Bareksa.com - Anak usaha PT Adhi Karya Tbk (ADHI), PT Adhi Persada Properti, merilis surat utang jangka menengah atau medium term notes (MTN) bertenor 3 tahun dengan jumlah pokok sebesar Rp100 miliar.
Adhi Persada Properti adalah perusahaan pengembang properti yang fokus pada sektor hunian, gedung komersial, dan pengelolaan properti lainnya. Perusahaan ini berdiri pada 1993 sebagai anak usaha Adhi Karya dengan nama Adhi Realty.
Adhi kemudian mengkhususkan Adhi Realty pada 22 Mei 2002 untuk mengurusi bisnis properti dan real estate. Pada 2012, Adhi Realty berganti nama menjadi Adhi Persada Properti, dan tahun 2015 anak usaha Adhi Karya lainnya yakni Adhi Persada Realti juga digabung ke dalam Adhi Persada Properti.
Berdasarkan pengumuman Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), MTN tersebut bernama MTN Adhi Persada Properti V Tahun 2018 Seri A. Kupon yang ditawarkan sebesar 11,25 persen per tahun dan jatuh tempo pada 20 Februari 2022 dengan frekuensi pembayaran tiga bulanan.
KSEI mencatat, Adhi Persada masih punya utang MTN Rp625 miliar yang jatuh tempo pada 5 Oktober 2020. Obligasi ini adalah MTN Adhi Persada Properti IV Tahun 2017 yang dirilis dengan kupon 10,5 persen per tahun.
Perusahaan mempercayakan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) sebagai agen pemantau dan arranger yakni PT BNI Sekuritas.
Kelebihan dan Kekurangan MTN
Kelebihan MTN bagi perusahaan ialah penerbitan MTN lebih mudah dibandingkan dengan obligasi. MTN menjadi salah satu jalan pintas bagi korporasi yang membutuhkan dana dalam waktu cepat.
MTN tidak memerlukan pernyataan efektif dari OJK, tidak wajib didaftarkan di KSEI dan dicatatkan di BEI, dan tidak wajib rating. Di sisi lain MTN menawarkan kupon yang lebih tinggi dan menguntungkan bagi investor.
Kekurangan MTN ialah, jika dirating akan berada 1 notch di bawah obligasi seniornya, meskipun dengan perusahaan yang sama. Misalkan Obligasi Senior PT X mempunyai rating AA, namun jika PT X menerbitkan MTN dan di rating akan menjadi AA-, A, atau A-. Hal itu wajar, mengingat MTN akan memberikan imbal hasil yang lebih tinggi dibanding obligasi senior.
Lalu kekurangan yang lain ialah, posisi pemegang MTN berada di bawah pemegang obligasi senior dan di atas pemegang saham ketika suatu perusahaan terpaksa di likuidasi.
(KA02/AM)