Bareksa.com - Yield obligasi benchmark 10 tahun mencapai level terendah dalam satu tahun terakhir yakni sebesar 7,81 persen didorong oleh sentimen positif atas turunnya defisit transaksi berjalan di Indonesia. Selain itu pemerintah juga sudah tidak lagi melakukan lelang obligasi.
Harga obligasi cenderung naik setelah pemerintah tidak lagi melakukan lelang obligasi pada tahun ini. Pemerintah sebelumnya membatalkan target lelang Surat Utang Negara (SUN) 11 November 2014 karena telah terpenuhinya target pembiayaan anggaran pendapatan dan belanja negara perubahan (APBNP) 2014. Sumbernya antara lain dari penerbitan SUN) ataupun Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) di pasar perdana dalam negeri mencapai Rp264,98 triliun.
Hingga lelang terakhir pada tanggal 4 November 2014, Pemerintah baru berhasil memperoleh hasil lelang sebesar Rp248,37 triliun dari penerbitan SUN. Namun target tetap terpenuhi karena tingginya hasil lelang dari obligasi, sukuk ritel serta obligasi dan sukuk global.
Seperti dalam penerbitan obligasi ritel indonesia (ORI) seri 011, Pemerintah menyerap dana sebesar Rp21,22 triliun padahal hanya menargetkan perolehan dana sebesar Rp20 triliun.
Grafik. Yield Obligasi Pemerintah Tenor 10 Tahun
Sumber: Bareksa.com
Semua ini merupakan efek dari kebijakan pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) yang mendapatkan sambutan positif oleh investor. Pasalnya kebijakan ini dapat mengurangi defisit di anggaran dan juga transaksi berjalan. Subsidi bbm akan dialihkan kepada sektor produktif yakni infrastruktur yang mendorong pertumbuhan ekonomi ke depan.
Selain itu, dengan naiknya harga BBM subsidi, konsumsi minyak mentah akan berkurang dan bisa menurunkan impor minyak dan gas. Bank Indonesia juga cepat melakukan antisipasi kenaikan inflasi akibat kenaikan BBM dengan menaikkan suku bunga acuan BI Rate sebesar 0,25 persen menjadi 7,75 persen. (al)