Bareksa.com – PT Federal International Finance (FIF) punya tujuan mulia dalam menerbitkan menerbitkan obligasinya. Tak hanya mengincar target dana, perseroan juga mengalokasikan sebagian porsi obligasinya untuk masyarakat berbasis ritel.
Seperti penuturan Direktur Keuangan FIF Hugeng Gozali saat ditemui wartawan, Jumat, 17 Mei 2019. Hugeng bercerita, perseroan sudah mengusung rencana penerbitkan obligasi kepada ritel Oktober 2018 silam. Saat itu, kata dia, FIF menurunkan nilai nominal pemesanan obligasi dari yang biasanya menyaratkan Rp1 miliar menjadi Rp5 juta.
“Ternyata ada ketertarikan dari para investor ritel. Akhirnya, Februari lalu kami terbitkan lagi untuk denominasi Rp1 juta. Hasilnya ada sekitar 300-500 investor yang melakukan pemesanan,” ujar Hugeng.
Bulan Mei ini, lanjut Hugeng, FIF pun kembali menerbitkan obligasi Rp15 triliun dengan nilai tahap I Rp1,5 triliun. Dan lagi, katanya, perseroan kembali memberikan kesempatan bagi masyarakat berbasis ritel untuk melakukan pemesanan mulai Rp1 juta.
Saat ditanya berapa target penyerapan obligasi oleh ritel, Hugeng mengaku FIF tidak mementingkan nilainya. “Yang penting edukasi kepada masyarakat agar semakin banyak yang tertarik. Misalnya yang pesan berkisar Rp5 juta sampai Rp10 juta nilainya kan tidak seberapa, yang penting edukasinya dulu,” ungkapnya.
Edukasi obligasi korporasi untuk ritel, menurut Hugeng, menjadi tantangan tersendiri terkait karakter jatuh temponya. Tidak seperti deposito, jatuh tempo obligasi korporasi paling pendek adalah 1 tahun.
Untuk obligasi tahap I Rp1,5 triliun ini baru akan dilakukan bookbuilding pada 27 Mei mendatang. Dengan begitu, Hugeng belum mengetahui secara detail berapa pemesanan dari porsi untuk ritel. “Karena kami jatahkan kurang dari 10 persen nilai penerbitan. Sisanya kami serahkan ke institusi,” kata Hugeng.
Seperti diketahui, FIF tidak sendiri dalam menawarkan obligasinya kepada para investor. Setidaknya ada enam penjamin emisi yang membantu penerbitan obligasi FIF yakni Mandiri Sekuritas, BCA Sekuritas, DBS Vickers Sekuritas Indonesia, Trimegah Sekuritas, Indo Premier Sekuritas, dan CGS-CIMB Sekuritas Indonesia.
Target Pembiayaan
Sementara itu, Hugeng mengungkapkan obligasi bukan satu-satunya sumber pendanaan FIF. Selain melalui pembiayaan bersama, FIF juga memiliki sumber pendanaan dari bank.
Hugeng bilang, obligasi hanya satu per empat dari sumber pendanaan FIF untuk melakukan pembiayaan, khususnya kendaraan roda dua dan elektronik.
“Tahun ini, target pembiayaan kami tidak jauh dari realisasi tahun 2018 yang mencapai Rp37 triliun. Tapi kami harap minimum bisa naik 2,5 persen sampai 5 persen,” ucapnya.
Meski tidak terlalu optimistis, Hugeng menyebut, permintaan pembiayaan kendaraan roda dua sudah membaik. Dia berharap momentum ini terus berkelanjutan meskipun industri pembiayaan masih akan dipengaruhi kenaikan suku bunga.
Sejauh ini, lanjut Hugeng, FIF masih fokus pada pembiayaan kendaraan roda dua baik baru maupun bekas.
“Tapi kendaraan roda dua baru masih mendominasi, sisanya roda dua bekas dan elektronik,” pungkasnya.
(AM)