Kinerja IHSG Negatif, Investor Asing Beralih ke Obligasi?

Bareksa • 30 Oct 2015

an image
Seorang karyawan mengamati pergerakan Indek Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta - (ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja)

Sejak awal tahun IHSG negatif 14,4 persen, investor asing melirik pasar obligasi

Bareksa.com - Banyaknya sentimen negatif tahun ini membuat imbal hasil di pasar saham nasional kurang maksimal. Sejak awal tahun, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) telah turun 14,4 persen dan arus dana asing yang keluar dari Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mencapai Rp 25,2 triliun. Kondisi ini membuat investor melirik instrumen investasi yang lebih aman. Salah satunya obligasi.

Grafik IHSG dan Arus Dana Asing

Sumber : Bareksa.com

Pasar obligasi Indonesia cenderung lebih resilien terhadap gejolak pasar dibanding pasar saham. Tatkala investor asing keluar dari pasar saham, di pasar obligasi justru terjadi pembelian bersih (net buy) yang mencapai Rp65,3 triliun sejak awal tahun. Hal ini mengindikasikan peralihan preferensi investor asing ke pasar obligasi.

Kepemilikan investor asing pada surat utang negara (SUN) bertambah dari Rp249,8 triliun menjadi Rp526,6 triliun dalam tiga tahun terakhir atau meningkat lebih dari dua kali lipat. Persentase kepemilikan investor asing juga naik dari 20 persen menjadi 37,3 persen. Tingginya persentase kepemilikan ini menunjukan minat yang tinggi terhadap pasar surat utang Indonesia.

Grafik Kepemilikan Asing di Surat Berharga Negara

Sumber : DJPRR, Bareksa.com  

Apakah pasar obligasi Indonesia masih menarik ke depannya?

Imbal hasil  (yield) obligasi pemerintah dengan tenor 10 tahun masih terbilang tinggi sebesar 8,6 persen per 29 Oktober 2015, di mana rata-rata setahun terakhir berada di level 8 persen. Yield yang tinggi dapat dimanfaatkan investor untuk masuk ke pasar obligasi.

Sumber : Bareksa.com

Peringkat surat utang Indonesia berdasar lembaga pemeringkat internasional Standard and Poor’s (S&P) saat ini BB+ atau masih di bawah investment grade. Namun, pada Mei lalu S&P meningkatkan outlook Indonesia dari ‘neutral’ menjadi 'positif'. Perubahan ini meningkatkan kemungkinan kenaikan peringkat surat utang Indonesia dalam 12 bulan ke depan, yang menjadikan Indonesia lebih menarik di mata investor asing.

Selain itu, beberapa ekonom memprediksi suku bunga Bank Indonesia akan turun tahun depan sehingga pasar obligasi Indonesia akan semakin menarik. (Baca juga : Ramai Pelonggaran Moneter, Indonesia Kapan?).