Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 26 April 2019 :
PT Bank Central Asia (BBCA)
Setelah mengakuisisi Bank Royal Indonesia, BBCA segera mengatur arah bisnis anak perusahaan barunya itu. Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja memastikan, Bank Royal bakal menjadi bank yang terfokus ke salah satu segmen bisnis sekaligus menjadi pelengkap layanan perbankan yang saat ini sudah dimiliki BCA.
"Belum bisa kita sebutkan. Sedang dipersiapkan," ujarnya,.
Namun, Jahja mengakui mulanya niat BCA mengakuisisi bank adalah untuk fokus ke segmen digital banking. Hanya saja, seiring berjalannya waktu hal tersebut bisa dilakukan sendiri di BCA, alias tidak perlu secara terpisah.
BCA memboyong Bank Royal seharga Rp1 triliun. Harga tersebut menurut Jahja di kisaran 2,8 kali nilai buku atau price book value (PBV). Nilai pembelian ini menurutnya relatif murah, lantaran banyak bank asing yang berniat membeli bank kecil dengan harga di atas itu, yakni empat sampai lima kali nilai buku. Alhasil, harga tersebut "Cukup masuk akal," jelas Jahja.
Surat Berharga Negara (SBN)
Penerbitan SBN melalui private placement cenderung melambat di empat bulan pertama tahun ini. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan, sejak awal tahun hingga 23 April lalu baru ada empat seri SBN yang diterbitkan lewat mekanisme private placement.
Total nilainya Rp5,64 triliun. Padahal, di kuartal IV 2018, pemerintah cukup gencar menerbitkan SBN lewat private placement. Tercatat ada delapan seri SBN dengan total nilai Rp12 triliun.
Seperti dikutip Kontan, Analis Fixed Income MNC Sekuritas I Made Adi Saputra menjelaskan rendahnya frekuensi dan nilai private placement SBN lebih disebabkan oleh target dan realisasi penerbitan SBN yang tergolong tinggi melalui lelang.
Ini seiring kebijakan front loading pemerintah, yang lebih menggenjot penerbitan SBN di semester pertama. Sebagaimana diketahui, di kuartal I 2019 lalu, pemerintah menargetkan penerbitan SBN lewat lelang Rp185 triliun. Ternyata, realisasinya mencapai Rp221,62 triliun.
"Wajar pemerintah tidak sering melakukan private placement. Apalagi sejauh ini investor masih antusias masuk ke lelang reguler dengan nilai penawaran yang besar," terang dia.
Obligasi Korporasi
Dalam tiga bulan pertama tahun 2019, jumlah penerbitan surat utang korporasi mencapai Rp25,6 triliun. Data Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebut, dari jumlah itu, penerbitan obligasi korporasi masih mayoritas yakni mencapai Rp22,5 triliun. Adapun sisinya adalah medium term notes (MTN) Rp3,1 triliun.
Direktur Utama Pefindo Salyadi Saputra mengatakan, ada 19 perusahaan yang menerbitkan obligasi korporasi, sedangkan tujuh perusahaan lainnya memilih menawarkan surat utang berbentuk MTN.
Walau nampak ramai, Salyadi melihat penerbitan surat utang korporasi baru akan menggeliat pada semester IItahun ini 2019. "Memang kuartal I-2019 masih kecil jumlah penerbitan surat utang, tetapi akan membaik di semester I," kata dia yakin, kemarin. Optimisme ini muncul karena kebutuhan ekspansi dan refinancing perusahaan tahun ini cukup besar. Dari tahun ke tahun jumlah outstanding surat utang korporasi juga terus bertambah.
PT Indosat Ooredoo Tbk (ISAT)
Perseroan memprediksi trafik datanya selama periode Ramadan dan Lebaran bakal meningkat 15 - 20 persen. Manajemen ISAT merinci, trafi k data bisa mencapai 9,3 terabyte (TB) per hari, trafik suara (voice) mencapai 2,1 juta erlang per hari, dan SMS sebesar 125 juta SMS per hari.
Manajemen Indosat mengklaim, kapasitas data ISAT mencapai 18,4 TB per hari. Sementara, kapasitas layanan suara hingga 37 juta erlang per hari dan kapasitas layanan SMS mencapai 975 juta SMS per hari.
Karena itu, Group Head Network Strategy, Architecture, and Solution ISAT Kustanto yakin perusahaan sudah siap melayani pelanggan pada momen Ramadan dan Lebaran.
"Kesiapan ini adalah berkat usaha perusahaan meningkatkan kapasitas, kecepatan, dan kualitas layanannya, khususnya pada jaringan 4G," kata Kustanto.
Pada 2018 misalnya, Indosat meningkatkan penetrasi jaringan 4G dengan cara melengkapi seluruh BTS-nya dengan teknologi tersebut. Terutama di daerah-daerah luar Jawa seperti Medan, Lampung, Banjarmasin, dan Makassar.
PT Bank Pan Indonesia Tbk (PNBN)
Perseroan baru saja merilis laporan kinerja kuartal I 2019. Hasilnya Bank Panin berhasil meraih laba Rp843 miliar, tumbuh 19,31 persen secara year on year (yoy) dari sebelumnya Rp707 miliar.
Pertumbuhan laba ini ditopang dari penyaluran kredit yang mencapai Rp153,2 triliun, atau tumbuh tipis 1,04 persen dibandingkan akhir tahun lalu senilai Rp151,6 triliun.
“Porsi kredit masih ditopang segmen ritel dan komersial mencapai 57 persen dari total kredit, dan sisanya berasal segmen korporasi,” kata Corporate Secretary Bank Panin Jasmin Ginting seperti dikutip Kontan.
Dengan pencapaian tersebut, Bank Panin berhasil meraih aset secara konsolidasi sebesar Rp210,8 triliun. Nilai itu tumbuh 1,73 persen ytd dibandingkan akhir 2018 lalu senilai Rp207,2 triliun.
Sementara penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) telah mencapai Rp138,2 triliun dengan komposisi dana murah sebesar 36 persen.
“Kami terus mendorong pertumbuhan dana murah melalui produk-produk tabungan,” lanjut Jasmin
PT Visi Media Asia Tbk (VIVA)
Perseroan berniat menerbitkan saham baru lewat penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMT-HMETD). Anak usaha Grup Bakrie ini menggelar aksi private placement untuk memperkuat struktur modal. Visi Media akan menerbitkan maksimal sebanyak 1,65 miliar unit saham. Angka ini setara 10 persen dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh perusahaan.
Presiden Direktur PT Visi Media Asia Tbk Anindya Novyan Bakrie mengemukakan private placement akan dilaksanakan setelah mendapatkan calon investor yang berminat. Selanjutnya akan diketahui berapa harga pelaksanaan private placement tersebut.
"Saham akan ditawarkan secara terbuka kepada publik, pemegang saham sebelumnya, pemegang saham dari Grup VIVA, maupun berbagai mitra," kata dia.
Kelak, modal yang diraih dari penambahan saham baru tersebut akan ditempatkan dan disetorkan di seri A. Penambahan ini menaikkan 9,09 persen jumlah modal yang ditempatkan dan disetor seri A, dari semula Rp 1,54 triliun menjadi Rp 1,71 triliun. "Ini awal yang baik, secara umum VIVA Group open for business," ucap Anindya.
(AM)