Anak Usaha DOID Tandatangani Kontrak Setara 63 Persen Pendapatan di 2016

Bareksa • 07 Aug 2017

an image
Sejumlah alat berat terlihat di situs tambang batu bara. (Peabody Energy/Wikimedia Commons)

BUMA mulai berproduksi pada lokasi tambang di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah pada kuartal IV tahun 2017

Bareksa.com – PT Delta Dunia Makmur Tbk (DOID) mengumumkan bahwa anak usaha utama perseroan yakni PT Bukit Makmur Mandiri Utama (BUMA) telah menandatangani kontrak jasa pertambangan dengan PT Pada Idi, anak usaha dari Petro Energy, suatu perusahaan yang bergerak di bisnis pertambangan dan energi.

Menurut keterangan perusahaan di Bursa Efek Indonesia,  Jumat 4 Agustus 2017, pekan lalu, BUMA diharapkan mulai berproduksi pada lokasi tambang Pada Idi yang terletak di Kabupaten Barito Utara, Kalimantan Tengah pada kuartal IV tahun 2017.

Kontrak jangka panjang ini diharapkan dapat memberikan kontribusi lebih dari 200 juta bank cubic meter (bcm) untuk volume pengupasan lapisan tanah dan lebih dari 15 juta ton batubara. Angka itu senilai lebih dari Rp 5 triliun, atau setara dengan kurang lebih US$ 385 juta, sepanjang jangka waktu kontrak. Nilai kontrak tersebut setara dengan 63 persen pendapatan DOID di 2016 yang sebesar US$ 611 juta.

Kontrak ini merupakan peluang bagi perseroan dan BUMA untuk membangun hubungan jangka panjang yang solid dengan pemain batubara baru yang memiliki aset batubara berkualitas baik dan diminati pasar.

Perseroan melihat adanya peluang jangka panjang melalui hubungan strategis dengan Petro Energy. Hal ini sejalan dengan strategi perseroan untuk menjalin hubungan dengan pelanggan yang memiliki potensi yang berkelanjutan dan pertumbuhan jangka panjang.

***

Mengenai target pertumbuhan hingga akhir tahun, manajemen menjelaskan produksi DOID diperkirakan akan berada di kisaran 360-400 juta BCM overburden dan produksi batubara sebanyak 45-50 juta ton.

Sebelumnya, DOID telah meningkatkan volume pertumbuhan penjualan kontrak sebesar 36 persen menjadi 83,20 bcm berdasarkan kinerja lima bulan pertama di 2017.

Sektor batu bara memang semakin terdongkrak berkat mega proyek 35 ribu MW yang digagas pemerintah Presiden Joko Widodo. Sebab batu bara akan menjadi sumber tenaga untuk mesin pembangkit listrik dan terus mengalami peningkatan harga.

Sebagai gambaran, proyek mega listrik adalah proyek pemerintah untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Indonesia yang terpecah di berjuta-juta pulau. Pemerintah telah berkomitmen untuk merealisasikan proyek ini dalam jangka waktu lima tahun sejak 2014.

Sepanjang periode tersebut, pemerintah bersama PT Perusahaan Listrik Negara dan swasta akan membangun 109 pembangkit. Sejumlah 74 diantaranya akan dikerjakan oleh pihak swasta selaku Independent Power Producer (IPP) dengan total kapasitas 25,904 MW.