Bareksa.com - Efforts and courage are not enough without purpose and direction--- John Fitzgerald Kennedy, 35th U.S President.
Setelah menyimak presentasi para petinggi anggota Komite Stabilitas Sektor Keuangan (KSSK) dan aktif berdiskusi dengan Wamenkeu Prof Suahasil Nazara pekan lalu, saya menilai pemerintah telah belajar banyak dari pengelolaan krisis keuangan global 2008 melalui penerbitan cepat Perpu 1/2020.
Selain mengantisipati kemungkinan paling buruk, Perpu juga mencakup upaya menekan aksi moral hazard yang mewarnai krisis sebelumnya yang sarat nuansa poltik. Gubernur BI menjelaskan kedua angka proyeksi rupiah hanyalah untuk dasar merancang stimulus dalam keadaan berat dan sangat berat. Bukan sebagai target pemerintah.
Penjelasan penting untuk meredam salah paham.
Sumber : Budi Hikmat : This Shall Pass, But Not The Last. Still Stay in Cash
Stimulus pelebaran defisit 5 persen terhadap GDP diperlukan untuk menopang daya beli dan pembiayaan terutama bagi kelompok masyarakat yang paling terimbas penanganan wabah. Kami estimasi dampak moneter anggaran stimulus sekitar Rp1,24 triliun (lihat tabel). Ekspansi moneter ini memberi harapan
bagi investor saham sebab menunjukkan tambahan daya beli yang dikucurkan pemerintah dalam jangka pendek, penopang selagi harga komoditi anjlok.
Kepada Wamenkeu, kami sampaikan kekuatiran investor obligasi terkait peningatan supply risk SBN dan risiko penurunan peringkat. Beliau menyampaikan komunikasi dengan lembaga pemeringkat yang ternyata mengapresiasi stimulus pemerintah sebagai keputusan yang tepat. Terlebih mereka menilai selama ini Indonesia telah menerapkan disiplin fiskal yang ketat, berbeda bila dibanding sejumlah negara Amerika Latin.
Ini kabar baik. Selain itu dengan yield T-bond yang menurun dan investor asing dalam SBN telah keluar cukup banyak. Kami memantau ada indikasi aksi keluar investor asing mulai mereda dan malah mulai membeli.
Dalam waktu bersamaan, pembelian BI juga menurun. Pelemahan rupiah mungkin akibat persiapan pembayaran dividen untuk investor asing.
Selain menegaskan komitmen pemerintah untuk menjaga kestabilan sektor keuangan, Wamenkeu juga menyikapi wabah Covid19 ini membuka tabir banyak kelemahan kita yang harus diatasi. Mulai dari derita yang dialami pekerja harian di kota metropolitan yang terpaksa memilih pulang kampung sebab tidak mampu membiayai hidup di kota besar.
Tantangan koordinasi pemerintah pusat dan daerah terkait komunikasi dan logistik penanganan wabah, hingga keharusan mempercepat penguatan ekonomi regional untuk mengurangi beban Jakarta. Belum lagi penyediaan bahan baku industri farmasi ternyata sangat besar berasal dari impor.
Pemantauan terhadap variabel eksternal menunjukkan perbaikan khususnya suku bunga LIBOR dan corporate credit risk. Namun, indeks dollar global DXY menunjukkan penguatan. Jadi belum sepenuhnya aman.
Sebaiknya stay in cash. Purchasing manager index China dilaporkan membaik, memberi pelajaran bagi negara lain bahwa wabah Covid-19 dapat diatasi. Rasio total asset the Fed terhadap GDP dengan cepat melebihi ECB paska quantiative easing yang masif. Berarti dunia bakal terus dibanjiri oleh kelebihan likuiditas yang memicu gejolak nilai tukar dan re-leverage ala paska krisis keuangan global 2008. Ini bukan krisis terakhir. Namun investor domestik dapat belajar semakin mahir berinvestasi agar tidak tuwir sebelum tajir.
Salam investasi
***Penulis adalah Budi Hikmat, Direktur Strategi dan Kepala Makro Ekonomi PT Bahana TCW Investment Management.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.