Berita / / Artikel

Lima Emiten Ini Mencatatkan Penurunan Kinerja Terdalam di Semester I 2017

• 02 Aug 2017

an image
Pengunjung melintas di depan layar pergerakan angka Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Hingga 1 Agustus 2017, lima saham ini catatakan penurunan laba paling besar

Bareksa.com- Laporan keuangan sejumlah emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) telah diumumkan. Di antaranya ada beberapa emiten yang membukukan kinerja sangat cemerlang, bahkan ada yang labanya melonjak lebih dari 1000 persen tapi ada juga yang merugi berkali-kali lipat.

Dari catatan Bareksa, lima emiten yang mencatatkan penurunan laba terdalam pada semester I 2017 jika dibandingkan periode yang saham tahun sebelumnya adalah sebagai berikut;

1. Perusahaan milik taipan Hary Tanoesoedibjo, PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) yang mengantongi rugi Rp 29,3 miliar pada semester I 2017. Padahal pada periode yang sama tahun sebelumnya perusahaan ini berhasil mengantongi laba sebesar Rp 2,6 miliar.

2. Perusahaan semen PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) yang mencatatkan rugi melonjak 748 persen menjadi Rp 436 miliar pada semester I 2017. Pada semester I 2016, kerugian Holcim hanya Rp 51,4 miliar.

3. Maskapai milik pemerintah PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) yang kerugiannya di semester I 2017 ini semakin dalam. Angka kerugian Garuda pada periode 6 bulan pertama tahun ini sebesar Rp 7,3 triliun, atau membengkak 347,6 persen dibandingkan semester I 2016 yang sebesar Rp 831 miliar.

4. Perusahaan otomotif milik Grup Salim, PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS) juga mencatatkan kerugian di semester I 2017 sebesar Rp 340 miliar. Angka kerugian itu lebih dalam dibandingkan semester I 2016, di mana perseroan mencatatkan rugi Rp 93 miliar.

5. PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), produsen tinplate yang sebagian sahamnya dimiliki oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) ini juga mencatatkan kerugian. Pada Semester I 2017. Perusahaan yang biasa disebut Latinusa ini mencatatkan rugi Rp 6,6 miliar. Padahal di semester I 2016, perseroan masih mengantongi laba Rp 9,7 miliar.

Tabel: Penurunan Laba Perusahaan Semester I 2017

Sumber; Bareksa.com

Penyebab Kerugian

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, rugi yang dicatatkan BABP adalah akibat beban perusahaan yang melonjak 27 persen menjadi Rp 252 miliar di semester I 2017 dari sebelumnya Rp 198 miliar di semester I 2016. Kemudian beban administrasi MNC Bank naik sebesar 36 persen menjadi Rp 120 miliar dari sebelumnya Rp 88 miliar. Tidak berbeda beban tenaga kerja naik 13,8 persen menjadi Rp 107 miliar dari sebelumnya Rp 94 miliar.

Untuk SMCB, perusahaan mencatatkan kerugian melonjak hingga 8 kali lipat utamanya akibat anjloknya pendapatan perusahaan sebesar 10 persen menjadi Rp 4,28 triliun di semester I 2017. Pada periode yang sama di 2016, Holcim berhasil membukukan pendapatan Rp 4,77 triliun. Turunnya pendapatan akibat anjloknya penjualan semen sebesar 12,5 persen dari sebelumnya Rp 4 triliun di semester I 2016 menjadi Rp 3,5 triliun di semester I 2017. Padahal kontribusi penjualan semen terhadap total pendapatan perusahaan mencapai 81,7 persen pada semester I 2017.

Garuda Indonesia mencatatkan rugi hingga Rp 3,7 triliun akibat adanya rugi selisih kurs hingga Rp 118 miliar dari sebelumnya untung Rp 198 miliar. Selain itu, GIAA juga dibebani beban operasional penerbangan yang melonjak 20 persen menjadi Rp 16 triliun dari sebelumnya Rp 13,7 triliun. Bahan bakar menjadi pendorong utama naiknya beban operasional ini hingga 36,7 persen menjadi Rp 7,5 triliun dari sebelumnya Rp 5,5 triliun.

Tags: