Berita / / Artikel

Survei Analis: Apakah Pilkada DKI Putaran II Pengaruhi Pasar Modal?

• 18 Apr 2017

an image
Dua pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (kiri) didampingi Djarot Saiful Hidayat (kedua kiri) dan Anies Baswedan (kedua kanan) serta Sandiaga Uno (kanan) melambaikan tangan kepada pendukungnya seusai Debat Publik Pilkada DKI Jakarta putaran kedua di Hotel Bidakara, Jakarta. ANTARA FOTO/M Agung Rajasa

Sejumlah saham di sektor tertentu dan berkaitan dengan pasangan calon tertentu bisa mendapat sentimen

Bareksa.com – Pada tahun 2017 ini kursi kepala daerah provinsi atau Gubernur dan Wakil Gubernur kembali direbutkan. Salah satu yang diadakan dan ditunggu-tunggu adalah pemilihan kepala daerah (pilkada) DKI Jakarta.

Pilkada ini berlangsung ketat untuk putaran pertama sehingga harus dilanjutkan dengan putaran kedua dengan menyisakan dua pasangan calon yakni petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dan Djarot Saiful Hidayat serta pasangan Anies Baswedan dan Sandiaga Salahuddin Uno. Di berbagai media, baik televisi, koran, radio, yang menjadi bahan perbincangan justru pilkada Jakarta ini. Bahkan, di media sosial pun seperti Facebook, Twitter, Instagram, keramaian pilkada Jakarta juga tampak tidak hanya bagi warganya, tetapi juga warga daerah lain.

Pilkada DKI Jakarta menjadi sorotan yang sangat besar dari  berbagai pihak, selain karena DKI Jakarta merupakan ibukota dari Indonesia, pemilihan gubernur ini merupakan barometer bagi Indonesia. Pasalnya, merebut Jakarta hampir sama dengan merebut Indonesia. Sebagian besar keuangan Indonesia ada di Jakarta, sehingga salah kelola tentang Jakarta akan berdampak pada daerah lain di luar provinsi DKI Jakarta itu sendiri.

Seperti diberitakan di sejumlah media, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio menegaskan bahwa pengaruh politik di dalam negeri seperti pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta yang saat ini sedang ramai tidak mempengaruhi industri pasar modal. "Secara historis, politik tidak mempengaruhi kinerja industri, jangan dilihat secara harian, kinerja pasar modal itu yang dilihat tren kinerjanya," ujar Tito Sulistio.

Lantas bagaimana tanggapan para analis pasar modal sendiri melihat pengaruh pilkada DKI Jakarta tersebut?

Grafik: Survei Analis Terkait Pengaruh Pilkada DKI ke Pasar Modal

Sumber: Bareksa.com

Berdasarkan polling Bareksa terhadap 10 analis diperoleh hasil 70 persen menyatakan tidak adanya pengaruh pilkada atau tidak signifikan terhadap pasar modal dan sisanya menjawab berdampak cukup besar.

Senior analis Binaartha Sekuritas, Reza Priyambada menyampaikan bahwa pilkada DKI ini sebenarnya tidak terlalu banyak berpengaruh ke pasar modal. "Tapi untuk pilkada kali ini terlihat seolah-olah terpengaruh karena pelaku pasar mencoba menghubung-hubungkan dengan pasar saham," katanya ketika dihubungi Bareksa.

Dari sisi sentimen saham sendiri menurut Reza, jika pasangan Ahok-Jarot menang maka saham yang terkait dengan reklamasi, kesehatan, dan konstruksi akan mendapat imbas positif. Contohnya seperti PT Intiland Development Tbk (DILD), PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN), PT Indofarma Tbk (INAF), Kimia Farma Tbk (KAEF), PT Adhi Karya Tbk (ADHI), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA).

Baca juga: Proyek Reklamasi Jadi Topik Debat Cagub DKI 2017, Apa Pentingnya?

Sementara itu, jika pasangan Anies-Sandi yang menang maka saham-saham yang berkaitan dengan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG), PT Provident Agro Tbk (PALM) dan PT Adaro Energy Tbk (ADRO) dapat bergerak naik. Seperti diketahui, Sandiaga Uno merupakan salah satu pendiri Grup Saratoga.

Namun, hal ini masih perkiraan dan belum tentu benar, sehingga tetap harus perhatikan sentimen fundamental dan sentimen dari emiten tersebut.

Sama halnya dengan Reza, analis Oso Sekuritas Riska Afriani juga menyatakan bahwa Pilkada DKI Jakarta nampaknya tidak terlalu berpengaruh terhadap pergerakan saham di bursa Efek Indonesia, karena jika dilihat pergerakan IHSG dalam sebulan ini masih cukup stabil dan pasar optimis terhadap proyeksi perekonomian Indonesia.

Kestabilan tersebut juga terlihat dari transaksi investor asing yang terus membukukan aksi beli bersih. Dalam sebulan terahir, investor asing membukukan aksi beli bersih sebesar Rp13,95 triliun. Sejak awal bulan ini hingga hari ini 17 April 2017, IHSG juga bergerak menguat sebesar 1,07 persen dan sempat menyentuh nilai tertinggi sepanjang sejarah yakni di level 5,680.23 pada 6 April 2017.

Meskipun demikian, dua hari menjelang pilkada putaran kedua ini, perdagangan di bursa terpantau lebih sepi. "Hanya saja, mendekati pilkada ini market nampaknya sudah mulai wait and see terlihat dari perdagangan hari yang mulai terbatas," katanya. 

Dia menjelaskan bahwa khusus untuk hari ini saja (17 April 2017), nilai transaksi perdagangan di pasar reguler sebesar Rp3,64 triliun. Sebagian pelaku pasar juga sudah mulai melangsungkan aksi jual pada saham PT Astra International Tbk (ASII), PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI).

Menurut Riska, saham yang akan terpengaruh dari pilkada DKI yaitu saham-saham yang memiliki kapitalisasi besar, khususnya sektor perbankan yang merupakan sektor dengan kapitalisasi terbesar di Bursa Efek Indonesia. Namun, sentimen dari Pilkada nampaknya tidak akan berlangsung lama mengingat kestabilan politik Indonesia sudah cukup baik. (hm)

Tags: