Saham Ritel & Konsumer Apa yang Berpotensi 'Cuan' Menurut Analisis Teknikal?

Bareksa • 08 Jun 2016

an image
Pembeli memilih makanan dan minuman di salah satu pusat perbelanjaan di Tangerang, Banten, Kamis (17/7) - (ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga)

Pergerakan kedua sektor ini secara historis selalu naik selama periode puasa dan Lebaran selama 10 tahun terakhir.

Bareksa.com - Masa-masa berpuasa kali ini tampaknya tidak mengurangi minat investor berburu cuan (untung) di bursa saham. Dalam dua hari perdagangan selama bulan Ramadhan tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) selalu ditutup di zona hijau.

Berdasarkan analisis teknikal, IHSG membentuk pola rising wedge. Ini berarti potensi kenaikan IHSG sudah mulai terbatas. Hal ini diperkuat oleh indikator Stochastic Oscillator dan Relative Strength Index (RSI) yang mulai memasuki zona overbought.

Stochastic Oscillator dan RSI adalah indikator momentum yang membandingkan besaran kenaikan dan penurunan harga saham dalam rentang nilai 0 s.d. 100. Harga saham cenderung turun apabila telah memasuki area overbought dan cenderung naik apabila telah memasuki area oversold. Saham bisa dikatakan overbought bila mempunyai nilai RSI dan Stochastic Oscillator di atas 70 dan oversold jika berada di bawah 30.

Selain itu, volume perdagangan juga menunjukkan penurunan transaksi dalam dua bulan terakhir.

Grafik: Analisa Teknikal IHSG, 7 Juni 2016

Sumber: Bareksa

Meski demikian, terdapat beberapa saham yang masih berpotensi cuan, khususnya di sektor konsumsi dan perdagangan ritel. Pergerakan kedua sektor tersebut juga secara historis selalu naik selama periode puasa dan Lebaran selama 10 tahun terakhir. Sebab, kedua sektor itu akan mendapatkan sentimen positif dari peningkatan penjualan selama bulan suci umat Islam ini.

Apa saja sahamnya?

Saham sektor penjualan ritel

PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI) dan PT Ramayana Lestari Tbk (RALS) merupakan dua saham di sektor ini yang dapat menjadi pilihan investor. Berdasarkan analisis teknikal, pergerakan kedua saham ini diperkirakan akan menguat.

Saham MAPI mulai menanjak setelah tekanan jual investor berkurang pada awal bulan Juni ini. Investor tampaknya sudah mulai mengalami jenuh jual (oversold) dan berbalik melakukan pembelian saham MAPI. Hal ini terlihat dari peningkatan volume perdagangan sejak tanggal 1 Juni lalu yang volumenya di atas rata-rata.

Grafik: Analisis Teknikal PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI), 7 Juni 2016

Sumber: Bareksa

Selain itu, pola white opening marubozu yang muncul pada tanggal 3 Juni ikut mengkonfirmasi sinyal pembalikan arah ini. Pola white opening marubozu merupakan salah satu pola yang menunjukkan pembalikan tren dari tren pelemahan sebelumnya yang dialami saham MAPI.

Saat ini, saham MAPI tertahan di resisten Rp4.200. Saham MAPI harus mampu menembus level resisten tersebut jika ingin melanjutkan tren penguatannya.

Sementara, untuk saham RALS terlihat adanya pola double bottom. Pola yang berbentuk huruf W tersebut muncul setelah saham RALS mengalami dua kali koreksi panjang, yaitu pada periode 23 November-27 Januari 2016 dan 4 Maret-20 Mei 2016 lalu. Pola ini umumnya merupakan indikasi kuat suatu saham akan mengalami kenaikan. Terutama jika garis resisten di level Rp950 dapat dilewati (breakout resistance).

Grafik: Analisa Teknikal PT Ramayana Lestari Tbk (RALS), 7 Juni 2016

Sumber: Bareksa

Meski demikian, investor perlu mewaspadai indikator Stochastic Oscillator dan RSI yang telah memasuki zona overbought. Selain itu, saham RALS juga membentuk candlestick doji pada perdagangan kemarin yang berarti kenaikan harga saham akan tertunda.

Oleh karena itu, investor sebaiknya sedikit bersabar hingga penguatan saham RALS dikonfirmasi dengan dilewatinya garis resisten atau indikator Stochastic Oscillator dan RSI keluar dari zona overbought.

Saham sektor konsumser

Untuk sektor ini, PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) dapat menjadi pilihan investor. Kedua saham tersebut memiliki potensi kenaikan yang lebih besar dibandingkan saham sektor konsumer lainnya.

Saham INDF dalam dua bulan terakhir mengalami konsolidasi dalam rentang harga Rp6.800-Rp7.525 per saham. Secara teknikal, saham INDF membentuk pola cup and handle dalam satu tahun terakhir.

Grafik: Analisa Teknikal PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF), 7 Juni 2016

Sumber: Bareksa

Seperti halnya pola double bottom, pola cup and handle merupakan pola yang mengindikasikan suatu saham akan menanjak. Terutama jika garis resisten di level Rp7.525 dapat dilewati (breakout resistance). Secara teoretis, harga saham INDF berpotensi menguat hingga ke level 9.500 dengan asumsi potensi kenaikan setelah breakout akan sama tingginya dengan tinggi dasar cup hingga puncak handle.

Meski memiliki potensi kenaikan yang besar, investor perlu mewaspadai indikator Stochastic Oscillator dan RSI yang telah memasuki zona overbought. Selain itu, saham INDF juga membentuk candlestick black candle marubozu pada perdagangan kemarin, yang berarti saham INDF masih memiliki kecenderungan melemah dalam jangka pendek.

Seperti halnya INDF, saham HMSP juga memiliki potensi kenaikan yang menjanjikan. Terlebih, pergerakan saham HMSP pada awal bulan Juni telah menembus resisten (breakout resistance) pola falling wedge di level harga Rp5.100.

Grafik: Analisa Teknikal PT HM Sampoerna Tbk (HMSP), 7 Juni 2016

Sumber: Bareksa

Dilewatinya garis resisten pola falling wedge merupakan indikasi kuat bahwa investor sudah memiliki keyakinan untuk melakukan pembelian saham HMSP. Hal ini didukung volume perdagangan saham HMSP yang sempat naik signifikan pada akhir April lalu. Selain itu, indikator RSI juga secara jangka panjang juga menunjukkan tren menguat.

Dalam jangka pendek, saham HMSP akan menguji level resisten Fibonacci di harga Rp100.625 per saham sebelum melanjutkan penguatan harga lebih jauh. (kd)