Bareksa.com - Hari ini, Senin (24/8/2020), harga emas baik di pasar global maupun pasar dalam negeri, kompak mengalami koreksi atau penurunan, meskipun tetap lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Data Bloomberg yang dilansir Kontan.co.id, harga emas di pasar spot pada pukul 14.05 WIB ada di level US$1.936,39 per troy ounce, alias melemah 0,21 persen dibandingkan penutupan sebelumnya. Sementara harga emas berjangka Comex untuk pengiriman Desember 2020, terkoreksi 0,29 persen ke level US$1.941,30 per troy ounce.
Penguatan kurs dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, dinilai menjadi salah satu penyebab harga emas cenderung melemah sejak sepekan lalu.
"Penguatan lebih tinggi pada dolar AS telah memberikan tekanan pada emas," ujar David Madden, Analis Pasar CM seperti dikutip kantor berita Reuters.
Sementara itu harga logam mulia 24 karat keluaran PT Aneka Tambang (Persero) Tbk atau Antam, pada hari ini, turun Rp4.000 per gram menjadi Rp1.023.000 per gram. Harga pembelian kembali atau buyback emas Antam hari ini menjadi Rp919.000 per gram.
Mengapa Emas Primadona?
VP Precious Metals Sales & Marketing Logam Mulia Antam, Iwan Dahlan mengatakan investasi emas masih menjadi primadona. Penyebabnya karena emas biasanya tidak terpengaruh inflasi sehingga lebih terkendali.
Ia menyampaikan belakangan, masyarakat lebih cenderung memilih investasi emas sesuai kebutuhannya agar bisa dilikuidasi sesuai nilainya. Umumnya, mereka memilih emas batangan dari 5 gram, 10 gram hingga 100 gram. Meski begitu, untuk pembelian emas dengan gram yang kecil atau di bawah 5 gram, juga banyak peminat.
Iwan menjelaskan ada beberapa faktor mengapa harga emas selalu meningkat bahkan hingga saat ini.
"Kita lihat dan berkaca pada sejarah tahun lalu itu di US$1.700 per troy ounce, bahwa itu ketinggian. Ternyata penyebabnya adalah perang dagang Amerika Serikat dan China yang memanas hingga saat ini," ungkap dia dilansir CNBC Indonesia.
Tidak hanya itu, kata dia, secara tidak langsung pandemi Covid-19 berdampak pada krisis di negara-negara baik di Amerika, Eropa dan beberapa negara tetangga. Hal itu pada akhirnya berpengaruh, sebab rata-rata mereka akan melindungi cadangan emas negaranya.
Di sisi lain pada dasarnya emas adalah komoditas barang tambang yang mungkin tidak bisa diperbaharui cadangannya. Semakin lama akan semakin tipis persedian dan hal ini berpengaruh terhadap nilai jual-beli.
"Semakin lama dia menambang, maka cadangannya akan turun, dan biayanya akan tinggi juga. Ini semuanya akan mendukung ke kenaikan harga emas semuanya dimulai dari fundamental ekonomi," kata Iwan.
Bareksa Emas
Ingin juga berinvestasi emas atau justru ingin diversifikasi investasi ke emas batangan? Jika tidak ingin repot membeli emas batangan atau logam mulia, bisa memanfaatkan fitur jual beli emas secara online kini sudah tersedia di BareksaEmas, yang bisa diakses melalui aplikasi Bareksa yang tersedia untuk ponsel (handset) berbasis iOS dan Android.
BareksaEmas, Bareksa telah bermitra dengan Indogold, yaitu pedagang emas online yang menyediakan fasilitas titipan. Indogold sudah mendapat izin OJK sebagai salah satu usaha pergadaian (untuk penitipan emas).
Selain itu, emas yang diperjualbelikan Bareksa melalui fitur BareksaEmas adalah logam mulia dengan kadar 99,99 persen yang diproduksi oleh ANTAM dan UBS. Emas batangan produksi ANTAM dan UBS sudah sering dijadikan alat investasi sehingga tidak perlu diragukan lagi keasliannya.
Sebagai tambahan informasi, BareksaEmas hadir bagi investor yang sudah terdaftar di Bareksa yang bisa membeli emas mulai dari ukuran 0,1 gram.
(AM)
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.