Bareksa.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat pergerakan saham yang tidak wajar semakin banyak pada tahun lalu. Terdapat 128 kali penerbitan surat unusual market activity (UMA) di sepanjang 2016, naik dua kali lipat ketimbang jumlah UMA pada 2015 sebanyak 60 surat.
Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Anggota Bursa BEI Hamdi Hassyarbaini mengungkapkan, banyaknya jumlah penerbitan surat UMA pada 2016 tak lepas dari peningkatan transaksi. “Artinya, hal ini wajar. Semakin aktif transaksi, semakin banyak saham yang sebelumnya tidak aktif jadi ikut aktif dan langsung masuk alert di sistem pengawasan,” ujar Hamdi, Kamis, 12 Januari 2017.
Hamdi juga menegaskan, banyaknya penerbitan UMA bukan berarti menunjukkan adanya pelanggaran. UMA, lanjut dia, lebih kepada teguran kepada investor untuk mencermati pergerakan saham tertentu yang polanya di luar kebiasaan.
Nah, dari 128 surat penerbitan UMA itu, Bareksa menelusuri, setidaknya ada tiga saham yang paling banyak mendapatkan surat UMA. Ketiga saham tersebut antara lain saham PT SMR Utama Tbk (SMRU), saham PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk (BEKS), dan PT Indofarma (Persero) Tbk (INAF). Sepanjang 2016, tiga saham tersebut mendapat tiga kali surat UMA.
Untuk lebih jelasnya, mari kita simak bagaimana tren transaksi tiga saham itu di sepanjang 2016.
SMRU
Saham SMRU pertama kali mendapat surat UMA pada 4 Februari 2016. Saat itu harga saham SMRU berada pada level Rp126. Catatan tersebut turun 41,39 persen jika dibandingkan posisi 4 Januari 2016 Rp215.
Surat UMA kedua diterima SMRU pada 24 Mei 2016 saat harganya menjadi Rp270. Angka ini naik 114,28 persen sejak UMA pertama pada 4 Januari 2016.
Sementara, UMA ketiga terjadi pada 8 Desember 2016. Sejak mendapat UMA pada 24 Mei 2016, saham SMRU kembali turun hingga Rp174 pada 28 November 2016. Namun harga saham SMRU terus berbalik arah dan mencapai level Rp308 pada 8 Desember 2016.
UMA terakhir itu pun tak justru membuat saham SMRU berhenti. Saham ini terus bergerak naik hingga mencapai level tertinggi Rp380 pada 14 Desember 2016, sebelum akhirnya ditutup Rp340 di akhir penutupan perdagangan 2016. Informasi saja, hingga 12 Januari 2017, saham SMRU suda turun 14,7 persen dari Rp340 menjadi Rp290.
Grafik: Pergerakan Saham SMRU di Sepanjang 2016
Sumber: Bareksa.com
INAF
Saham INAF pertama kali mendapatkan pernyataan UMA pada 21 Januari 2016. Sejak awal tahun 2016, saham INAF memang bergerak atraktif. Puncaknya terjadi pada 20 Januari saat ditutup pada harga Rp255 per saham. Jika dilihat dari awal tahun yang masih berada pada level Rp160, saham INAF saat itu sudah naik 59,37 persen.
Pernyataan UMA kedua bagi saham INAF dirilis bursa pada 14 April 2016. Keterangan itu langsung membuat saham INAF turun 6,67 persen menjadi Rp700 dari penutupan 13 April Rp750. Dalam kurun waktu dua minggu pada bulan ini, saham INAF telah naik 65,88 persen dari posisi awal April Rp422 per saham.
Meski sudah mendapat UMA dua kali, saham INAF terus bergerak naik sampai akhirnya bursa kembali memberi pernyataan UMA pada 3 Oktober 2016 ketika menyentuh harga Rp2.510. UMA yang ketiga pun tetap tak menggerus harga saham INAF, bahkan sempat mencapai level tertinggi Rp5.200 pada 29 Desember 2016 sebelum akhirnya ditutup Rp4.680 pada akhir tahun 2016.
Sementara pada tahun ini, sejak diperdagangan 3 Januari 2017 hingga 12 Januari 2017, saham INAF telah mengalami penurunan 5,32 persen dari Rp4.700 menjadi Rp4.450.
Grafik: Pergerakan Saham INAF di Sepanjang 2016
Sumber: Bareksa.com
BEKS
BEKS juga sudah mendapat tiga kali pernyataan UMA. Pertama kali terjadi pada 15 Januari 2016. Saat itu, saham BEKS ditutup ke level Rp71. Jika dibandingkan dengan posisi harga saham pada awal tahun Rp53, maka harga saham BEKS sudah naik 33,96 persen.
UMA bagi saham BEKS kembali terjadi pada 13 Juli 2016. Setelah pernyataan itu, saham BEKS ditutup pada level Rp110 atau sudah naik 107,55 persen jika dibandingkan posisi awal tahun. Setelah itu, BEKS kembali mendapatkan pernyataan UMA pada 10 Agustus 2016.
Pernyataan UMA terakhir, terjadi setelah saham BEKS memulai perdagangan dengan harga baru setelah pelaksanaan rights issue. Saat itu harga saham BEKS mencapai Rp121 per saham dari posisi Rp50 per saham pada 8 Agustus 2016.
Grafik: Pergerakan Saham BEKS di Sepanjang 2016
Sumber: Bareksa.com
Hingga akhir tahun 2016, saham BEKS berada pada level Rp57. Sementara pada tahun ini dalam periode 3 Januari hingga 12 Januari 2017, saham BEKS sudah naik 5,17 persen dari Rp58 menjadi Rp61. (hm)