Bareksa.com - Penggunaan teknologi finasial (financial technology/fintech) meningkat pada masa pandemi virus corona (Covid-19), sehingga membantu memberikan solusi keuangan digital yang bisa mendorong pemulihan ekonomi Indonesia.
Sekretaris Jendral Asosiasi FinTech Indonesia (AFTECH) Karaniya Dharmasaputra menjelaskan industri fintech telah membantu transaksi keuangan, khususnya pada masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB). Tidak hanya individu, pebisnis usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sangat terbantu dengan kehadiran fintech payment yang mendukung transaksi pembayaran.
"Fintech payment membantu individu dan UMKM dalam bertransaksi semasa PSBB. Instrumen pembayaran uang elektronik (e-money) meningkat, sementara jumlah transaksi menggunakan ATM dan kartu debit menurun selama PSBB," ujar Karaniya dalam Webinar Virtual Innovation Day yang diselenggarakan Otoritas Jasa Keuangan bersama AFTECH, 24 Agustus 2020.
Mengutip data Bank Indonesia, instrumen e-money telah mencapai rekor tertinggi 412 juta pada April 2020, yang saat itu sedang dilakukan PSBB nasional. Menurut data Asia Pacific E-commerce and Payment Guide 2020, transaksi menggunakan ATM dan kartu debit turun menjadi sekitar 450 juta per April dibandingkan 550 juta pada Maret 2020.
Selain transaksi pembayaran digital, fintech pembiayaan (lending) telah berkembang dan membantu para individu serta UMKM mendapatkan pendanaan semasa pandemi. "Jumlah pinjaman yang disalurkan terus meningkat. Pada Juni 2020, jumlahnya mencapai Rp113,5 triliun, setara US$7,6 miliar, atau naik 152 persen dibandingkan setahun lalu (year on year)," kata Karaniya yang mengutip data OJK.
Selanjutnya, fintech investasi online (e-investment), tumbuh secara signifikan selama pandemi, sehingga menawarkan peluang baru bagi pembiayaan nasional. Karaniya mengutip data dari Bareksa, yang merupakan marketplace reksadana dan mitra distribusi untuk penjualan Surat Berharga Negara (SBN) secara online.
Dalam periode sembilan bulan (Oktober 2019-Juni 2020), jumlah dana kelolaan Bareksa telah meningkat 31 persen sementara dana kelolaan industri reksadana justru turun 13 persen. Dalam periode pandemi, Maret-Juni 2020, terdapat peningkatan signifikan pada dana kelolaan Bareksa, sementara industri hanya bergerak mendatar saja.
Selama pandemi ini, Bareksa juga mencatat rekor penjualan untuk SBN ritel online yaitu seri ORI017 yang melonjak 608,34 persen dibandingkan nilai penjualan seri sebelumnya, ORI016. Selain itu, jumlah investor ORI017 di Bareksa juga melesat 382,23 persen dibandingkan dengan jumlah investor ORI016.
Terakhir, fintech juga memainkan peran penting dalam penyaluran bantuan sosial dari pemerintah yang bertujuan mendorong pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Karaniya memberikan contoh kehadiran Kartu Pra-Kerja yang bekerja sama dengan fintech payment penyedia uang electronik untuk menyalurkan bantuan kepada para pengangguran dalam bentuk pelatihan online.
Di samping itu, fintech payment juga telah aktif dalam kampanye Bangga Buatan Indonesia dengan menyediakan solusi yang seamless, aman dan berdampak bagi UMKM. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah untuk meluncurkan stimulus nasional demi mendorong penggunaan produk-produk UMKM.
Kendala dan Harapan
Meskipun telah memberikan dampak besar dan berkembang pesat selama pandemi ini, fintech juga masih menemui kendala, terutama di bidang infrastruktur. Saat ini, akses kepada internet yang memadai paling banyak dinikmati oleh masyarakat di Pulau Jawa, khususnya daerah Jabodetabek.
"Masalah infrastruktur ini yang menjadi kendala, sehingga layanan fintech paling banyak dinikmati masyarakat di Pulau Jawa saja. Meski bukan ranah OJK, kami berharap lembaga pemerintah terkait bisa mendukung infrastruktur ini sehingga bisa mendorong perkembangan fintech luas," ujar Karaniya.
Kemudian, AFTECH merekomendasikan kerangka kerja peraturan yang lebih progresif, dengan melakukan kolaborasi untuk membuat kebijakan pengaturan yang harmonis. Harmonisasi dari rangkaian regulasi yang diterbitkan oleh berbagai lembaga pemerintah diperlukan untuk mengatasi kendala kebijakan, seperti tata kelola data, e-KYC, dan penyaluran bantuan sosial pemerintah melalui fintech.
"AFTECH berkomitmen untuk mendukung lebih jauh harmonisasi peraturan melalui Working Group yang diselenggarakan AFTECH," kata Karaniya.
Selanjutnya, literasi keuangan juga diharapkan bisa meningkat melalui inisiatif publik-swasta. AFTECH menyarankan upaya bersama dan menyelenggarakan aktifitas literasi finansial, termasuk mengembangkan mekanisme atau sistem lanjutan untuk memastikan dampak terukur bagi masyarakat.
Terakhir, kesenjangan kebutuhan pekerja profesional atau talent gap, terutama untuk bidang data analitik dan programer, perlu diatasi dengan cara berkolaborasi antara pemerintah, industri dan akademisi.
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.