Bareksa.com - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan dapat mencapai level 6.350 pada akhir Desember 2015, didorong dua katalis utama yaitu pemangkasan subsidi bahan bakar minyak dan berkurangnya risiko politik di Indonesia. Di saat yang sama, situasi global juga diperkirakan bakal mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Head of Equity Research Mandiri Sekuritas, John Rachmat, menjelaskan bahwa IHSG dapat melonjak sebesar 24 persen dari level penutupan tahun ini yang diperkirakan mencapai 5.350.
"IHSG bisa naik 24 persen karena harga BBM bersubsidi sudah dinaikkan dan ketegangan politik mereda. Apabila APBN-P disetujui DPR, berarti positif karena pemerintah sudah didukung DPR," dia memaparkan di Jakarta, 17 Desember 2014.
Selain itu, dia memperkirakan Koalisi Merah Putih akan semakin gembos di mana anggotanya kian banyak yang menyeberang ke Koalisi Indonesia Hebat, sehingga dukungan terhadap pemerintahan Jokowi-JK akan semakin solid.
Berkaitan dengan rating, John menjelaskan bahwa Standard & Poor's.belum menaikkan peringkat Indonesia menjadi 'investment grade' kembali, karena kebijakan pemerintah sebelumnya yang dinilai kurang progresif. Faktor lain yang menghambat adalah infrastruktur Indonesia yang belum berkembang.
"Namun, dua hal tersebut menjadi objektif dari pemerintahan baru saat ini. Pada April mendatang, outlook Indonesia bisa dinaikkan menjadi 'positif' dari sebelumnya 'stabil'. Dan hal itu bisa menaikkan profil IHSG," katanya.
Mengenai situasi global, John hakulyakin bahwa Bank Sentral Amerika Serikat tidak akan memberi sinyal menaikkan suku bunga pada rapat akhir pekan ini. Penyebabnya, Paman Sam belum pulih sempurna.
Dia menerangkan, besaran gaji karyawan di AS belum meningkat signifikan meskipun sudah ada banyak lapangan kerja baru sebagaimana terlihat dari data US Unemployment and Non-Farm Payrolls. Oleh karena itu, dia meyakini The Fed masih akan meredam tingkat inflasi dan tidak segera menaikkan suku bunga acuan.
"Belum ada sinyal The Fed akan menaikkan Fed Fund Rate, alasannya terlihat dari angka Non-Farm Payrolls yang masih flat. Selain itu, konsumsi AS juga masih datar," katanya.
Mengenai pilihan saham, dia melihat sektor perbankan masih akan menjadi primadona karena pertumbuhan ekonomi akan membuat bank meraih untung. Selain itu, sektor infrastruktur, konstruksi, dan properti, juga akan tumbuh baik. (kd)