Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi terkait ekonomi, pasar modal dan investasi yang disarikan dari berbagai media dan keterbukaan informasi, Jumat, 4 Desember 2020.
Rencana pemerintah untuk mendirikan Sovereign Wealth Fund (SWF) atau lebih dikenal dengan Nusantara Investment Authority (NIA) semakin terbuka lebar. Pembentukan lembaga keuangan ini juga bakal menggandeng sejumlah calon investor dari luar negeri.
Dua menteri, yakni Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan dan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir telah bertemu dengan calon investor di negeri sakura, Jepang.
Dalam akun Twitter resmi KBRI Indonesia di Jepang, @KBRITokyo disebutkan duet menteri ini telah bertemu dengan konglomerasi besar negara ini, seperti Mitsui & Co, Mitsubishi Corporation dan Sojitz.
"Pemerintah & pebisnis Jepang sambut baik inisiatif Nusantara Investment Authority," tulis akun tersebut, Kamis (3/12/2020). "Menkomarves & Menteri BUMN maraton bertemu di antaranya dengan CEO & ED Mitsui & Co, Chairman Mitsubishi Corp, serta CEO Sojitz Corp."
Dalam keterangan resminya siang ini, Heri Akhmadi, Dubes RI untuk Jepang mengatakan unjungan kedua menteri ini juga merupakan tindak lanjut dari kesepakatan Presiden RI dan PM Jepang di Bogor pada tanggal 20 Oktober 2020.
Harga obligasi pemerintah atau Surat Berharga Negara (SBN) pada Rabu (2/12/2020) mayoritas ditutup menguat, di tengah kenaikan kasus virus corona (Covid-19) di Indonesia yang kembali mencatatkan rekor tertingginya pada hari ini.
Mengutip CNBC Indonesia, mayoritas SBN ramai dikoleksi oleh investor, kecuali SBN tenor 1 tahun dan 15 tahun yang cenderung dilepas oleh investor.
Dilihat dari imbal hasilnya (yield), hampir semua SBN mengalami penurunan yield, tetapi tidak untuk yield SBN tenor 10 tahun yang merupakan acuan yield obligasi negara naik 3,1 basis poin ke level 6,209 persen dan yield SBN berjatuh tempo 15 tahun yang naik 0,5 basis poin ke 6,652 persen.
Yield berlawanan arah dari harga, sehingga penurunan yield menunjukkan harga obligasi yang naik. Demikian juga sebaliknya. Satuan penghitungan basis poin setara dengan 1/100 dari 1 persen.
Harga SBN kembali menguat di tengah kenaikan kasus virus Covid-19 di Indonesia yang kembali catatkan rekor tertingginya pada Kamis 3 November 2020. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) kasus baru Covid-19 tersebut membuat total konfirmasi positif di Indonesia menembus 557.877 orang atau bertambah 8.369 orang.
Dari total kasus tersebut, sebanyak 462.553 merupakan pasien sembuh, yang bertambah 3.673 orang dibandingkan dengan kemarin. Sementara itu, jumlah kasus kematian mencapai 17.355 orang, bertambah 156 orang dibandingkan dengan kemarin.
Hingga Kamis, kasus aktif Covid-19 mencapai 77.979 orang. Jumlah ini merupakan rekor kasus aktif tertinggi sejak penyakit mematikan ini mewabah. Penyakit mematikan ini telah menyebar ke 507 kabupaten/kota di 34 provinsi di Indonesia. Sebanyak 69.027orang masih dipantau oleh pemerintah karena berstatus suspek Covid-19.
Emiten penyedia jasa infrastruktur telekomunikasi, PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG) telah menyelesaikan penerbitan Obligasi Berkelanjutan IV Tower Bersama Infrastructure Tahap II Tahun 2020 dengan nilai emisi sebesar Rp 750 miliar.
Penerbitan surat utang tersebut terdiri dari nilai pokok sebesar Rp 295 miliar dengan tingkat bunga tetap 5,75 persen dengan tenor 370 hari dan sisanya, sebesar Rp 455 miliar dengan tingkat bunga tetap 7,25 persen untuk tenor 3 tahun. Bunga untuk obligasi ini akan dibayarkan setiap kuartalan.
Obligasi ini mulai dicatatkan di Bursa Efek Indonesia pada Kamis, 3 Desember 2020.
"Penggunaan dana dari penawaran ini setelah dikurangi biaya penerbitan akan digunakan untuk pembayaran sebagian kewajiban finansial dari Entitas Anak Perseroan, khususnya Fasilitas Pinjaman Revolving US$375 juta dari Credit Facilities yang ada," kata Helmy Yusman Santoso, CFO Tower Bersama, dalam keterangannya, dikutip Kamis (3/12/2020).
Sampai dengan 30 September 2020, total pinjaman (debt) Perseroan dalam mata uang US Dollar yang telah dilindung nilai diukur dengan menggunakan kurs lindung nilainya, adalah sebesar Rp 22,40 triliun dan total pinjaman senior (gross senior debt) sebesar Rp10,20 triliun.
Ekonom Indef Bhima Yudhistira Adhinegara menilai bahwa keputusan pemerintah memangkas libur akhir tahun bakal berimbas terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal IV. Hitung-hitungannya, ekonomi minus 1,5 persen dari proyeksi semula kontraksi 0,5-1,5 persen.
Revisi pertumbuhan dilakukan mengingat sektor yang terimbas pemangkasan libur akhir tahun tidak sedikit, seperti pariwisata dan industri turunannya termasuk hotel, penerbangan, dan restoran.
Menurut Bhima, sektor perhotelan masih akan tumbuh negatif hingga 30 persen pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya. Diikuti, restoran yang kontraksi sebesar 5 persen-6 persen.
"Saya kira (pertumbuhan) akan berubah, akan lebih ke batas bawah. Jadi, minus 1,5 persen karena sepanjang tahun momentum Natal dan Tahun Baru menjadi faktor musiman yang ditunggu oleh pelaku ritel," jelasnya, kepada CNNIndonesia.com pada Kamis (3/12).
Menurut Bhima, momen libur panjang Natal dan Tahun Baru umumnya bisa meraup pendapatan 30 persen dari bulan-bulan sebelumnya bagi pelaku usaha ritel.
Kalangan menengah ke atas yang biasanya menghabiskan uang dengan liburan akhir tahun pun bisa jadi mengurungkan niatnya untuk plesiran.
Bank Indonesia (BI) menargetkan pertumbuhan penyaluran kredit perbankan mencapai 7 persen hingga 9 persen di 2021. Target itu jauh lebih tinggi dari posisi penyalusoran kredit terakhir pada Oktober 2020 lalu yang tercatat minus 0,47 persen.
"Kami terus mendorong kredit perbankan dari sisi permintaan dan penawaran untuk mengatasi kredit. Pertumbuhan kredit pada 2021 dapat mencapai 7 persen sampai 9 persen," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam acara Pertemuan Tahunan Bank Indonesia 2020, Kamis (3/12).
Optimisme Perry tersebut didasari fakta bahwa sejumlah sektor mulai mencatat laju kredit positif. Menariknya, sektor tersebut masih memiliki plafon kredit di perbankan, sehingga penyalurannya bisa digenjot.
"Empat subsektor telah tumbuh kreditnya dan plafon kredit masih tersedia yaitu industri makanan dan minuman, telekomunikasi, logam dasar, serta kulit dan alas kaki," katanya.
Sementara itu, ia mengungkapkan 6 sektor membutuhkan insentif dari pemerintah agar plafon kredit yang tersedia di perbankan bisa dimanfaatkan. Sedangkan, 8 sektor lainnya tercatat membutuhkan penjaminan dan subsidi bunga dari pemerintah untuk mengatasi risiko penyaluran kredit.
Sepanjang November lalu, total kasus virus corona global mencapai 17,3 juta atau 5,6 juta lebih banyak dari Oktober. Angka ini merupakan rekor kasus bulanan tertinggi sejak pandemi melanda dunia.
Jumlah kasus virus corona di November lalu juga hampir sama dengan total kasus yang tercatat antara Maret dan Juli, menurut perhitungan TASS. Pertumbuhannya juga meningkat, dari 35 persen pada Oktober menjadi 38 persen di November.
Sementara angka kematian global akibat virus corona pada November 1,7 kali lebih tinggi dari Oktober. Sekitar 280.000 orang meninggal akibat Covid-10 sepanjang bulan lalu.
Namun, meskipun angkanya meroket, tingkat kematian terus menurun. Pada hari-hari awal pandemi, sekitar 3,6 persen dari semua kasus, sedangkan selama November hanya 2,7 persen.
Jumlah pemulihan tumbuh secara signifikan di November, sebanyak 8,5 juta orang atau 3,5 juta orang lebih banyak dibanding Oktober. Namun, persentase pemulihan lebih kecil, karena tingkat kasus yang tinggi, 64 persen berbanding 66,8 persen.
Situasi menjadi agak stabil di Eropa yang dilanda gelombang kedua wabah virus corona pada Oktober. Sementara di Amerika dan Asia, kasus Covid-19 mulai meningkat lagi.
Dana kelolaan reksa dana secara industri meningkat pesat sepanjang November 2020 yang disebabkan oleh berbagai sentimen.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan per November 2020, asset under management (AUM) reksa dana secara industri mencapai Rp547,84 triliun, naik 3,39 persen dibandingkan perolehan bulan sebelumnya Rp529,86 triliun.
Posisi dana kelolaan reksa dana akhir November ini juga telah melampaui posisi AUM awal 2020 yakni Rp537,32 triliun. Pun, jumlah AUM ini hanya terpaut sedikit dari capaian AUM tertinggi sepanjang sejarah yakni Rp553,26 triliun yang diraih pada Oktober 2020.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan pendorong kenaikan AUM industri reksa dana terutama disebabkan oleh reli Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada bulan November lalu. Ia pun mengakui memang terjadi kenaikan dana kelolaan produk reksa dana Panin AM khusus pada bulan lalu sebesar Rp1,19 triliun.
“Dana kelolaan Panin AM pada akhir Desember 2019 adalah Rp12,12 T, Oktober 2020 sebesar Rp12,05 triliun dan November 2020 sebesar Rp13,24 triliun,” ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (3/12/2020).
Dikutip dari statistik AUM hingga 30 November 2020, dana kelolaan Panin AM terkonsentrasi paling besar pada produk reksa dana saham sebesar Rp5,9 triliun, diikuti dengan reksa terproteksi sebesar Rp2,93 triliun.
* * *