Indeks Harga Saham Hancur Karena Kisruh KPK-Polri? Ini Kata Analis

Bareksa • 26 Jan 2015

an image
Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Bambang Widjojanto (tengah) memberikan keterangan seusai menjalani pemeriksaan di Bareskrim Mabes Polri, Jakarta, Sabtu (24 Januari 2015). Bambang Widjojanto mengucapkan terima kasih kepada masyarakat yang telah mendukungnya dan KPK. (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Analis menilai koreksi IHSG lebih disebabkan faktor eksternal

Bareksa.com - Pada penutupan perdagangan hari Senin 26 Januari 2015, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok 1,2 persen ke level 5.260,02, dibandingkan penutupan perdagangan Jumat kemarin (23/1) yang berada di level 5.323,89. Apakah ini disebabkan konflik antara Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dengan Kepolisian RI yang memanas beberapa hari belakangan ini?

Menurut sejumlah analis yang diwawancarai Bareksa, perkelahian "Cicak vs Buaya" jilid III ini tidak berdampak signifikan pada pergerakan IHSG.

Harry Su, Kepala Riset Bahana Securities, mengungkapkan IHSG terkoreksi lebih karena faktor eksternal. “Bukan karena itu (konflik Polri-KPK) market turun, tetapi koreksi ini lebih karena apa yang terjadi di Eropa (Yunani). Jika karena konflik, maka seharusnya IHSG pada hari jum'at sudah terkoreksi karena kondisi internal saat ini sama dengan hari Jum'at,” katanya.

Jum'at minggu lalu,23 Januari 2015, IHSG naik hingga menyentuh rekor tertinggi sepanjang sejarah yakni 5.323,89 mengalahkan rekor pada 20 Mei 2013 yakni 5.214,98.

Sumber: Bareksa.com

Hal senada diutarakan Kepala Riset Universal Broker, Satrio Utomo. “Saat ini lebih karena kondisi regional yang sedang tidak bagus. Terkena sentimen negatif akibat terkoreksinya indeks Dow Jones,” ujarnya.

Satrio menjelaskan indeks Dow Jones anjlok 141 poin atau 0,79 persen pada hari Jumat kemarin akibat buruknya data-data keuangan AS yang baru dirilis diantaranya penurunan data indeks manufaktur Amerika dan data penjualan properti yang dibawah ekspektasi analis.

“Dalam jangka pendek, seminggu hingga dua minggu ke depan, sentimen ini akan menekan IHSG. Tapi untuk jangka panjang, IHSG akan dapat kembali menguat seiring bertambahnya aliran dana asing,” kata Satrio.

Dana asing kembali mengalir masuk ke Indonesia seiring merebaknya spekulasi soal pengucuran stimulus oleh Bank Sentral Eropa (ECB). ECB akhirnya memutuskan untuk memberikan stimulus dengan membeli obligasi senilai EUR60 miliar per bulan pada tanggal 22 Januari 2015. Investor asing pun mencatatkan net buy Rp2,39 triliun dalam dua hari perdagangan bursa berdasar pada data Bareksa.com. Padahal dari awal tahun hingga tanggal 22 Januari 2015, terdapat arus dana asing yang keluar sebanyak Rp3,22 triliun.

Sumber: Bareksa.com

Sementara menurut ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta kepada Bareksa.com, konflik antara Polri-KPK akan berpengaruh bagi kepercayaan investor kepada pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, tetapi efeknya tidak akan lama jika secara nyata terdapat perbaikan pada fundamental ekonomi.

Rangga pun mencontohkan, dahulu, ketika Jokowi melakukan pemilihan menteri, tersebar isu negatif atas alotnya pemilihan akibat lobi yang dilakukan oleh partai politik dan disebut juga terdapat daftar merah KPK kepada sejumlah calon menteri. Hal ini yang menimbulkan koreksi pada IHSG hingga setelah pengumuman calon tanggal 26 Oktober 2014 malam, IHSG kembali naik minggu berikutnya berdasar pada data Bareksa.com.

Sumber: Bareksa.com

Tetapi perlahan isu negatif tersebut tidak lagi menjadi masalah bagi investor setelah pemerintah menyampaikan kebijakan nyata akan pengalihan subsidi bahan bakar minyak (BBM) ke infrastruktur, tambah Rangga. Dari data Bareksa.com juga terlihat sejak pelantikan Jokowi-JK, IHSG naik 5,62 persen hingga menembus rekor tertinggi pada 23 Januari 2015.

“Jika terdapat indikator ekonomi yang membaik atas kebijakan yang diambil tim ekonomi Jokowi-JK, investor juga akan lupa atas isu negatif kali ini. Hingga hari ini jika ditanya, investor masih positif terhadap Indonesia, hal ini akibat kebijakan ekonomi yang dilakukan sebelumnya dalam hal subisidi BBM,” ungkap Rangga. (al,np)