Bareksa.com – PT Sarana Multigriya Finansial (Persero) atau SMF memperkuat perannya sebagai special mission vehicle (SMV) serta fiscal tools pemerintah. Melalui peran ini, SMF aktif melakukan inisiasi beberapa produk/program.
Di antaranya pembiayaan perumahan di daerah yang terdampak bencana (Program KPR SMF Paska Bencana), program penurunan beban fiskal, program pembiayaan homestay di 4 destinasi wisata, dan program pembangunan rumah di daerah kumuh di 32 kota.
Pada inisiasi pertama yaitu program penurunan beban fiskal direalisasikan melalui pemberian dukungan kepada pemerintah dalam program KPR FLPP.
“SMF berperan dalam mengurangi beban fiskal pemerintah dengan membiayai porsi 25 persen pendanaan KPR FLPP, sehingga pemerintah hanya menyediakan 75 persen dari total pendanaan FLPP dari semula yang sebesar 90 persen,” ujar Direktur Utama SMF Ananta Wiyogo, Rabu, 10 April 2019.
Sejak Agustus 2018 hingga saat ini, SMF telah berhasil merealisasikan penyaluran dana KPR FLPP, kepada 28.932 debitur dengan total penyaluran dana Rp948 miliar melalui 10 bank penyalur KPR FLPP yang merupakan bagian dari realisasi program FLPP 2018 yang sebesar Rp5,896 triliun.
Ananta menambahkan, dengan adanya dukungan SMF, jumlah rumah yang akan dibiayai meningkat dari semula 23.763 unit di tahun 2017 menjadi 57.949 di tahun 2018.
“Hal tersebut memberikan dampak positif yaitu semakin banyak masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang memperoleh fasilitas KPR FLPP disamping adanya penyerapan tenaga kerja dari pembangunan rumah yang berujung pada terciptanya multiplier effect,” tambah dia.
Realisasi penyaluran KPR FLPP tersebut merupakan komitmen SMF dalam program penurunan beban fiskal. Hal tersebut direalisasikan melalui pemberian dukungan kepada Pemerintah lewat program KPR FLPP, yang berkoordinasi dengan BLU PPDPP, Kementerian PUPR.
Program kedua yaitu program pembiayan homestay di destinasi wisata. Ananta menjelaskan, program ini merupakan bentuk dari dukungan SMF terhadap program pemerintah dalam hal pengembangan kawasan wisata untuk meningkatkan devisa.
“SMF bekerja sama dengan BUMDes sebagai lembaga penyalur dan Pokdarwis (kelompok sadar wisata),” katanya.
Ananta mengatakan program pembiayaan homestay diharapkan dapat memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk membangun/memperbaiki kamar rumah yang akan disewakan kepada wisatawan sehingga dapat mendatangkan penghasilan bagi pemilik dan menciptakan lapangan kerja.
Dua destinasi wisata yakni Desa Wisata Samiran, Kecamatan Selo, Boyolali, Jawa Tengah dan Desa Wisata Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Gunung Kidul, Yogyakarta, dibidik untuk menjadi pilot project dalam implementasi program ini. Diperkirakan program tersebut akan selesai di bulan Juli tahun ini.
Program ketiga adalah pembangunan rumah di daerah kumuh, di mana SMF akan bersinergi dengan Dirjen Cipta Karya, KementerianPUPR melalui program KOTAKU (kota tanpa kumuh) untuk turut serta mengatasi daerah kumuh melalui renovasi/pembangunan rumah.
Pembangunan rumah di daerah kumuh tersebut nantinya akan bekerja sama dengan lembaga keuangan mikro (LKM) / Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) yang kemudian disalurkan kepada masyarakat yang membutuhkan.
"Program ini diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat melalui ketersediaan hunian yang layak, serta menciptakan lingkungan rumah yang sehat,” ungkap Ananta.
Program pembangunan rumah di daerah kumuh tersebut diperkirakan selesai pada bulan Mei tahun ini. Pilot project program ini telah berjalan pada Desember 2018 melalui perbaikan 14 rumah di Kelurahan Purwokinanti, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Program ke empat yaitu, Program KPR SMF Paska Bencana. Ananta menyampaikan, dalam program ini SMF akan membantu meringankan beban pemerintah dalam merevitalisasi pemukiman masyarakat pasca bencana alam di Indonesia.
SMF akan berkerja sama dengan perbankan untuk menyalurkan pembiayaan renovasi rumah-rumah masyarakat yang terdampak bencana.
“Untuk tahap awal, program ini akan diperuntukkan bagi 3.000 aparatur sipil negara (ASN) yang terkena dampak bencana alam di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB). SMF akan bekerja sama dengan Bank NTB Syariah sebagai lembaga penyalur pembiayaan KPR pasca bencana,” jelasnya.
Kinerja 2018
Di sisi lain, SMF mencatatkan peningkatan kinerja selama tahun 2018, terutama dalam menjalankan misinya mengalirkan dana dari pasar modal ke penyalur KPR di sektor pembiayaan perumahan. Melalui transaksi sekuritisasi dan penyaluran pinjaman yang mencapai Rp11,88 triliun pada tahun 2018, angka tersebut meningkat 44,34 persen dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp8,23 triliun.
Secara kumulatif total akumulasi dana yang telah dialirkan SMF ke sektor pembiayaan perumahan dari tahun 2005 sampai dengan Desember 2018 mencapai Rp47,52triliun.
Pencapaian tersebut berdasarkan data laporan keuangan audited periode 31 Desember 2018, dengan total aliran dana yang disalurkan selama periode tersebut yaitu dalam bentuk kegiatan sekuritisasi Rp2 triliun dan penyaluran pinjaman Rp9,88 triliun. Total aset SMF di tahun 2018 senilai Rp19,49 triliun, naik 24,5 persen dari tahun sebelumnya Rp15,66 triliun.
Posisi penyaluran pinjaman per 31 Desember 2018 mencapai sebesar Rp15,37 triliun, angka tersebut meningkat 38,5 persen dibanding tahun 2017 yang sebesar Rp11,1 triliun.
“Adapun laba bersih di tahun 2018, mencapai Rp437 miliar, naik 10,1 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp397 miliar,” imbuh Ananta.
Ananta juga bilang, pertumbuhan penyaluran pinjaman juga diiringi dengan penerbitan surat utang korporasi sebagai sumber pendanaan. Selama tahun 2018, SMF telah menerbitkan surat utang Rp5,55 triliun melalui penerbitan obligasi PUB IV Tahap III senilai Rp2 triliun, PUB IV Tahap IV sebesar Rp1,16 triliun, PUB IV Tahap V dengan nilai Rp1,5 triliun serta PUB IV Tahap VI Rp888 miliar.
Sampai dengan akhir tahun 2018, posisi (outstanding) surat utang SMF mencapai Rp10,23 triliun, angka tersebut berdasarkan data laporan keuangan periode 31 Desember 2018.
Sementara itu, terkait transaksi sekuritisasi, sejak tahun 2009 sampai dengan 31 Desember 2018, SMF telah berhasil memfasilitasi 12 kali transaksi sekuritisasi, dengan total nilai akumulatif sebesar Rp10,15 triliun. Sedangkan, untuk kerja sama pembiayaan, SMF telah bekerja sama dengan bank umum, bank syariah, bank pembangunan daerah (BPD), dan perusahaan pembiayaan.
Ananta mengatakan dari seluruh dana yang telah dialirkan, SMF telah membiayai kurang lebih 765 ribu debitur KPR yang terbagi atas 86,05 persen wilayah barat, 13,52 persen wilayah tengah dan sisanya 0,43 persen wilayah timur.
(AM)