Bareksa.com – Setelah beredar kabar rencana akuisisi Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) oleh Pemerintah Provinsi Banten, kemarin (26/11) BEI memasukan saham BEKS ke dalam Unusual Market Activity (UMA).
Bagaimana profil dan kinerja Bank Pundi selama ini? Analis Bareksa mencoba merangkumnya.
PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS) yang dulu dikenal sebagai Bank Eksekutif Indonesia ini didirikan pada 1993 dan melantai di BEI pada 2001. Bank yang sebelumnya berfokus pada nasabah korporasi ini kemudian berubah haluan menjadi berfokus pada segmen mikro setelah Recapital yang dikendarai Sandiaga S. Uno dan Rosan P. Roeslani masuk sebagai pemegang saham mayoritas pada 2010.
BEKS beberapa kali melakukan peningkatan modal baik melalui atau tanpa Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD/right issue). Sejak melantai di BEI, BEKS tercatat telah melakukan peningkatan modal ditempatkan sebanyak lima kali, di mana tiga kali melalui skema right issue sedangkan dua lainnya tanpa right issue. Terakhir kali, BEKS merencanakan akan melakukan right issue keempat dengan menerbitkan saham baru setara 25,82 persen modal disetor. Harga pelaksanaan Rp200 - 225 per saham sesuai prospektus yang diterbitkan pada 23 Oktober 2015. Right issue ini akan menunggu RUPSLB yang dijadwalkan berlangsung pada 30 November 2015.
Sebelum Pemprov Banten merencanakan akuisisi, akhir Maret lalu Bank Pundi direncanakan dibeli oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP), tapi batal. PT MNC Kapital Indonesia (BCAP) bahkan telah menyisihkan Rp100 miliar untuk dana cadangan modal di BEKS.
Sampai dengan saat ini, pemegang saham BEKS masih sama sejak masuknya Recapital dengan komposisi Recapital dengan 67,85 persen, IF Services Netherlands BV dengan 13,34 persen, Pershing sebesar 10,71 persen dan publik 8,1 persen.
Kinerja Keuangan BEKS
BEKS mencatat kinerja kurang menggembirakan pada kuartal ketiga tahun ini. Total asset BEKS pada kuartal ketiga 2015 tercatat turun 27,37 persen menjadi Rp 6,5 triliun disebabkan penurunan kredit terkait strategi BEKS memperlambat pertumbuhan usaha. Sementara itu, BEKS juga membukukan rugi bersih Rp 220,9 miliar. Selama periode 2010 – 2015, tercatat hanya dua tahun Bank Pundi membukukan laba. Hal ini disebabkan beban bunga BEKS yang melonjak, sementara kenaikan pendapatan bunga relatif rendah. Naiknya suku bunga Bank Indonesia tahun lalu menyebabkan biaya pendanaan menjadi mahal, sementara bunga kredit nasabah tidak dapat serta merta dinaikan karena meningkatnya risiko gagal bayar apalagi di tengah perlambatan ekonomi.
Grafik Kinerja Keuangan Bank Pundi (Rp Miliar)
Sumber : BEKS, Bareksa.com
Permodalan BEKS seperti tercermin dalam rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) juga terus turun dalam lima tahun yang mengindikasikan perlunya tambahan modal untuk menunjang pertumbuhan bank ke depan. Selain itu, meskipun cenderung turun, rasio kredit macet atau Non Performing Loan/NPL BEKS tahun lalu juga meningkat seiring dengan melemahnya kemampuan bayar kreditur.
Tabel Rasio Keuangan BEKS (%)
2010 | 2011 | 2012 | 2013 | 2014 | |
ROA | (12,9) | (4,8) | 1,0 | 1,2 | (1,6) |
ROE | (84,4) | (50,6) | 9,5 | 14,4 | (16,3) |
NPL | 51,0 | 9,1 | 10,0 | 6,8 | 6,9 |
NIM | 3,5 | 8,2 | 16,6 | 13,0 | 9,7 |
CAR | 41,4 | 12,0 | 13,3 | 11,4 | 10,1 |
Sumber : BEKS, Bareksa.com
Dua kali rencana akuisisi, dua kali masuk UMA
Pada 2015, sudah dua kali BEKS masuk Unusual Market Activity (UMA) atau terjadi peningkatan dan aktivitas di luar kebiasaan, yaitu ketika pada 8 April 2015 saat ada rencana akuisisi oleh PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP) dan kemarin 25 November ketika rencana akuisisi oleh Pemprov Banten.
Rencana akuisisi oleh BCAP mengirim harga saham BEKS naik 34,5 persen dalam sehari. Sedangkan baru-baru ini, harga saham BEKS kembali naik 35 persen akibat rencana akuisisi oleh Pemprov Banten.