Bareksa.com- Dua bank BUKU IV atau bank dengan modal inti di atas Rp30 triliun sama-sama membukukan kenaikan laba bersih dua digit pada kuartal I 2019. Pendapatan bunga bersih masih menjadi kontributor utama perolehan laba tersebut.
Bank pertama, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) mencetak laba bersih Rp4,08 triliun pada kuartal I 2019, tumbuh 11,5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp3,66 triliun.
Perolehan laba bersih BNI tersebut ditopang oleh penyaluran kredit perseroan yang membuahkan pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp8,86 triliun atau tumbuh 4,3 persen dari Rp8,5 triliun pada Maret 2018.
Pada kuartal I 2019, BNI berhasil menumbuhkan penyaluran kredit 18,6 persen (yoy) yaitu dari Rp439,46 triliun pada Maret 2018 menjadi Rp521,35 triliun pada akhir Maret 2019. Pertumbuhan kredit BNI didorong oleh penyaluran kredit korporasi swasta yang tumbuh 23,3 persen (yoy) dari Rp132,67 triliun pada Maret 2018 menjadi Rp163,61 triliun pada Maret 2019.
Sementara itu, dana pihak ketiga (DPK) perseroan bertumbuh 16,8 persen, dari Rp492,9 triliun pada akhir Maret 2018 menjadi Rp575,75 triliun pada Maret 2019.
Kinerja keuangan BNI juga tidak terlepas dari pencapaian kinerja anak perusahaan. BNI memiliki 5 anak perusahaan yang meliputi BNI Syariah, BNI Life, BNI Multifinance, BNI Sekuritas, dan BNI Asset Management. Kelima anak usaha tersebut memberikan kontribusi laba pada kuartal I 2019 yang sebesar Rp390,31 miliar atau setara 10 persen laba bersih BNI.
Laba Bersih BRI
Kemudian PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) membukukan laba bersih konsolidasi Rp8,2 triliun pada kuartal I 2019, meningkat 10,42 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp7,42 triliun.
Sama seperti BNI, perolehan laba bersih ditopang oleh penyaluran kredit yang tumbuh hingga dua digit. Per Maret 2019, penyaluran kredit BRI tercatat Rp855,47 triliun atau tumbuh 12,91 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp757,68 triliun.
Kredit mikro masih menjadi penyumbang terbesar terhadap penyaluran kredit BRI dengan porsi mencapai 33,21 persen dari total penyaluran kredit. Angka ini naik dibandingkan dengan posisi Maret tahun lalu 33,13 persen.
BRI juga berhasil menjaga kualitas kredit, tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) per Maret 2019 yang berada di level 2,41 persen atau lebih rendah dibandingkan NPL per Maret 2018 di level 2,46 persen.
Faktor lain yang turut menopang perolehan laba BRI yakni perolehan pendapatan berbasis komisi atau fee based income. Besaran fee based income BRI pada akhir Maret 2019 tercatat Rp3,14 triliun atau melonjak 16,49 persen secara tahunan dibandingkan posisi akhir Maret 2018 yang sebesar Rp2,69 triliun.
Pertumbuhan kredit BRI ditopang oleh penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yang juga tumbuh dua digit pada tiga bulan pertama 2019. DPK BRI tercatat tumbuh 13,18 persen menjadi Rp 936,03 triliun dari Rp 827,06 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi harga saham, harga saham BNI juga melesat seiring kenaikan laba bersihnya. Pada 24 April 2018, harga saham BBNI baru mencapai Rp8.375 per saham, namun pada 24 April 2019 sudah melesat jadi Rp9.800 per saham.
Begitu juga dengan BBRI, harga saham bank mikro terbesar di Indonesia tersebut melesat dari Rp3.490 per saham pada 24 April 2018 menjadi Rp4.400 pada 24 April 2019.
Sumber : Bareksa
(AM)