Berita / / Artikel

Rupiah Masih Melemah, Investor Khawatir Amerika Percepat Kenaikan Bunga

• 02 Oct 2014

an image
Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta pada Rabu pagi tercatat Rp11.613 per dolar AS. (Antaranews.com/Yudhi Mahatma)

Saat ini dolar memang sedang menguat karena pengaruh perlambatan ekonomi Eropa

Bareksa.com - Minimnya berita positif dari internal, terlebih dengan defisit yang terjadi para neraca perdagangan Indonesia bulan Agustus 2014 sebesar USD0,31 miliar semakin menekan nilai tukar rupiah yang melemah akibat faktor luar negeri.

Menurut Ariston Tjendra, Head of Research PT Monex Investindo Futures, faktor eksternal akan adanya kemungkinan Amerika mempercepat peningkatan suku bunga lebih mempengaruhi pergerakan nilai tukar hari ini.

Pelaku pasar juga menunggu data non-farm payroll (NFP) dan data pengangguran Amerika yang akan dirilis Jum'at nanti.

"Selain itu, saat ini dolar memang sedang menguat karena pengaruh perlambatan ekonomi Eropa," ujar Ariston kepada Bareksa.com.

Kemarin, data CPI Eropa turun menjadi 0,3 persen dari 0,4 persen, dimana angka tersebut berada di bawah target European Central Bank (ECB) yang hanya di bawah 2 persen sehingga membuat Euro sempat melemah.

Dari faktor internal, selain karena defisitnya neraca berjalan mungkin juga karena faktor politik, tambah Ariston.

Nilai tukar rupiah terhadap dolar kembali melemah. Rupiah melemah hingga level Rp12.168 per dolar Amerika dimana sebelumnya sedikit menguat ke Rp12.117 per dolar Amerika karena adanya intervensi dari Bank Indonesia (BI).

Sementara itu, perdagangan surat utang negara (SUN) bergerak mixed. Hampir seluruh SUN benchmark mengalami kenaikan yield, namun hanya yield SUN tenor 10 tahun (FR0071) yang turun 1 bps ke 8,85 persen.

SUN 9 persen (Maret 2029) ini memang banyak diperdagangkan hari ini dengan frekuensi sekitar 51 kali dan volume mencapai Rp1,68 triliun sehingga menyebabkan harganya meningkat 13 bps ke 101,18 persen.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 3,33 poin ke level 5.140,91  dengan nilai transaksi mencapai Rp5,6 triliun dan penjualan bersih investor asing Rp529 miliar.

Sektor properti mengalami penguatan tertinggi yakni sebesar 1,27 persen sedangkan sektor infrastruktur mengalami pelemahan tertinggi sebesar 1,18 persen. (NP)

Tags: