Bareksa.com - Jumlah investor yang melirik saham PT Bank Permata Tbk (BNLI) semakin bertambah, sehingga menjadi sentimen pendorong harganya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini bisa memberikan keuntungan pada investor yang memiliki saham BNLI, termasuk reksadana yang memilikinya dalam portofolio mereka.
Setelah sebelumnya dua lembaga keuangan Jepang yakni Mizuho Financial Group dan Sumitomo Mitsui Finansial Group dikabarkan mengincar Bank Permata, Overseas Chinese Banking Corp (OCBC) juga disebut tengah mempertimbangkan menjadi pengendali saham bank tersebut.
Sumber Bloomberg menyebutkan, OCBC sedang mempertimbangkan menawar sekitar 90 persen saham BNLI dari sekitar US$ 1,9 miliar. Bank terbesar kedua di Singapura itu, akan membeli saham milik PT Astra International Tbk (ASII) dan Standard Chartered yang saat ini masing-masing memiliki porsi 44,56 persen.
Melonjak 11,92 Persen
Jika rencana akuisisi Bank Permata oleh COBC ini benar terealisasi, hal itu menambah eksistensi OCBC di perekonomian terbesar di Asia Tenggara. Menyusul kabar tersebut, pergerakan saham BNLI pada perdagangan kemarin di BEI langsung ditutup menguat.
Saham Bank Permata naik 11,92 persen dari Rp950 per saham menjadi Rp1.080 per saham. Bahkan, beberapa waktu lalu harganya tembus hingga level tertinggi di Rp1.090 per saham dengan nilai akumulasi beli bersih (net buy) oleh investor asing sebesar Rp44,59 miliar.
Di marketplace Bareksa, ada dua reksadana yang memiliki saham BNLI dalam portofolio mereka, menurut fund fact sheet periode Juli 2019. Kedua produk itu adalah reksadana campuran HPAM Flexi Plus dan reksadana saham Shinhan Equity Growth.
HPAM Flexi Plus
Menurut data nilai aktiva bersih (NAB) yang dikompilasi Bareksa, kemarin (15 Juli 2019), reksadana campuran HPAM Flexi Plus berhasil mencatatkan kenaikan tertinggi dalam 1 hari dibandingkan dengan seluruh produk reksadana campuran lain yang tersedia di Bareksa. Sejak awal tahun, reksadana campuran yang dikelola PT Henan Putihrai Asset Management ini sudah menguat 10,07 persen.
Dalam fund fact sheet Juli 2019, HPAM Flexi Plus mempunyai saham BNLI sebagai salah satu aset terbesar (top holdings). Kebijakan investasi reksadana ini minimum 2 persen dan maksimum 79 persen pada efek ekuitas, pendapatan tetap, ataupun instrumen pasar uang.
Berdasarkan fund fact sheet Juli 2019, top holdings dalam portofolio reksadana ini adalah:
saham Surya Semesta Internusa Tbk. (SSIA)
saham Chandra Asri Petrochemical Tbk. (TPIA)
saham AKR Corporindo Tbk. (AKRA)
saham Bank Permata Tbk. (BNLI) dan
saham Astra International Tbk. (ASII).
Reksadana campuran HPAM Flexi Plus merupakan pilihan investasi jangka menengah/panjang bagi pemodal yang bertujuan untuk memberikan tingkat pertumbuhan modal yang optimal melalui investasi pada efek ekuitas, efek utang dan instrumen pasar uang.
Reksadana campuran yang diluncurkan pada 18 Juli 2011 ini bekerja sama dengan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Reksadana kelolaan PT Henan Putihrai Asset Management ini mencetak dana kelolaan Rp122,4 miliar per Juli 2019 dan bisa dibeli di Bareksa dengan minimal pembelian awal Rp1.000.000 dan pembelian selanjutnya Rp 500.000.
Reksadana campuran adalah jenis reksadana mengalokasikan dana investasinya dalam portofolio yang bervariasi. Instrumen investasinya dapat berbentuk saham dan dikombinasikan dengan obligasi.
Tujuannya untuk pertumbuhan harga dan pendapatan. Risiko reksadana campuran bersifat moderat hingga tinggi dengan potensi tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi dibandingkan reksadana pendapatan tetap.
Shinhan Equity Growth
Reksadana Shinhan Equity Growth sempat mencetak imbal hasil (return) 2,37 persen dalam sehari pada 14 Agustus 2019. Dalam setahun terakhir, reksadana ini mencatat return 7,04 persen dan selama lima tahun sudah untung 52,26 persen.
Berdasarkan fund fact sheet periode Juli 2019, portofolio investasi reksadana ini adalah:
saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM),
deposito J Trust Bank,
saham PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA),
saham PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk (PGAS), dan
saham PT Bank Permata Tbk (BNLI).
Diluncurkan sejak 15 Agustus 2012, reksadana kelolaan Shinhan Asset Mangement ini kini sudah memiliki dana kelolaan Rp30,71 miliar. Bekerja sama dengan PT Bank DBS Indonesia sebagai bank kustodian, reksadana saham ini bisa dibeli di Bareksa dengan modal hanya Rp100.000.
Shinhan Equity Growth bertujuan untuk memberikan hasil yang optimal untuk para investor dalam jangka panjang melalui proses investasi yang dilakukan secara selektif dan pengelolaan yang penuh ke hati-hatian di dalam pasar modal Indonesia pada efek bersifat ekuitas.
Kebijakan investasinya adalah 80-100 persen dalam ekuitas domestik dan antara 0-20 persen dalam instrumen pasar uang domestik.
Perlu diingat, reksadana saham memiliki eksposur tinggi pada efek ekuitas yang memiliki risiko fluktuasi dalam jangka pendek tetapi berpotensi tumbuh besar dalam jangka panjang. Reksadana jenis ini cocok untuk investor bertipe agresif dan untuk investasi jangka panjang.
Demi kenyamanan berinvestasi, pastikan dulu tujuan keuangan dan profil risiko Anda.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
(KA02/hm)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.