Bareksa.com - Perusahaan ritel PT Rimo International Lestari Tbk (RIMO) akan melakukan penerbitan saham baru (rights issue) dengan target raihan dana hingga Rp8,1 triliun. Aksi korporasi tersebut berpotensi menjadi sebuah backdoor listing karena dananya akan digunakan untuk mengakuisisi perusahaan properti yang asetnya lebih besar dari milik perseroan.
Dalam prospektusnya, RIMO mengumumkan rencana penerbitan 30,6 miliar saham baru dengan nominal Rp250 per lembar dan rasio 1:90 (pemegang 1 saham lama berhak atas 90 saham baru) dengan harga penawaran Rp265 per lembar. Bila pemegang saham lama tidak mengeksekusi haknya, kepemilikan sahamnya terdilusi 98,9 persen. Pembeli siaga aksi korporasi emiten ini adalah Haven Capital Pte Ltd, pengelola produk Haven Fund II.
Dana hasil rights issue sebesar 77,65 persen atau sekitar Rp6,25 triliun akan digunakan untuk mengakuisisi 99,99 persen saham PT Hokindo Meditama dan 21,43 persen untuk penyertaan modal di Hokindo Meditama, 0,83 persen untuk membayar kewajiban perusahaan dan 0,09 persen untuk modal kerja.
Memang, selama ini bisnis ritel yang dijalankan RIMO sedang kurang bagus dengan ekuitas negatif Rp60,7 miliar per 31 Maret 2015. Selain itu, sejak tiga tahun terakhir, perseroan membukukan rugi bersih, dan pada 2014 rugi bersihnya mencapai Rp4,77 miliar. "PT Rimo International Lestari Tbk perlu melakukan aksi korporasi yang signifikan untuk memperkuat struktur permodalannya," tulis manajemen RIMO dalam prospektusnya.
Mohamad Adityo Nugroho, analis Paramitra Alfa Sekuritas, menilai aksi ini kemungkinan besar dilakukan oleh perusahaan target akuisisi untuk 'go public' tanpa melalui penawaran saham perdana (IPO) atau biasa dikenal dengan backdoor listing.
"Lihat dulu posisi laporan keuangan target perusahaan yang akan diakuisisi. Hal itu akan menentukan prospek perusahaan ke depannya," katanya kepada Bareksa.
Terdapat sejumlah hal menarik yang terlihat di dalam prospektus ringkas perseroan di surat kabar. Aset RIMO sebelum rights issue hanya Rp17 miliar dan akan membengkak menjadi Rp8 triliun setelah aksi tersebut selesai. Hal ini yang menguatkan argumen adanya sebuah backdoor listing.
Selain itu, target perusahaan yang akan diakuisisi memiliki aset hanya berupa tanah kosong di luar Pulau Jawa. Hokindo hanya memiliki satu pusat perbelanjaan bernama Matahari Pontianak Indah Mall di Pontianak. Menurut hasil penilaian KAP, valuasi wajar aset-aset tersebut hanya Rp3,8 triliun, jauh lebih rendah dibanding nilai yang akan dibayar RIMO untuk mengakuisisinya.
Hal menarik lainnya, dalam aksi korporasi ini tidak ada penjamin emisi (underwriter). RIMO hanya menunjuk penasihat keuangan, yaitu Mark Asia.
Aksi korporasi ini akan dimintakan persetujuan pemegang saham pada 4 Agustus 2015. Sebagai informasi, pemegang saham perseroan saat ini adalah PT Optima Kharya Capital Securities sebanyak 15,35 persen, PT Inti Fikasa Securindo 14,90 persen, PT Rimo Indonesia Lestari 10,54 persen, Paul Isaac Palletimu 12,15 persen, dan Benny Setiamihardja 8,38 persen. Sementara investor publik memiliki 38,68 persen.
Sementara itu, pergerakan saham RIMO di Bursa Efek Indonesia saat ini masih dihentikan oleh otoritas karena sempat naik signifikan tanpa adanya perbaikan kinerja. Harga saham RIMO ketika terakhir diperdagangkan pada Rp190 pada 17 April 2014. (pi)