Bareksa.com - Berikut adalah intisari perkembangan penting di isu ekonomi, pasar modal, dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Rabu, 6 Maret 2019 :
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI)
Kabar PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) mengakuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) makin santer. Sejumlah sumber yang dikutip Bloomberg menyebut Bank Mandiri menggandeng Morgan Stanley untuk menjajaki kemungkinan kesepakatan pembelian saham Bank Permata.
Menurut sumber Bloomberg yang meminta tidak disebutkan identitasnya, bila mengakuisisi, Bank Mandiri mempertimbangkan untuk menjadi pengendali Bank Permata. Kemudian menggabungkannya dengan Bank Mandiri sendiri atau dengan anak usaha Bank Mandiri yakni PT Bank Mandiri Taspen (Bank Mantap).
Meski begitu, sumber lain menyebut, Bank Mandiri belum memulai pembicaraan formal untuk penjajakan pembelian saham Bank Permata.
PT Indosat Tbk (ISAT)
Emiten telekomunikasi, PT Indosat Tbk (ISAT) mencatatkan rugi senilai Rp2,4 triliun pada 2018. Berdasarkan laporan yang dipublikasikan Selasa (5/3/2019), emiten dengan kode ISAT itu mencatatkan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilikk entitas induk Rp2,4 triliun dari posisi 2017 yang laba Rp1,13 triliun.
Jumlah pendapatan perseroan turun 22,67 persen menjadi Rp23,13 triliun secara tahunan (year-on-year) pada akhir 2018, dibandingkan dengan posisi Rp29,92 di 2017.
PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG)
PT Energi Mega Persada Tbk akan melakukan refinancing utang US$50 juta dari PST Finance Ltd yang diproyeksikan menghasilkan interest cost saving sekitar US$4 juta per tahun.
Energi Mega Persada telah mengantongi izin dalam rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB), Selasa (5/3/2019) untuk menjaminkan seluruh atau sebagian besar aset dan/atau kekayaan perseroan dan/atau anak usaha untuk menerbitkan jaminan perusahaan atau corporate guarantee.
Hal tersebut dalam rangka pendanaan dan/atau pendanaan kembali perseroan. Vice President Investor Relations & Corporate Communications Energi Mega Persada Herwin W. Hidayat mengatakan, fasilitas pinjaman yang akan dilunasi yakni berasal dari PST Finance Ltd dengan jumlah pokok US$50 juta.
Rencananya, emiten berkode saham ENRG itu akan menarik fasilitas pinjaman baru sekitar US$50 juta—US$60 juta dari Elektra Asset Ltd.
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BMRS)
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mengincar kredit dari bank asal China untuk pendanaan US$280 juta-US$320 juta (setara Rp3,95 triliun-Rp4,51 triliun) untuk pengembangan tambang timah hitam dan seng Dairi Prima Mineral di Sumatra Utara.
"Total kebutuhan US$350 juta-US$400 juta. Pendanaan 80 persen kredit bank dan sisanya ekuitas. Saat ini masih negosiasi, dan kami harapkan akan segera rampung," ujar Direktur Herwin Hidayat, Direktur Bumi Minerals.
Saat ini BRMS memiliki 49 persen saham Dairi Prima dan sisanya 51 persen sudah dijual perusahaan kepada China Non-Ferrous Metal Industry's Foreign Engineering and Construction Co. Ltd. (NFC).
PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA)
KKR Jade Investment Pte Ltd menjual 385 juta atau setara 3,28 persen saham emiten produsen pakan ternak dan ayam, PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) kepada publik.
Berdasarkan keterbukaan informasi di laman Bursa Efek Indonesia, transaksi tersebut terjadi pada 20 Februari 2019, dengan harga penjualan Rp2.200 per saham atau Rp847 miliar.
Direktur KKR Jade Investment Jaka Prasetya menyebutkan tujuan transaksi tersebut adalah untuk divestasi. Dengan demikian, setelah transaksi kepemilikan KKR Jde Investment di JPFA berkurang dari sebelumnya 11,65 persen atau 1,36 miliar saham menjadi 8,37 persen atau 981 juta lembar saham.
PT Adaro Energy Tbk (ADRO)
PT Adaro Energy Tbk merilis laporan keuangan konsolidasi untuk kinerja selama 2018. Adaro mencatat penurunan laba bersih 13,5 persen dibanding 2017.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, laba bersih Adaro di 2018 mencapai US$417 juta atau setara Rp5,8 triliun. Laba tersebut turun 13,5 persen dibanding 2017 yang mencapai US$483 juta.
Dari sisi pendapatan, sebenarnya perusahaan mencatat kenaikan cukup banyak dari US$3,2 miliar di 2017 jadi US$3,6 miliar. Namun, dari sisi beban juga tercatat kenaikan signifikan terutama untuk beban lain-lain.
Ditjen Pajak Kementerian Keuangan
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan diburu waktu untuk merealisasikan target kepatuhan formal Wajib Pajak yang mencapai 15,7 juta SPT.
Sampai Sabtu (2/3/2019), penyampaian SPT masih di angka 3,2 juta. Namun, meski harus mengejar 12,5 juta SPT tahunan dalam waktu kurang dari sebulan, pemerintah cukup optimistis target rasio kepatuhan sebanyak 85 persen dari 18,5 juta Wajib Pajak (WP) bisa terealisasi.
“Tumbuh 20,5 persen dari tahun lalu. Hampir 90 persen, semuanya menggunakan e-Filing. Kami sangat menyambut dengan baik,” kata Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Robert Pakpahan, seperti dikutip dari laman resmi Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak, Senin (4/3).
(AM)