Bareksa.com – Berbeda dengan indeks saham dan pasar obligasi yang mengalami penguatan, nilai tukar rupiah malah kembali ditutup melemah tipis menjadi Rp12.153 per dolar Amerika dari pembukaan di level Rp12.148 per dolar akibat masih besarnya spekulasi akan kenaikan suku bunga bank sentral AS di pelaku pasar.
“Pelaku pasar masih melihat potensi kenaikan suku bunga The Fed. Diperkirakan akan naik 25 basis poin di kuartal III-2015,” kata Kepala riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra.
Selain itu, Ariston juga menilai pelaku pasar masih menunggu imbas dari kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi terhadap neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan.
Sementara di perdagangan obligasi, terjadi penguatan di seluruh benchmark obligasi pemerintah yang menunjukan optimisme investor akan perbaikan ekonomi.
Obligasi jangka panjang tercatat mengalami penguatan tertinggi. Yield obligasi tenor 15 tahun (seri FR0071) turun 9,1 basis poin menjadi 7,96 persen dan yield obligasi tenor 20 tahun (Seri FR0068) turun 8,7 basis poin menjadi 8,09 persen berdasar pada data IBPA.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) pun ditutup menguat 29,72 poin atau 0,58 persen ke level 5.141,76 didorong kenaikan saham-saham sektor industri alat berat dan pertambangan yang menunjukan pembalikan arah.
Sementara, investor asing tercatat membukukan transaksi net buy sebesar Rp179,76 miliar dengan pembelian terbesar pada saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Astra Internasional Tbk (ASII). (np)