Bareksa.com - Berikut sejumlah berita dan informasi yang disarikan dari berbagai sumber media dan keterbukaan informasi Senin, 21 September 2020.
Subsidi Gaji
Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) Ida Fauziyah mengatakan bantuan subsidi gaji/upah (BSU) tahap keempat sebanyak 2,8 juta calon penerima akan disalurkan pada Selasa (22/9/2020).
Hal ini, sesuai petunjuk teknis (juknis) yang diestimasi selama 4 hari kerja. Sementara data calon penerima gelombang IV ini telah diterima Kementerian Ketenagakerjaan sejak Rabu (16/9/2020), dari BPJS Ketenagakerjaan. "Iya penyaluran akan disalurkan Selasa," kata Ida kepada Kompas.com, Minggu (20/9/2020).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kemenaker telah menyalurkan subsidi gaji sebanyak tiga tahap. Dengan masing-masing, tahap I sebanyak 2,5 juta penerima subsidi, tahap II terdapat 3 juta penerima. Sedangkan yang masih berlangsung penyalurannya tahap III sebanyak 3,5 juta penerima subsidi gaji.
Sehingga total penerima mencapai 9 juta pekerja yang dengan kriteria sesuai Peraturan Menteri Ketenagakerjaan (Permenaker) Nomor 14 Tahun 2020. Yaitu, penghasilan di bawah Rp 5 juta, terdaftar aktif di BPJS Ketenagakerjaan serta memiliki rekening yang aktif.
Adapun tahapan penyaluran subsidi gaji dari penuturan Menaker sebelumnya adalah waktu empat hari dimanfaatkan untuk kembali menyesuaikan data tersebut (checklist). Setelah selesai dilakukan verifikasi data, pihaknya akan menyerahkan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) Kementerian Keuangan.
Harga Minyak Global
Harga minyak kembali terkoreksi di awal perdagangan pekan ini. Senin (21/9) pukul 07.00 WIB, harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Oktober 2020 di New York Mercantile Exchange ada di US$ 40,88 per barel, turun 0,56 persen dari akhir pekan lalu yang ada di US$ 41,11 per barel.
Koreksi harga minyak terjadi di tengah ketidakpastian tren pemulihan permintaan akibat pandemi Covid-19. Sebab, di beberapa negara, jumlah kasus Covid-19 masih melonjak.
Mengutip Bloomberg, Senin (21/9), pemerintah Inggris memperingatkan bahwa negara itu dekat dengan titik kritis saat kasus baru virus corona melonjak, dengan lebih banyak pembatasan, kecuali orang-orang mematuhi aturan untuk mencegah penularan virus corona.
Pekan lalu, harga minyak mentah berjangka AS naik 10 persen seiring langkah Arab Saudi yang mempertahankan pengurangan produksi minyak.
Suku Bunga Bank
Tren penurunan bunga perbankan terus berlanjut seiring dengan laju penurunan bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-day reverse repo rate (7DRRR). Walau pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) di bulan September 2020 bank sentral memutuskan untuk menahan bunga acuan di level 4 persen. Sejatinya BI7DRRR sudah turun sekitar 100 basis poin (bps) sepanjang tahun berjalan.
Hal itu pun direspon perbankan dengan menurunkan bunga deposito. Misalnya saja, menurut catatan BI per Agustus 2020 rata-rata bunga deposito sudah di level 5,63 persen. Posisi itu jauh lebih rendah dari akhir 2019 yang ada di kisaran 6,8 persen.
Walau sudah turun cukup banyak, beberapa bankir yang dihubungi Kontan.co.id tetap memperkirakan penurunan bunga akan tetap berlanjut. PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang per 17 September 2020 mencatat rata-rata bunga deposito ada di level 3,45 persen. Setidaknya sudah turun 100 bps.
"BCA turut serta mendukung stabilitas sistem keuangan dengan menetapkan kebijakan, termasuk suku bunga yang sesuai dengan kondisi pasar dan dengan mempertimbangkan aspek kompetitif," ujar Direktur BCA Santoso Liem, dikutip Kontan.co.id Minggu (20/9).
Lebih lanjut, di tengah tantangan pandemi Covid-19 ini nampaknya perbankan memang lebih rajin memupuk dana murah. Tentunya untuk menekan biaya dana alias cost of fund (CoF) di era kredit yang seret.
Harga Emas
Harga emas diperkirakan masih berpotensi menguat hingga tahun depan, ditopang oleh kondisi suku bunga rendah secara global.
Pekan ini, bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve menegaskan komitmen untuk mempertahankan suku bunga di level sekarang untuk jangka waktu yang lama. Komitmen The Fed inilah yang juga menopang harga emas dalam sepekan terakhir.
Harga emas menguat dalam dua pekan berturut-turut setelah merosot di awal September. Pada Jumat (18/9), harga emas spot berada di US$ 1.950,86 per ons troi, menguat 0,53 persen dalam sepekan. Sedangkan harga emas berjangka untuk pengiriman Desember 2020 di Commodity Exchange ditutup pada US$ 1.962,10 per ons troi, menguat 0,73 persen dalam sepekan.
Penguatan harga emas ini terutama karena pelemahan nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS). Indeks dolar yang mencerminkan nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama dunia melemah ke 92,93 pada akhir pekan ini dari 93,33 pekan lalu. "Harga emas masih berpotensi menguat karena dolar akan melemah," kata Edward Meir, analis ED&F Man Capital Markets kepada Reuters dikutip Kontan.co.id.
Dia menambahkan bahwa harga emas berpeluang menguat karena Federal Reserve dan stimulus dari bank-bank sentral dunia dan stimulus fiskal semua mengarah ke harga emas yang lebih tinggi. Rabu pekan ini, The Fed berjanji akan mempertahankan suku bunga acuan dalam jangka panjang.
Suku bunga yang rendah menyebabkan investasi emas menjadi lebih menarik karena instrumen dengan bunga tidak menawarkan yield yang tinggi. "Kami yakin potensi risiko masih menjadi potensi kenaikan harga emas dan memperkirakan harga akan berada di rata-rata US$ 2.000 per ons troi pada kuartal keempat dan US$ 2.125 per ons troi pada tahun depan," ungkap Suki Cooper, analis Standard Chartered.
Sementara itu, menurut situs logammulia.com, harga emas Antam hari ini 21 September 2020 tidak berubah di Rp1.023.000, dengan perubahan terakhir pada 20 September 2020 pukul 10:42 WIB.
Resesi Ekonomi
Ekonom senior Faisal Basri menilai perekonomian Indonesia akan menghadapi resesi ekonomi alias kontraksi perekonomian dalam dua kuartal beruntun. Namun, kondisi ekonomi Indonesia tidak akan separah negara lain.
Hal ini disampaikan Faisal dalam webinar Kelompok Studi Demokrasi Indonesia bertajuk Strategi Menurunkan Covid-19, Menaikan Ekonomi, Minggu (20/9/2020). Resesi, katanya, hanya tinggal menunggu waktu.
"Resesi sudah merupakan keniscayaan, tapi ekonomi kita tidak separah negara lain. Kita tinggal secara waktu tunggu resesi. Tapi resesi kita sangat dangkal, naiknya lebih cepat," kata Ekonom Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia ini.
Resesi ini tak lain disebabkan dari dampak pandemi Covid-19 yang menghantam hampir seluruh sektor usaha. Indonesia, sebagai negara yang pertumbuhan ekonominya sebagian besar masih dikontribusi oleh konsumsi rumah tangga dan investasi menghadapi tantangan agar pandemi dapat segera dikendalikan.
Sebelumnya, pada kuartal kedua tahun ini, mengacu data Badan Pusat Statistik, ekonomi Indonesia terkontraksi sebesar 5,32 persen. Kontraksi ini menjadi yang terendah sejak triwulan pertama 1999 di mana perekonomian Indonesia minus 6,13 persen.
Kerja Sama RI-AS
Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Steven T. Mnuchin dan Menteri Keuangan Republik Indonesia Sri Mulyani Indrawati menandatangani kerangka kerja sama memperkuat pembiayaan infrastruktur dan pasar keuangan.
Seperti dikutip dari laman webiste Kedutaan Besar dan Konsulat AS di Indonesia, https://id.usembassy.gov/, prakarsa kerja sama ini dirancang untuk mencapai tujuan bersama AS dan Indonesia guna mendukung pembangunan infrastruktur melalui investasi sektor swasta.
Di bawah kerangka kerja sama ini, AS dan Indonesia akan mengatasi hambatan regulasi, pasar, dan legalitas terhadap investasi sektor swasta dengan berfokus pada pembangunan instrumen keuangan, pembiayaan proyek, pasar utang lokal, dan pasar modal.
"Pembangunan infrastruktur sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi dan pemulihan jangka panjang dari dampak COVID-19. Kerangka kerja ini mendukung pertumbuhan ekonomi dan tujuan kita bersama dalam upaya menjawab kebutuhan infrastuktur melalui investasi berorientasi pasar sektor swasta," ujar Menteri Mnuchin.
Pertemuan pertama Kelompok Kerja di bawah perjanjian kerangka kerja ini akan diadakan secara virtual pada 22-23 September 2020.
Keterlibatan ini mendukung Strategi Indo-Pasifik Pemerintah AS yang lebih luas dengan melengkapi upaya yang sedang berlangsung di bawah Enhancing Development and Growth through Energy (Asia EDGE) dan Infrastructure Transaction and Assistance Network (ITAN).
Kartu Prakerja
Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja mencatat lebih dari 5 juta orang telah mendaftar program Kartu Prakerja gelombang 9. Adapun, pendaftaran Kartu Prakerja gelombang 9 telah dibuka sejak Kamis, 17 September 2020.
"Sampai siang ini sudah lebih dari 5 juta orang yang mendaftar di gelombang 9," ujar Head of Communications Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Louisa Tuhatu, seperti dilansir dari Tempo.co, Minggu (20/9/2020).
Seperti penerimaan program Kartu Prakerja gelombang 8, kuota peserta yang diterima pada gelombang ini juga sama yakni berjumlah 800.000 orang.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan telah terdapat 4,68 juta orang pendaftar yang memperoleh surat keputusan sebagai peserta Prakerja sejak gelombang 1 sampai gelombang 8 dan 3,4 juta orang di antaranya telah membeli pelatihan.
“2,4 juta orang telah menyelesaikan minimal satu pelatihan online dan 1,4 juta peserta sudah menerima insentif. Total insentif tersalurkan Rp1,7 triliun,” katanya.
Denni menjelaskan jumlah penyaluran insentif yang terbilang kecil disebabkan oleh ketentuan yang menyebutkan bahwa pencairan diberikan setelah peserta menyelesaikan pelatihan.
Selain itu, para peserta yang telah terpilih sebagai peserta Prakerja pun diharapkan segera memilih dan menjalankan pelatihan secara daring demi menghindari pembatalan kepesertaan.
Dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian No. 11/2020, peserta prakerja diharuskan memilih pelatihan dalam 30 hari sejak penetapan kepesertaan.
* * *