Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi dan investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi Selasa, 12 Januari 2021.
Investor asing banyak membeli saham-saham Indonesia sehingga menopang pergerakan pasar saham pada 11 Januari 2021. Berita bahwa vaksin Covid produksi Sinovac asal China mendapat izin edar dari BPOM menjadi sentimen yang mendorong pasar saham kemarin.
Data perdagangan mencatat nilai transaksi di pasar saham domestik mencapai Rp 23,5 triliun. Investor asing mencatatkan aksi beli bersih beli bersih sebanyak Rp 2,4 triliun di pasar reguler.
Semaraknya aksi beli oleh investor asing dan geliat pertumbuhan serta makin aktifnya investor ritel di Tanah Air membuat IHSG melesat 2 persen dan tembus level 6.382,84. Tercatat 263 saham naik, 240 koreksi, sisanya 134 stagnan.
Sentimen vaksinasi Covid-19 yang positif membuat harga saham emiten farmasi bergerak liar. Saham PT Itama Ranoraya Tbk (IRRA), PT Indofarma Tbk (INAF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF) nilai kapitalisasi pasarnya melonjak lebih dari 20 persen. Sementara itu emiten farmasi lain PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) melesat 17 persen lebih.
Tampak pelaku pasar berspekulasi terhadap saham-saham tersebut. Kendati harga sahamnya sudah jauh melampaui nilai intrinsik perusahaan saat ini untuk beberapa emiten, tampaknya pesta masih terus berlanjut dan belum mau berhenti.
Sepanjang tahun 2021, IHSG berhasil membukukan keuntungan 6,75 persen. Pasar saham domestik sudah benar-benar pulih. Kini IHSG sudah berada di posisi yang lebih tinggi dibanding awal Januari tahun lalu ketika pasar belum terjangkit pandemi Covid-19.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan vaksinasi covid-19 akan dimulai pada Rabu (13/1). Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menjadi orang pertama di Indonesia yang divaksinasi.
Selain Jokowi, para menteri Kabinet Indonesia Maju juga akan disuntik pada Rabu besok. Setelah itu, tenaga kesehatan akan menjadi prioritas pemerintah untuk mendapatkan vaksinasi dibandingkan masyarakat lainnya.
Seluruh masyarakat nantinya akan mendapatkan vaksinasi secara gratis. Namun, prosesnya dilakukan secara bertahap.
Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan pemerintah menyiapkan dana sebesar Rp73 triliun untuk vaksin corona gratis. Jumlah tersebut sudah memperhitungkan pemberian vaksin gratis kepada seluruh masyarakat.
"Estimasi yang dilakukan butuh anggaran Rp73 triliun sendiri untuk vaksin ini," kata Sri Mulyani beberapa waktu lalu, dikutip CNN Indonesia Selasa (12/1).
Ia memastikan negara mampu memenuhi kebutuhan vaksinasi tersebut. Menurutnya, dana Rp73 triliun akan tersedia dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2021.
Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada perdagangan Senin (11/1/2021) kompak ditutup melemah, seiring dengan menguatnya selera mengambil risiko (risk appetite) pemodal di tengah perkembangan vaksin Covid-19.
Seluruh seri SBN kemarin cenderung dilepas oleh investor, ditandai dengan imbal hasil (yield) yang kompak mengalami kenaikan. Sementara itu, yield SBN berseri FR0082 dengan tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 8,3 basis poin (bps) ke level 6,312 persen kemarin.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga kenaikan yield menunjukkan harga obligasi yang turun. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.
Emiten tekstil PT Sri Rejeki Isman Tbk. (Sritex) berencana menerbitkan obligasi global (global bond) senilai US$325 juta. Dengan perhitungan kurs Jisdor 11 Januari 2020 di level Rp14.155 per dolar AS, maka obligasi global tersebut setara dengan Rp4,6 triliun.
Presiden Direktur Sri Rejeki Isman Iwan Setiawan Lukminto menyampaikan perusahaan akan menerbitkan obligasi global senilai US$325 juta dalam mata uang dolar AS.
Surat utang itu dijamin oleh PT Sinar Pantja Djaja (SPD), PT Bitratex Industries (BIS), dan PT Primayudha Mandirijaya (PMJ), sebagai anak usaha Sri Rejeki Isman atau Sritex.
"Surat utang akan ditawarkan kepada investor di luar wilayah negara Republik Indonesia," paparnya dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, Senin (11/1/2021).
Sementara itu, pada 23 Desember 2020, Moody's Investors Service menurunkan peringkat corporate family rating (CFR) Sri Rejeki Isman atau Sritex menjadi B1 dari sebelumnya Ba3.
* * *