Bareksa.com – Investor asing membanjiri pasar obligasi sejak Presiden Joko Widodo hingga 6 November mencapai Rp17,9 triliun imbas dari iklim makro ekonomi Indonesia yang membaik serta rencana akan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Walaupun Indeks Harga Saham Gabungan mengalami penurunan 1,5 persen sejak pelantikan Presiden Joko Widodo hingga kemarin menjadi 4.965,39, investor asing juga masih bertahan di pasar saham tercermin dari nilai akumulasi pembelian bersih (net buying) sebesar Rp2,15 triliun dalam periode tersebut.
Grafik: Pergerakan Arus Dana Asing Pada Obligasi vs Pergerakan IHSG
Sumber: Bareksa.com
Inflasi di Indonesia pada tahun ini relatif rendah dimana pada akhir Oktober lalu secara bulanan hanya terjadi inflasi sebesar 0,47 persen. Pada September lalu juga pada neraca perdagangan kembali mengalami surplus $270,3 juta.
Selain itu juga pernyataan keseriusan akan Pemerintahan baru yang akan menaikan harga BBM menjadi sentimen positif investor. Ditengah inflasi rendah pada akhir tahun ini, kenaikan harga BBM tidak berpengaruh besar pada inflasi.
Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra kepada Bareksa.com memprediksi inflasi pada akhir tahun jika terdapat kenaikan BBM hanya menjadi sekitar 7,5 persen karena inflasi tahun ini rendah yakni diprediksi pada kisaran 5 persen. "Ini pertama kalinya dimana pada periode kenaikan BBM menyebabkan inflasi dibawah 8 persen."
Pasar obligasi lebih sensitif terhadap perubahan kondisi makro ekonomi seperti inflasi dibanding pasar saham. Sehingga pengaruh rendahnya inflasi lebih menjadi sentimen positif pada pasar obligasi.
Jika inflasi rendah maka tingkat suku bunga riil yang diterima investor semakin besar. Dan jika dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan asia tenggara, Indonesia merupakan negara yang paling besar spread antara yield obligasi dengan inflasi walaupun nilai tukar melemah. Karena pelemahan nilai tukar tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi juga dinegara-negara lain.
Sementara di pasar saham lebih dipengaruhi akan sentimen, dimana tarik ulur persoalan kenaikan BBM mendorong fluktuasi di pasar saham. (np)