Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) menyampaikan Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan II 2020 tercatat surplus US$9,2 miliar, setara Rp133,4 triliun (nilai tukar Rp14.500 per dolar AS). Sebelumnya, pada triwulan I 2020, NPI tercatat defisit US$8,5 miliar, setara Rp123,5 triliun (nilai tukar Rp14.500 per dolar AS).
"Membaiknya kinerja NPI tersebut didukung oleh menurunnya defisit transaksi berjalan serta besarnya surplus transaksi modal dan finansial," kata Onny Widjanarko, Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI dalam keterangan tertulis, Selasa (18/7/2020).
Ia menyampaikan sejalan dengan perkembangan surplus NPI tersebut, posisi cadangan devisa pada akhir Juni 2020 meningkat menjadi US$131,7 miliar, atau setara Rp1.909 triliun (nilai tukar Rp14.500 per dolar AS). Posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 8,1 bulan impor dan utang luar negeri pemerintah serta berada di atas standar kecukupan internasional.
Menurut Onny, defisit transaksi berjalan makin menurun, ditopang oleh surplus neraca barang serta berkurangnya defisit neraca pendapatan primer. Defisit transaksi berjalan tercatat sebesar US$2,9 miliar (1,2 persen dari PDB). Jumlah tersebut, lebih rendah dari defisit pada triwulan sebelumnya sebesar US$3,7 miliar, atau setara 1,4 persen dari PDB.
"Penurunan defisit transaksi berjalan tersebut bersumber dari surplus neraca perdagangan barang akibat penurunan impor karena melemahnya permintaan domestik. Di samping itu, defisit neraca pendapatan mengecil karena berkurangnya pembayaran imbal hasil kepada investor asing sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi domestik di triwulan II 2020 yang tercermin pada penurunan kinerja perusahaan dan investasi," kata Onny.
Sementara itu, defisit neraca jasa sedikit meningkat didorong oleh defisit jasa perjalanan karena kunjungan wisatawan mancanegara yang turun signifikan selama pandemi Covid-19. Di sisi lain, remitansi dari pekerja migran Indonesia (PMI) berkurang, sejalan dengan kontraksi pertumbuhan ekonomi dunia juga menahan penurunan defisit transaksi berjalan lebih lanjut.
Transaksi Modal dan Finansial
Transaksi modal dan finansial pada triwulan II 2020 mencatat surplus cukup signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, sejalan dengan meredanya ketidakpastian pasar keuangan global.
Surplus transaksi modal dan finansial tercatat US$10,5 miliar, terutama berasal dari aliran masuk neto investasi portofolio dan investasi langsung, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit US$3 miliar.
"Aliran masuk investasi portofolio meningkat dalam bentuk penerbitan global bond oleh pemerintah dan korporasi serta pembelian Surat Utang Negara (SUN). Berlanjutnya aliran masuk modal asing tersebut dipengaruhi oleh likuiditas global yang meningkat, imbal hasil instrumen keuangan domestik yang tetap menarik, dan terjaganya keyakinan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia," kata Onny.
BI menyebut investasi langsung turut menyumbang surplus pada neraca transaksi modal dan finansial, meskipun relatif melambat dibandingkan dengan capaian pada triwulan sebelumnya, sejalan dengan kontraksi ekonomi domestik. Transaksi investasi lainnya mengalami defisit dipengaruhi oleh pola kuartalan meningkatnya pembayaran pinjaman luar negeri yang jatuh tempo.
"Dengan langkah stabilisasi dan penguatan bauran kebijakan BI, berkoordinasi erat dengan pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), aliran masuk modal asing ke pasar keuangan domestik kembali membaik. Ke depan, BI senantiasa mencermati dinamika perekonomian global yang dapat memengaruhi prospek NPI dan terus memperkuat bauran kebijakan guna menjaga stabilitas perekonomian, serta memperkuat koordinasi kebijakan dengan Pemerintah dan otoritas terkait guna memperkuat ketahanan sektor eksternal," papar Onny.
(AM)
***
Ingin berinvestasi yang aman di reksadana dan diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.