Bareksa.com - Dalam lelang Surat Utang Negara (SUN) kali ini, pemerintah hanya menyerap Rp7,75 triliun dibawah target indikatifnya yakni sebesar Rp10 triliun. Padahal permintaan yang masuk mencapai Rp19,8 triliun, hampir dua kali lipat dari target.
SUN yang dilelang adalah penerbitan baru untuk dua seri Surat Pembendaharaan Negara (SPN) dan penerbitan kembali dua seri obligasi negara.
SPN yang diterbitkan yakni SUN SPN03150103 (Januari 2015) dan SPN12151001 (Oktober 2015) yang masing-masing nilainya diserap sebesar Rp1 triliun dan Rp3 triliun.
Sementara untuk obligasi negara dari tiga seri yakni SUN tenor 5 tahun (FR0069), tenor 15 tahun (FR0071) dan tenor 20 tahun (FR0068), Pemerintah hanya memenangkan seri FR0071, dan FR0068 masing-masing sebesar Rp2,8 triliun dan Rp0,95 triliun.
Yield rata-rata tertimbang yang dimenangkan untuk SPN03150103 dan SPN12151001 masing-masing sebesar 6,3 persen dan 7 persen, sedangkan untuk yield rata-rata FR0071 (Maret 2029) adalah 8,9 persen, dan FR0068 (Maret 2034) adalah 9,05 persen.
Adanya lelang turut mendorong adjustment pada pasar sekunder dari transaksi obligasi. Tercatat FR0068 (Maret 2034) paling banyak diperdagangkan dengan frekuensi 93 kali dan volume Rp1,16 triliun.
Tingginya yield yang dimenangkan dalam lelang mendorong penurunan harga obligasi sehingga yield FR0068 (Maret 2034) naik 10 bps menjadi 8,94 persen dibandingkan penutupan kemarin yang berada di level 8,84 persen.
Besok Pemerintah akan mengumumkan inflasi bulan September 2014 dimana analis memproyeksi nilainya akan turun menjadi 0,3 persen sehingga diprediksi Bank Indonesia (BI) tetap akan menahan tingkat bunga acuan dan akan menahan laju pelemahan pasar obligasi.
Nilai tukar rupiah hari ini bergerak sedikit menguat ke Rp12.117 per dolar Amerika dibandingkan penutupan kemarin dimana melemah pada Rp12.175 per dolar Amerika.
"Hari ini rupiah dibuka di level Rp12.170, dan sempat melemah hingga Rp12.185 per dolar Amerika," kata seorang currency dealer kepada Bareksa.com
Menguat tipisnya nilai tukar rupiah disebabkan adanya intervensi dari Bank Indonesia karena rupiah sudah menyentuh level Rp12.000 per dolar Amerika.
Indeks Harga Saham Gabungan melemah tipis ke level 5.141,61 dibandingkan penutupan kemarin yakni pada level 5.142,01.
Sektor konsumsi dan pertambangan mengalami pelemahan tertinggi sebesar 0,39 persen dan 0,29 persen. Sedangkan sektor aneka industri dan industri dasar mengalami penguatan tertinggi, yakni 0,53 persen dan 0,14 persen. (NP)