih berada di bawah rata-rata pertumbuhan indeks dunia yang bertumbuh 14,98 persen.
Grafik : Perbandingan Pertumbuhan Indeks Dunia (persen)
Sumber : IDX, diolah Bareksa
Pertumbuhan indeks tertinggi diraih oleh empat bursa Asia, yakni Hongkong, India, Korea Selatan, dan Filipina secara berturut-turut menjadi indeks dengan performa terbaik di dunia. Sementara itu, dari Amerika Serikat, pertumbuhan indeks Dow Jones, yang beberapa kali juga memecahkan rekor di level 23.000, juga berada di atas pertumbuhan rata-rata dengan meraih posisi kelima terbaik di dunia.
Selain kenaikan suku bunga AS yang sudah direalisasi, salah satu katalis positif yang menopang laju indeks di Amerika Serikat ialah diumumkannya kebijakan pemangkasan pajak perusahaan oleh Presiden Donald Trump dari 35 persen menjadi 20 persen.
Oleh sebab itu, sudah sangat wajar jika IHSG menembus level 6.000 sebagai level psikologis baru di tahun ini, mengingat secara global, indeks-indeks di dunia juga terus mencatatkan rekor barunya. (hm)