Bareksa.com - PT Timah Tbk memproyeksikan produksi bijih timah pada kuartal I/2019 dapat mencapai dua kali lipat dari target yang dipasang pada 2019 sejalan dengan peningkatan yang terjadi pada awal tahun ini.
Direktur Keuangan Timah Emil Ermindra menjelaskan secara siklus usaha pertambangan timah yang bersumber dari laut akan mengalami penurunan pada musim hujan atau periode kuartal I.
Kondisi itu disebabkan kapal isap produksi (KIP) didesain sebagi pantik berjalan penambangan dan pengolahan bijih timah akan berbahaya bila dipaksakan menghadapi cuaca ombak besar serta badai.
Dengan demikian, biasanya para mitra tambang laut menggunakan waktu kuartal I tersebut untuk pemeliharaan kapal.
Sejalan dengan siklus yang ada, Emil menyebut target produksi rerata sebanyak 2.600 ton stannum (Sn) bijih timah per bulan dalam rencana kerja dan anggaran perusahaan (RKAP). Adapun, penjualan ekspor logam diproyeksikan 2.550 metrik ton (mt).
Akan tetapi, dia mengungkapkan terjadi lonjakkan produksi perseroan pada Januari 2019. Hal tersebut sejalan dengan program penertiban penambangan ilegal oleh pemerintah dan larangan smelter swasta melakukan ekspor.
“Pada Januari 2019, total produksi bijih timah mencapai 6.660 ton Sn atau sekitar 260 persen dari target yang ditetapkan,” ujarnya kepada Bisnis.com, Rabu (13/2/2019).
Lebih detail, produksi tersebut berasal dari tambang darat Bangka 4.800 ton Sn, unit tambang Laut Bangka 200 ton Sn, unit Tambang Belitung 1.060 ton Sn, dan 600 ton Sn dari unit tambang Kepulauan Riau. “Melihat kinerja pada Januari 2019, kami optimistis minimal akan mencapai 2 kali dari target produksi yang ditetapkan,” jelasnya.
Di sisi lain, Emil menyebut produksi dan penjualan logam mencapai 5.210 mt pada Januari 2019. Realisasi itu melebihi 200 persen target yang ditetapkan emiten berkode saham TINS tersebut. Secara keseluruhan, TINS menargetkan total produksi bijih timah dapat mencapai 38.000 ton Sn pada 2019.
Harga TINS Meroket 8,4 Persen
Sumber : Bareksa.com
Pada perdagangan Rabu (13/2), para pelaku pasar telah melakukan penyesuaian terhadap rencana perseroan untuk meningkatkan produksinya. Mengacu pada grafik diatas, harga saham TINS telah ditutup menguat 8,4 persen menjadi Rp1.420 per lembar.
Meski begitu, tak menutup kemungkinan jika harga saham TINS akan melanjutkan penguatannya, seiring respons positif yang diperlihatkan oleh para pelaku pasar sehingga membuat saham TINS sedang menguji level resisten di area Rp1.500 yang terakhir kali terjadi pada 9 Mei 2014 atau 5 tahun lalu.
(KA02/AM)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.