7 Strategi untuk Minimalisir Risiko Investasi di Reksadana

Bareksa • 06 Mar 2019

an image
Ilustrasi seseorang menggunakan strategi dalam bermain catur. Investasi reksadana saham obligasi membutuhkan strategi yang tepat agar hasil maksimal.

Reksadana saham maupun pendapatan tetap memiliki risiko fluktuasi pasar

Bareksa.com - Ketika berinvestasi di reksadana, baik dalam reksadana saham maupun reksadana pendapatan tetap, kita berhadapan dengan kondisi pasar. Di antara keduanya memiliki hubungan sebab akibat yang menimbulkan risiko investasi.

Adanya risiko tersebut kadang menyurutkan langkah investor untuk berinvestasi, namun tetap saja ada satu jenis investasi yang mungkin cocok dengan risiko dan kebutuhan kita. Apalagi kalau kita bisa melakukan sejumlah strategi untuk bisa meminimalisir risiko yang ada di portofolio reksadana tersebut.

Berikut ini tujuh langkah yang mudah diterapkan untuk bisa mengurangi risiko portofolio reksadana kita, tidak peduli seberapa fluktuatifnya kondisi pasar, dikutip dari Businessworld.

1. Diversifikasi Portofolio

Sebagai seorang investor, kita harus selalu mencari cara untuk bisa menganekaragamkan portofolio kita dan membatasi eksposur ke jenis investasi tertentu. Diversifikasi bisa dilakukan dengan membagi portofolio investasi kita ke berbagai jenis reksadana dan ke dalam subkategori yang berbeda dari masing-masing jenis.

Misalnya, secara umum di Indonesia jenis reksadana yang tersedia adalah saham, pendapatan tetap, dan campuran. Kita bisa memiliki berbagai jenis reksadana ini dalam portofolio kita untuk disimpan dalam jangka waktu yang berbeda-beda.

Kemudian, produk reksadana saham yang kita miliki juga bisa dibuat beragam. Misalnya, reksadana saham yang memiliki saham papan atas, papan menengah/kecil, saham sektor tertentu dan lainnya.

Demikian pula dalam hal portofolio reksadana pendapatan tetap, kita bisa memiliki berbagai opsi yang tersedia, seperti dana jangka pendek, dana likuid, dan lainnya.

Sejumlah pilihan produk yang tersedia bagi investor reksadana campuran meliputi reksadana campuran seimbang, reksadana campuran yang lebih berat kepada saham, dan reksadana campuran berorientasi obligasi (surat utang).

Masing-masing subtipe investasi jenis saham atau instrumen surat utang tersebut memiliki tingkat risiko yang berbeda-beda. Diharapkan melalui diversifikasi, investor bisa meminimalisir risiko dari setiap jenis investasi.

2. Investasi di Reksadana Papan Atas

Apabila kita adalah investor pemula di reksadana, kita mungkin akan membuat kesalahan klasik dengan menaruh modal besar di reksadana yang menawarkan pengembalian tertinggi di tahun sebelumnya. Padahal, reksadana itu bisa memberikan imbal hasil yang tinggi karena portofolionya di saham-saham tematik atau sektoral yang kebetulan sedang booming saat itu. Cara berinvestasi seperti ini adalah salah satu opsi investasi paling berisiko, karena sifat siklusnya.

Jadi, daripada berinvestasi di reksadana yang memiliki eksposur lebih tinggi ke sektor/tema tertentu, kita lebih baik berinvestasi di reksadana yang terdiversifikasi atau reksadana papan atas. Hal ini bisa mengurangi risiko investasi portofolio reksadana kita.

3. Gunakan Kalkulator Reksadana (Systematic Investment Plan/SIP Calculator)

Jika kita sudah cukup lama berinvestasi di reksadana, kita mungkin akan memahami kebenaran tentang filosofi mendapatkan imbal hasil tinggi dengan berinvestasi ketika harga unit rendah dan menebus unit ketika harga unit tinggi. Strategi ini dinamakan mengatur waktu pasar atau market timing.

Namun, mengetahui timing yang tepat tersebut membutuhkan tingkat keterampilan tertentu dan jika kita adalah investor baru, kita mungkin tidak memiliki keterampilan yang diperlukan untuk berhasil melakukannya.

Untungnya, ada cara alternatif yang bisa digunakan, yakni dengan menggunakan systematic investment plan (SIP) kalkulator. Alat ini membuat kita tidak perlu lagi mengetahui waktu terbaik di pasar. Kita dapat dengan mudah menggunakan kalkulator SIP untuk memperkirakan pengembalian kita.

SIP ini contohnya adalah Kalkulator Perencanaan Investasi di Bareksa. Dengan ini kita bisa menghitung perkiraan jumlah yang kita investasikan dalam waktu tertentu dengan asumsi tingkat keuntungan tertentu demi mendapatkan nilai investasi yang kita inginkan.

Namun, SIP bukan satu-satunya rencana sistematis yang tersedia untuk investor. Jika kita sudah memiliki investasi yang perlu diinvestasikan kembali secara sistematis, kita dapat memilih untuk menggunakan rencana transfer sistematis (systematical transfer plan/STP). Di Bareksa, sudah tersedia sistem auto debit untuk investor yang ingin secara rutin membeli reksadana setiap bulan dengan langsung memotong dari rekening tabungannya.

Pilihan lainnya adalah SWP (systematical withdrawal plan) atau rencana penarikan sistematis. Sama seperti strategi SIP yang membuat kita tidak usah lagi menghitung waktu di pasar, strategi SWP juga membuat kita tidak usah lagi mengatur waktu pencairan reksadana kita. Untuk saat ini, di Bareksa belum ada sistem otomatis untuk pencairan reksadana ini.

4. Ketahui Profil Risiko

Salah satu hambatan terbesar untuk menghasilkan pengembalian tinggi dari investasi kita adalah pemahaman yang buruk tentang profil risiko. Definisi paling sederhana tentang profil risiko adalah penentuan seberapa besar risiko yang bersedia kita ambil terkait dengan investasi kita, termasuk risiko dengan jumlah pokok yang diinvestasikan.

Dalam praktik umum, individu yang lebih muda yang memiliki tanggung jawab keluarga lebih sedikit lebih toleran terhadap risiko dibandingkan dengan individu yang memiliki kewajiban keluarga lebih besar atau lebih dekat dengan usia pensiun. Kita harus menyesuaikan portofolio investasi kita tergantung pada tingkat toleransi risiko yang dapat kita terima.

Misalnya, investasi di reksadana saham memiliki risiko tinggi, tetapi potensi keuntungannya juga tinggi (high risk high return). Sementara itu, investasi di reksadana pendapatan tetap rata-rata memiliki tingkat risiko yang lebih rendah daripada reksadana saham tetapi pengembalian yang relatif lebih rendah.

5. Waspadalah terhadap Penawaran Produk Baru

Penawaran produk baru mengacu pada reksadana baru yang tersedia untuk investor dan biasanya tersedia dengan nilai nominal rendah untuk periode terbatas. Banyak broker menjual produk ini kepada investor terutama investor baru dengan mengatakan hal-hal seperti "NAV rendah dan karenanya lebih murah daripada unit lainnya. Kita dapat dengan mudah menjual dengan harga lebih tinggi segera setelah diluncurkan dan menghasilkan keuntungan", dll.

Dari penawaran tersebut, kita bisa mengambil poin pentingnya, yakni produk baru dengan harga murah ini kadang tidak memiliki rekam jejak yang bisa kita pelajari sebelum menentukan apakah itu merupakan rute investasi yang cocok untuk kita. Jadi, jika kita baru saja mulai berinvestasi dalam reksadana, mungkin lebih baik bagi kita untuk menghindari produk baru ini setidaknya sampai kita telah menciptakan portofolio yang cukup terdiversifikasi.

6. Jangan Ikuti Orang Kebanyakan

Ketika pasar naik terus-menerus, mayoritas investor berspekulasi bahwa itu akan naik lebih lanjut dan meningkatkan investasi. Ini adalah contoh klasik dari reli yang didorong oleh likuiditas.

Namun, kenaikan ini sering tidak berkelanjutan dan mau tidak mau terjadi koreksi pasar, yang merasionalisasi harga saham yang dinilai terlalu tinggi. Jadi, jika kita mendengar cerita-cerita tentang reksadana baru yang luar biasa memberikan pengembalian sangat tinggi kepada teman kita, pastikan kita melakukan riset sebelum berinvestasi.

Hal ini terutama berlaku dalam kasus reksadana sektoral atau tematik yang biasanya bersifat musiman dan memiliki tingkat volatilitas yang tinggi tergantung pada berbagai faktor eksternal. Jadi, jangan ikuti arus secara membabi buta ketika melakukan investasi reksadana, alih-alih teliti reksadana prospektif sebelum kita mendaftar untuk rencana SIP atau melakukan investasi dalam jumlah besar (lump sum) dalam skema semacam itu.

7. Pastikan Likuiditas Memadai

Kekhawatiran utama yang diabaikan oleh banyak investor baru adalah likuiditas. Secara praktis, likuiditas adalah fitur yang memungkinkan investasi dicairkan menjadi uang tunai dengan mudah dengan harga yang wajar dalam periode waktu yang telah ditentukan.

Semakin tinggi likuiditas suatu skema, semakin mudah untuk mencairkan jika terjadi keadaan darurat. Saham dianggap sebagai beberapa investasi yang paling tidak likuid, sementara pasar uang adalah yang paling likuid di antara investasi reksa dana.

Karena itu, penting bagi kita untuk mempertimbangkan menjaga keseimbangan antara investasi likuid dan tidak likuid sehingga kita memiliki likuiditas yang cukup untuk memenuhi biaya darurat yang mungkin terjadi di masa depan.

Kesimpulan

Kita harus selalu ingat bahwa ketika berinvestasi di pasar modal, pengembalian reksadana akan berfluktuasi tergantung pada kondisi pasar yang berlaku. Dengan demikian, kita harus memiliki ekspektasi yang realistis.

Kita juga harus memahami bahwa investasi reksadana memiliki kemungkinan untuk mencetak imbal hasil yang jauh mengalahkan suku bunga tetap, tetapi pengembalian seperti itu pasti tidak akan konstan terutama dalam jangka pendek.

Jadi, ketika berencana untuk berinvestasi dalam reksadana, pastikan kita berinvestasi dalam jangka panjang untuk meminimalisir risiko kita.

Reksadana adalah wadah untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang telah terkumpul tersebut nantinya akan diinvestasikan oleh manajer investasi ke dalam beberapa instrumen investasi seperti saham, obligasi, atau deposito.

Reksadana juga diartikan sebagai salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Simak ulasan tips untuk memaksimalkan keuntungan berinvestasi di reksadana : Tips Menabung di Reksadana Agar Tujuan Investasi Dapat Tercapai

(hm)

* * *

Ingin berinvestasi di reksadana?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa Fund Academy. GRATIS

DISCLAIMER

Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.