Laba Bersih Chandra Asri Turun 42,9 Persen, Saham Turun 8,43 Persen

Bareksa • 29 Mar 2019

an image
Direktur PT Chandra Asri Perkasa Suhat Miyarso (tengah) didampingi Direktur PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (CAP) Suryandi (kiri), menyerahkan dokumen perizinan investasi pembangunan pabrik olefins tahap satu kepada Direktur Pelayanan Aplikasi Badan Koordinasi Penanaman Modal Iwan Suryana (kanan) di Kantor BKPM, Jakarta. ANTARA FOTO/Audy Alwi

Laba bersih tahun ini diprediksi masih tertekan karena penurunan harga minyak dunia dan penghentian operasi sementara

Bareksa.com - PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA) mencatat perolehan laba bersih pada 2018 sebesar US$182,3 juta atau Rp2,55 triliun (Rp14.000 per dolar AS), menurun 42,9 persen dari perolehan pada 2017 yang mencapai US$319,2 juta.

Direktur Chandra Asri Suryandi menjelaskan penurunan laba bersih tersebut disebabkan oleh biaya keuangan yang lebih tinggi dan selisih kurs mata uang asing. Tercatat beban pokok perusahaan naik 14,9 persen menjadi US$2,15 miliar dari US$1,87 miliar pada 2017.

“Kenaikan beban pokok terutama disebabkan karena biaya bahan baku yang lebih tinggi, terutama Naphtha yang naik dengan harga rata-rata US$650 per metrik ton dari US$500 per MT sepanjang tahun, yang mencerminkan harga minyak mentah Brent yang lebih tinggi 31 persen secara tahunan,” ujar dia di Jakarta, seperti dikutip Jumat, 29 Maret 2019.

Di lain pihak, pendapatan bersih perseroan naik 5,2 persen ke angka US$2,54 miliar yang disebabkan oleh harga jual rata-rata yang lebih tinggi yang diimbangi oleh penurunan volume penjualan karena kegiatan pemeliharaan terjadwal, pekerjaan tie-in untuk ekspansi kapasitas butadiene dan revamp furnace naphtha cracker.

Sementara tahun ini, Chandra Asri belum melihat adanya peningkatan perolehan laba bersih. Sebab penurunan harga minyak mentah yang berada di level US$60 hingga US$68 per barel berpengaruh signifikan terhadap harga naphta cracker atau bahan baku petrokimia.

Selain itu, perseroan juga berencana melakukan general maintenance dengan menghentikan sementara operasional pabrik selama 2 bulan yang akan mempengaruhi produksi Chandra Asri.

“Namun kami akan menjaga penurunan produksi tidak lebih dari 5 persen pada tahun ini,” papar dia.

Kendati demikian, penurunan produksi dari pabrik ini, akan terkompensasi dengan mulai beroperasinya pabrik polymer, yakni polyethylene yang kapasitasnya naik menjadi 400 ribu ton per tahun dari 300 ribu ton per tahun dan polypropylene yang naik menjadi 590 ribu ton per tahun dari 480 ribu ton per tahun.

Sehingga, pada tahun ini, kapasitas produksi Chandra Asri akan meningkat menjadi 3,5 juta ton dari 3,3 juta ton pada tahun sebelumnya.

Adapun untuk meningkatkan kapasitas produksi tersebut, perseroan sudah menganggarkan belanja modal (capital expenditure/capex) senilai US$465 juta, meningkat dari realisasi penggunaan capex tahun lalu yang senilai US$354 juta.

Head of Investor Relation Chandra Asri, Harry Tamin, mengatakan selain untuk peningkatan kapasitas produksi senilai US$136 juta dari capex tersebut akan digunakan untuk pabrik Chandra Asri Perkasa II (CAP II). Pendanaan capex ini seluruhnya akan dianggarkan dari kas internal senilai US$726,71 juta.

Seiring dengan penurunan laba bersih tersebut, harga saham Chandra Asri juga mengalami penurunan. Secara tahunan, harga saham Chandra Asri menurun 8,43 persen dari Rp6.225 per saham pada 29 Maret 2018 menjadi Rp5.700 per saham pada 29 Maret 2019.


Sumber : Bareksa

Begitu juga secara harian, harga saham TPIA menurun dari Rp5.850 per saham pada 27 Maret 2019 menjadi Rp5.700 per saham pada 28 Maret 2019.


Sumber : Bareksa

(AM)