Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Selasa, 29 Oktober 2019 :
PT Bank Central Asia Tbk (BBCA)
Bank milik Grup Djarum ini membukukan laba bersih meningkat 13,0 persen YoY menjadi Rp20,9 triliun didukung oleh pencapaian kinerja operasional yang solid. Sejalan dengan pertumbuhan kredit BCA, pendapatan bunga bersih meningkat 12,2 persen YoY menjadi Rp37,4 triliun.
Pendapatan operasional lainnya naik 19,3 persen YoY menjadi Rp15 triliun, didorong oleh peningkatan provisi & komisi serta pendapatan transaksi perdagangan.
“BCA mencatat pertumbuhan kredit di berbagai segmen, serta membukukan peningkatan dana CASA. Kepercayaan nasabah pada layanan keuangan BCA telah mendukung pencapaian kinerja bisnis BCA yang berkelanjutan. Kami terus menciptakan inovasi-inovasi untuk memenuhi kebutuhan nasabah yang semakin berkembang,” tutur Presiden Direktur BCA, Jahja Setiaatmadja.
Total kredit meningkat 10,9 persen YoY menjadi Rp585 triliun dan NPL tercatat pada level 1,6 persen pada September 2019.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
Perseroan mencatatkan pertumbuhan kinerja yang berkualitas pada kuartal III tahun 2019. Pencapaian ini didorong oleh pertumbuhan rata-rata kredit konsolidasi yang mencapai 11,5 persen (YoY) atau mencapai Rp806,8 triliun pada September 2019.
Pertumbuhan kredit tersebut dibarengi dengan perbaikan kualitas, di mana rasio NPL gross turun 48 bps menjadi hanya 2,53 persen dibandingkan September tahun lalu. Perbaikan ini membuat Bank Mandiri dapat menurunkan biaya CKPN 6,27 persen.
Menurut Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi, pertumbuhan kredit yang diiringi dengan perbaikan kualitas kredit dan pengendalian biaya operasional melalui dukungan otomatisasi serta digitalisasi, membuat Bank Mandiri dapat mencatatkan laba hingga Rp20,3 triliun, naik 11,9 persen dibandingkan pencapaian pada periode yang sama di tahun lalu.
”Pertumbuhan Bank Mandiri saat ini lebih kami utamakan untuk sustainabilitas jangka panjang sehingga pengukuran kinerja tidak hanya diukur pada akhir periode tetapi juga saldo rata-rata. Metode ini mampu menjadikan pertumbuhan bisnis Bank Mandiri menjadi lebih sustain dan berkualitas sehingga mampu meberikan nilai tambah yang jauh lebih baik bagi pemegang saham,” kata Hery Gunardi.
Sukuk Hijau
Pemerintah kembali akan melakukan penerbitan Sukuk Hijau Global pada 2020 guna menggenjot pencapaian poin-poin dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Hal tersebut diungkapkan oleh Direktur Pengelolaan Dukungan Pemerintah dan Pembiayaan Infrastruktur dari Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan Brahmantio Isdijoso dikutip Bisnis Indonesia.
Menurutnya, penerbitan sukuk hijau global akan kembali dilakukan karena dampak yang ditimbulkan dari sisi pembiayaan proyek berbasis lingkungan cukup baik. Hal ini akan mempercepat pencapaian Indonesia dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Selain itu, penerbitan ini juga merupakan bentuk komitmen Indonesia yang menandatangani Kesepakatan Paris pada 2015. Pada perjanjian tersebut, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi karbon sebesar 41 persen pada 2030.
"Sukuk Hijau Global akan terus kami usahakan untuk terbit karena ini adalah salah satu flagship kami dalam pembiayaan berbasis lingkungan," katanya.
Meski begitu, ia belum dapat memastikan nilai pasti sukuk ataupun frekuensi penerbitan pada tahun depan. Keadaan pasar yang akan lebih dinamis pada 2020 membuat pihaknya berhati-hati dalam melaksanakan penerbitan ini.
BPJS Kesehatan
Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau BPJS Kesehatan menyatakan telah melakukan pertemuan dengan Ping An, perusahaan asuransi asal China yang sebelumnya memberikan tawaran bantuan evaluasi sistem teknologi informasi kepada badan tersebut.
Direktur Utama BPJS Kesehatan, Fachmi Idris menjelaskan itu merupakan hal yang lumrah jika pihaknya menyambut Ping An yang terlebih dahulu menawarkan bantuan. Kedua pihak pun akhirnya melakukan pertemuan, meskipun Fachmi tidak merinci kapan waktunya.
"Ini kan orang [pihak Ping An bersurat, pengen ketemu, pengen ngobrol, ya kami terima lah, ketemu, ngobrol, kami dengar," ujar Fachmi dikutip Bisnis Indonesia.
Dia menjelaskan dalam pertemuan tersebut BPJS Kesehatan dan Ping An saling bertukar pendapat, khususnya mengenai kondisi asuransi sosial di Indonesia. Dari berbagai hal, menurut Fachmi, evaluasi sistem teknologi informasi BPJS Kesehatan turut menjadi pembahasan.
"[Dalam pertemuan tersebut membahas] apa yang memang kami sudah punya, apa yang belum kami punya. Kalau pun belum kami punya sebetulnya apakah perlu [dipenuhi melalui kerja sama/bantuan] dengan Ping An atau enggak, itu saja," ujar Fachmi.
OVO
Guna mengimplementasikan QR Code Indonesia Standard (QRIS), PT Visionet Internasional atau yang lebih dikenal sebagai OVO telah menyiapkan strategi. Managing Director OVO Harianto Gunawan menyebut OVO aktif dalam proses sosialisasi, edukasi serta onboarding merchant QRIS di berbagai wilayah bersama Bank Indonesia.
"Untuk metode pembayaran QRIS, sesuai arahan Bank Indonesia akan dipusatkan bagi pelaku UMKM, sehingga pelaku ritel modern akan menggunakan metode pembayaran lain. Dalam perkembangan ke depan, hal ini tentu akan dikaji lebih lanjut," ujar Harianto dikutip Kontan.
Nah lewat QRIS ini, OVO fokus pada UMKM termasuk pedagang pasar. Sedangkan mitra ritel modern sejauh ini masih akan menggunakan dukungan EDC.
DANA
PT Espay Debit Indonesia Koe sebagai operator DANA siap mengimplementasikan QR Code Indonesia Standard (QRIS). Chief Executive Officer DANA Vincent Iswara menyebut akan memenuhi penerapan aturan dari Bank Indonesia yakni pada awal 2020.
"Kami sudah siapkan semuanya untuk bisa diimplementasikan regulator pada Januari 2020. Kita akan perhatikan pada kecepatan transaksi paling penting. Kami sudah siap untuk standar konsumen yang scan atau mitra yang scan," ujar Vincent dikutip Kontan.
BI menginginkan lewat QRIS ini, nantinya penyelenggara QR Code bisa saling terhubung (interoperabilitas). Vincent belum bisa memprediksi ekspansi mesin EDC sebagai penerima QR pada mitra.
"Kita akan terus ekspansi karena potensinya masih sangat besar. Terdapat 57 juta UMKM di Indonesia. Masih sedikit yang digital. Itu target kita untuk mendigitalisasi mereka," jelas Vincent.
(AM)