Bareksa.com – Menjadi perusahaan publik alias emiten di Bursa Efek Indonesia (BEI) menjadi berkah tersendiri bagi PT Urban Jakarta Propertindo Tbk (URBN). Perusahaan yang bergerak di bidang properti hunian terintegrasi dengan transportasi massal, atau dikenal sebagai transit oriented development (TOD), berhasil meningkatkan kinerja keuangannya tetapi memutuskan untuk menggunakan laba demi pengembangan bisnisnya.
Sepanjang tahun 2018, perseroan meraup laba bersih Rp46,2 miliar atau naik 340 persen. Pencapaian ini tidak lepas dari penjualan atas unit apartemen Gateway Park, Urban Signature, dan Urban Sky.
Sayang, catatan kenaikan laba tersebut belum menggugah manajemen perseroan untuk memberikan keuntungan bagi pemegang sahamnya melalui dividen. “Kami menggunakan laba bersih tahun 2018 untuk modal kerja, belum membagikan dividen,” ujar Direktur Urban Jakarta Tri Rachman Batara di Jakarta, Jumat, 5 April 2019.
Meski begitu, Batara berharap, kinerja keuangan perseroan kembali meningkat di tahun ini. Sehingga, katanya, perseroan sudah bisa membagikan dividen kepada para pemegang saham pada tahun 2020 mendatang.
Terlepas dari keputusan itu, mengutip laporan tahunan 2018, perseroan telah melakukan distribusi dividen pada 28 Juni 2018 kepada PT Nusa Wijaya Propertindo. Jumlah dividen per saham yang didistribusikan adalah sebesar Rp209,1 juta per lembar saham. Jumlah dividen yang dibayarkan pada tahun 2018 adalah sebesar Rp125,4 miliar.
Nusa Wijaya merupakan pemegang 79,94 persen saham Urban Jakarta yang sekaligus merupakan induk usaha perseroan.
Sebagai informasi, Urban Jakarta mengembangkan properti yang menghubungkan sebuah hunian dengan light rail transit (LRT), yang dalam hal ini perseroan bekerja sama dengan PT Adhi Commuter Property.
Capex dan Private Placement
Di sisi lain, perseroan menganggarkan belanja modal alias capital expenditure (capex) sebesar Rp800 miliar di tahun ini. Dari angka itu, sebagian besar dana untuk pembangunan proyek eksisting dan juga untuk uang muka pembelian area komersial seluas 36.000 meter persegi yang bernilai Rp600 miliar.
“Area komersial tersebut akan menjadi proyek tahun jamak perseroan dan menjadi potensi recurring income setelah selesai dibangun pada 2022-2023,” ujar Batara.
Batara juga menyampaikan, pihaknya telah mendapat persetujuan dari pemegang saham untuk menggelar penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) alias private placement dengan nilai maksimal 10 persen dari modal ditempatkan dan disetor.
Batara mengungkapkan, sebagian dari PMTHMETD atau Rp66 miliar telah disetujui dan langsung ditempatkan sesuai perjanjian dengan pihak Ibukota Development Ltd. “Sedangkan sisanya masih dalam proses dan belum dapat disebutkan investornya,” imbuh Batara. (hm)