Bareksa.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan teknologi keuangan (financial technology) alias fintech telah mendukung upaya inklusi keuangan dan program pemerintah.
"Fintech membantu transformasi ekonomi digital, pada saat yang sama akan membantu inklusi keuangan, serta bisa menciptakan pendalaman pasar keuangan. Hal ini penting bagi pasar keuangan Indonesia yang stabil," kata Sri Mulyani dalam Peluncuran Annual Members Survey AFTECH 2021, Kamis 24 Maret 2022.
Menkeu juga menggarisbawahi fintech telah mendukung program pemerintah baik secara langsung dan tidak langsung. Sejumlah program pemerintah yang menggunakan layanan fintech termasuk penjualan Surat Berharga Negara Ritel, dengan fintech sebagai mitra distribusi SBN.
Baca juga 3 Tahun Berturut, Bareksa Raih Penghargaan Mitra Distribusi SBN Terbaik dari Kemenkeu RI
Selain itu, fintech juga berperan dalam penyaluran bantuan sosial non tunai di masa pandemi. Menkeu menyebutkan ada 5,3 juta penerima bantuan yang disalurkan melalui e-money telah mendapat transfer dari pemerintah. Dari jumlah itu, sekitar 12 persen atau 672.00 penerima program bantuan tidak punya rekening bank dan 41 persen adalah perempuan.
"Ini adalah upaya financial inclusion yang dilakukan fintech bersama pemerintah. Mereka yang selama ini unbanked, bahkan buta keuangan sekarang bisa menikmati layanan jasa keuangan," kata Sri Mulyani.
Di samping itu, fintech juga mendukung ekonomi riil dan produktif, termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Tidak hanya dari segi pemasaran agar menjangkau pasar lebih luas, fintech mendukung UMKM dari segi akses pembiayaan agar bisa meraih modal untuk bertumbuh lebih besar.
"Fintech diharapkan menjadi sumber manfaat bukan malapetaka. Kami harapkan AFTECH berkomitmen sinergi dan kolaborasi dengan seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung pemulihan ekonomi dan mengurangi kesenjangan dengan mereka yang kurang terlayani," pesan Menkeu.
Pada kesempatan yang sama, Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyampaikan bahwa fintech memiliki potensi yang sangat besar di tengah pandemi saat ini.
"Saat pandemi ini kita mengubah mindset menjadi digital minded, tidak butuh physical mobility. Makanya, perkembangan digital ini menjadi besar karena kita punya kebutuhan digital. Ini kesempatan potensi dan challenges yang harus kita manage," ujar Wimboh dalam sambutannya di acara tersebut.
OJK dan Asosiasi Fintech Indonesia (AFTECH), lanjut Wimboh, terus berdiskusi untuk berkolaborasi dalam pengembangan produk digital agar bisa bersaing di kancah internasional.
Saat ini, OJK telah membangun fintech center di beberapa universitas agar mendorong masyarakat, khususnya mahasiswa belajar mengenai teknologi finansial di sektor keuangan dan bisa lebih luas lagi.
Di samping itu, OJK mengawasi bagaimana perbankan secara luas, termasuk bank perkreditan rakyat (BPR) bertransformasi ke digital melalui kemitraan dengan pemain yang sudah besar. Menurut data OJK, sudah 52 bank menawarkan layanan digital dan 10 bank open banking, alias menjadi digital bank.
Lihat Ketua OJK, Wimboh Santoso : Potensi Fintech Sangat Besar, Ini Fokus OJK Dorong Transformasi Digital
(hm)
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.