Kinerja Reksadana Anjlok? Ini Pentingnya Pemilihan Saham dalam Portofolio

Bareksa • 15 Nov 2019

an image
Ilustrasi investor wanita sedang serius duduk di depan laptop melamun berpikir bingung untuk memilih produk investasi reksadana, saham, obligasi, surat utang yang cocok.

Reksadana saham dan campuran berisiko mengalami fluktuasi tinggi dalam jangka pendek karena aset saham di portofolio

Bareksa.com - Kinerja bursa saham domestik sepanjang tahun ini masih dibayangi tekanan yang cukup berat, sehingga belum bisa menghasilkan capaian yang memuaskan. Namun, investor reksadana saham yang berpandangan jangka panjang masih bisa bertahan dengan memilih strategi yang tepat.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sejak awal tahun hingga perdagangan kemarin tercatat masih terkoreksi 1,54 persen year to date (YtD).  IHSG cenderung bergerak volatil karena sentimen-sentimen negatif dari perang dagang Amerika Serikat (AS) dengan China dan kemungkinan terjadinya resesi global.

Performa IHSG yang cenderung mengecewakan tersebut menyebabkan kinerja reksadana, terutama reksadana saham dan reksadana campuran, belum mampu memberikan imbal hasil (return) yang baik bagi para investornya.

Berdasarkan data Bareksa, kinerja rata-rata reksa dana saham yang tercermin dari Indeks Reksadana Saham Bareksa tercatat anjlok 11,94 persen YtD. Sementara itu, Indeks Reksadana Campuran Bareksa sedikit lebih baik dengan kenaikan 1,28 persen YtD.

Pentingya Pemilihan Saham dalam Portofolio

Menurut analisis Bareksa, kurang tepatnya pemilihan saham-saham yang dijadikan aset dasar (underlying) dalam portofolionya menjadi penyebab turunnya kinerja reksadana sepanjang tahun.

Seperti diketahui, reksadana saham dan reksadana campuran adalah dua jenis reksadana yang paling berisiko mengalami fluktuasi tinggi mengingat keduanya berinvestasi di instrumen saham yang tentu memiliki volatilitas cepat.

Sebagai contoh, baru-baru ini kinerja kedua reksadana Narada Aset Manajemen mengalami kejatuhan dalam sejak awal pekan ini, yang tercermin dari penurunan nilai aktiva bersih per unit penyertaan (NAB/UP). Kedua produk ini memiliki aset berupa saham yang sangat berfluktuasi dalam jangka waktu pendek.

Perbandingan Return Narada Campuran I dan Narada Saham Indonesia Sebulan

Sumber: Bareksa

Menurut data Bareksa, reksadana Narada Saham Indonesia mencatatkan kinerja anjlok sejak awal bulan November ini dengan terlihat mengalami penurunan beruntun sepanjang bulan ini. Alhasil, dalam sebulan terakhir return reksadana ini ambrol 47,60 persen (per 14 November 2019).

Sementara itu, reksadana Narada Campuran I juga mengalami hal yang serupa. Dalam sebulan terakhir, reksadana ini negatif 42,38 persen (per 14 November 2019).

Setelah ditelusuri, mengacu pada data fund fact sheet per September 2019, kedua reksadana tersebut ternyata memiliki satu saham yang sama yaitu PT Terregra Asia Energy Tbk (TGRA).

Sebagai informasi, pergerakan saham TGRA sejak awal November ini juga mengalami pergerakan yang sangat ektrem. Dalam sebulan terakhir, saham TGRA sudah terjun bebas mencapai 71,59 persen.

Terkait kinerja bisnisnya, TGRA mencatat kerugian bersih Rp2,9 miliar pada sembilan bulan pertama tahun ini. Padahal, pada periode yang sama tahun lalu TGRA masih mampu meraup keuntungan sebesar Rp 1,17 miliar.

Sekretaris Perusahaan Terregra Asia Energy Christin Soewito menjelaskan, kerugian ini akibat oleh selisih kurs dolar Australia yang ditanggung oleh TGRA.

Jika menilik lebih lanjut pada laporan keuangan TGRA pada kuartal III 2019, emiten yang bergerak di bidang pembangkit listrik dan energi ini mencatatkan kerugian selisih kurs mata uang sebesar Rp3,72 miliar. Padahal, pada tahun lalu TGRA tidak mencatatkan keuntungan maupun kerugian selisih kurs mata uang.

Pendapatan TGRA juga turun. Hingga akhir kuartal III 2019, TGRA membukukan pendapatan sebesar Rp20,45 miliar. Pencapaian ini merosot 29 persen dari periode kuartal III 2018 sebesar Rp28,79 miliar.

Kondisi anjloknya saham TGRA jelas sangat berpengaruh besar terhadap reksadana yang memiliki saham tersebut dalam portofolionya, sebagaimana yang terdapat dalam dua reksadana PT Narada Aset Manajemen dalam fund fact sheet-nya. Oleh karena itu, kemahiran seorang manajer investasi dalam pemilihan komposisi saham yang akan menjadi underlying dari sebuah portofolio reksadana merupakan hal yang sangat penting, karena akan berkaitan langsung dengan kinerja reksadana yang dikelolanya.

Perlu dicatat bahwa reksadana campuran dan reksadana saham sangat direkomendasikan untuk investasi jangka menengah hingga panjang, yakni antara 3 tahun hingga di atas 5 tahun karena sifatnya yang high risk high return. Sehingga selalu sesuaikan investasi Anda dengan profil risiko, target investasi, serta jangka waktu investasi yang Anda rencanakan. Baca juga strategi investasi reksadana saat pasar saham anjlok di sini.

(KA01/hm)

* * *

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.