Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Kamis, 21 November 2019 :
Lelang SBSN
Pemerintah akan melakukan lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara pada Selasa, 26 November 2019. Seri SBSN yang akan dilelang adalah seri SPN-S (Surat Perbendaharaan Negara - Syariah) dan PBS (Project Based Sukuk) untuk memenuhi sebagian dari target pembiayaan dalam APBN 2019.
Mengutip Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, beberapa seri SBSN yang akan dilelang antara lain SPN-S 15052020, PBS002, PBS026, PBS022, dan PBS015. Secara rinci, SPN-S 15052020 menawarkan imbalan diskonto, PBS002 5,45 persen, PBS026 6,625 persen, PBS022 8,625 persen, dan PBS015 8 persen. Dari seri yang akan dilelang itu, pemerintah menetapkan target indikatif Rp7 triliun.
Simpanan Perbankan
Nasabah tajir dengan simpanan lebih dari Rp1 miliar masih lumayan betah menaruh duit mereka di perbankan. Berdasarkan catatan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) per September 2019, dana pihak ketiga (DPK) perbankan tercatat tumbuh 7,47 persen (yoy). Nah, pertumbuhan dana simpanan nasabah tajir jauh lebih tinggi dibandingkan DPK secara keseluruhan.
“Pertumbuhan simpanan nasabah dengan nilai di atas Rp1 miliar masih sangat positif dengan pertumbuhan antara 7 persen sampai 8 persen,” kata Anggota Dewan Komisioner LPS, Didik Madiyono, dikutip Kontan.
Secara rinci untuk simpanan dengan nilai Rp1 miliar hingga Rp2 miliar mencatat pertumbuhan 8,2 persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya.
Sedangkan nilai simpanan lebih dari Rp2 miliar tumbuh 8 persen per September 2019, komposisi simpanan nasabah dengan nilai di atas Rp1 miliar ini juga mendominasi DPK industri perbankan dengan nilai mencapai Rp3.807,7 triliun atau setara 63,62 persen dari total DPK senilai Rp5.984,4 triliun
ETF
Reksadana yang unit penyertaannya dapat ditransaksikan di bursa atau exchange traded fund (ETF) semakin menunjukkan eksistensinya di industri reksadana. Penerbitan reksadana ini makin marak.
Hingga kemarin, ETF yang tercatat sudah mencapai 36 produk. Padahal di 2017 lalu jumlahnya hanya 10. Alhasil, dana kelolaan atawa assets under management (AUM) reksadana jenis ini pun melonjak 136 persen dari periode yang sama menjadi Rp15,2 triliun di Oktober 2019 ini.
Dikutip Kontan, Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI) Inarno Djajadi mengatakan, kenaikan signifikan dari jumlah produk dan AUM reksadana ETF ini terjadi karena jumlah manajer investasi yang meluncurkan produk ini kian banyak.
Jika sebelumnya hanya ada tiga manajer investasi yang menerbitkan ETF, kini sudah ada 16 manajer investasi. Hal yang sama juga membuat dealer partisipan bertambah dari dua menjadi enam diler.
UMKM
Salah satu masalah bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam memulai usahanya adalah permodalan. Seperti diketahui, regulasi di bank sangat ketat untuk pembiayaan dengan proses akuisisi yang mahal serta bank mensyaratkan adanya collateral atau jaminan bagi peminjam.
Investree menganalisis keuangan UMKM saat ini dari digital footprint mereka yang saat ini makin umum menggunakan payment digital dan cloud accounting.
"Pada bisnis cash flow base lending, saat ini UMKM yang makin digital (payment gateway, cloud accounting) bisa dilakukan kredit analisis dari digital footprint mereka," kata CEO Investree Adrian Gunadi pada acara Scale Up Asia 2019 yang diselenggarakan oleh Endeavor Indonesia.
Gunadi menambahkan antara pemerintah dan swasta terutama UMKM perlu bermitra untuk membuat ekosistem yang kondusif untuk scale-up UMKM. Artinya perlu ada regulasi dari pemerintah namun tidak mengekang inovasi untuk mengembangkan bisnis.
Kartu Kredit Online
Marketplace produk keuangan Cermati.com
Fitur yang dinamakan Ajukan Kartu Kredit Online ini hanya membutuhkan waktu maksimal 3 hari kerja setelah pengajuan melalui Bukalapak untuk proses verifikasi dan pelengkapan dokumen. Hal ini ditujukan untuk memberikan kemudahan akses kepada masyarakat dalam mengatur keuangan dengan lebih efektif.
Untuk menjembatani hal ini, Chief Business Officer Cermati.com Carlo Gandasubrata menyampaikan “Cermati.com yakin bahwa kerjasama dengan Bukalapak dapat memberikan kemudahan akses memiliki produk keuangan secara online sekaligus meningkatkan literasi keuangan pengguna. Kedepannya, kami ingin terus mengedukasi masyarakat tentang manfaat kartu kredit untuk mengatur keuangan yang lebih ekonomis dan terkontrol.”
Sementara itu, Co-Founder and President Bukalapak Fajrin Rasyid menyambut baik kerjasama ini. “Bukalapak masih memiliki potensi besar dalam memperluas pasar pengguna kartu kredit melalui platform digital.
Hingga saat ini, terdapat 17 Juta pengguna Bukalapak yang belum pernah bertransaksi menggunakan kartu kredit. Oleh karena itu, kemitraan Bukalapak dengan Cermati.com kami pandang sebagai langkah strategis dalam menghadirkan alternatif bertransaksi yang aman, nyaman dan menguntungkan.”
Fajrin juga menambahkan, program yang diluncurkan mulai tanggal 14 November 2019 ini menargetkan tambahan nasabah hingga lima ribu pengguna pada kuartal pertama.
(AM)