Bareksa.com - Direktur Strategi dan Kepala Makro Ekonomi PT Bahana TCW Investment Management, Budi Hikmat membagikan pandangannya tentang cara memanfaatkan pasar modal untuk memupuk kemakmuran melalui improvisasi saran Nabi Yusuf tentang kemakmuran.
Budi yang sudah 22 tahun bekerja di Bahana mengatakan, sejak 7 tahun pertama dia bekerja di Bahana, dia sangat terdorong untuk mendalami ikhwal penyebab krisis ekonomi yang kerap terjadi dan bagaimana pilihan kebijakan untuk menghadapinya.
Lalu ketika pada 2004 dia dipromosikan menjadi direktur riset di Bahana, dia lebih fokus untuk mendalami bagaimana cara menghadapi krisis terutama berkaitan dengan berinvestasi di reksadana. Dari berbagai macam studinya, dia berpandangan banyak pandangan masyarakat yang keliru terkait cara memanfaatkan pasar modal untuk memupuk kemakmuran.
Krisis industri reksadana 2005 memberi pengalaman yang traumatis sekaligus mencerahkan. Pada saat itu, banyak investor yang marah dalam menyikapi kejatuhan reksadana ''fixed income” karena terkena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan lonjakan suku bunga BI.
Pada saat itu, dia belajar untuk menenangkan investor bukan dengan presentasi rasional siklus suku bunga yang akan kembali turun. Namun dengan pendekatan emosional bahwa sebagai fund manager dan pribadi, dia berada dalam satu perahu dengan para investor.
Budi pada saat itu juga khawatir akan prospek pertumbuhan aset untuk dana pensiun dan pendidikan anaknya yang terimbas gejolak pasar. Saat itu, Budi menggambarkan kegalauan investor reksadana mirip seperti orang yang mau bunuh diri.
Namun, krisis cepat berlalu dan kondisi pasar dengan cepat membaik menyusul masuknya investor asing memanfaatkan yield SUN yang tinggi. Investor yang tadinya bersikap seperti musuh menjadi akrab layaknya teman karib.
Krisis ini juga melandasi kelahiran structured product dimana investor disarankan berinvestasi seumur instrumen dan menikmati distribusi manfaat yang berasal dari kupon obligasi tanpa harus memikirkan price volatility.
Improvisasi Saran Nabi Yusuf
Dalam menghadapi masalah tersebut, Budi mengimprovisasi saran Nabi Yusuf dalam mengelola dana. Nabi Yusuf mengajarkan, untuk menilai siklus masa gemilang dan malang (business cycle) sebagai keteraturan yang biasa terjadi dalam kurun waktu lima hingga tujuh tahun.
Namun bila direnungkan lebih dalam dan lebih pasti, masa malang cenderung menerpa seseorang ketika memasuki usia pensiun saat tidak lagi menerima pendapatan penuh.Padahal risiko tersebut adalah risiko yang pasti dialami apabila pada saat muda memiliki kesempatan untuk menumbuhkan aset secara teratur.
Karena itu, manusia perlu memahami selalu ada dua jenis risiko di masa depan yang harus diantisipasi agar tetap dalam keunggulan memiliki "sapi gemuk" dan "gandum yang bernas" .
Pertama, risiko "mati terlalu cepat" yang menyedihkan bagi keluarga yang ditinggalkan. Kedua, "hidup terlalu lama" yang membebani keluarga yang membiayai.
Untuk mengantisipasi risiko pertama perlu disikapi dengan memiliki asuransi dengan nilai proteksi yang memadai hingga keluarga yang ditinggalkan dapat berjuang berdikari.
Untuk mengantisipasi risiko kedua perlu dilakukan investasi teratur sejak dini. Fase investasi dapat mengikuti improvisasi saran ekonomi Nabi Yusuf, yakni growth, protection and distribution. Selagi muda, perbanyak investasi dengan menumbuhkan aset melalui reksadana saham dan cicilan properti.
Budi mengatakan, saham memang sering kali bergejolak turun naik, namun dalam jangka panjang merupakan instrumen yang paling cuan. Namun mendekati pensiun, alokasi aset di saham sebaiknya diturunkan untuk mencegah volatilitas dan diganti dengan memperbanyak surat utang negara untuk memproteksi aset.
Kemudian, di masa pensiun sebaiknya berinvestasi di reksadana jenis structured product yang memberikan manfaat secara berkala.
Menurut Budi, ilmu kemakmuran Nabi Yusuf itu mirip seperti mengambil KPR dengan cicilan bulanan. Merupakan sebuah kebahagiaan bila tidak hanya memiliki rumah tinggal, namun juga memiliki rumah yang bisa disewakan.
Lalu, memasuki usia pensiun, yang paling penting bukan lagi menumbuhkan aset, namun bagaimana arus kas yang lancar. Hal ini bisa dilakukan dengan menjadikan rumah seperti mesin ATM, yakni dengan mendapat kucuran cicilan yang dibayar oleh generasi milenial melalui rumah sewa.
Tertarik untuk menyisihkan sebagian dana kamu untuk investasi reksadana? Ayo mulai di Bareksa saja.
Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.
Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.
Untuk mempelajari lebih lanjut soal menabung di reksadana, baca ini : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai
(AM)
***
Ingin berinvestasi di reksadana?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.