Bareksa.com - Pada perdagangan kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup turun 0,11 persen di level 6.419, melanjutkan reli pelemahan selama lima hari berturut-turut setelah gagal melanjutkan rebound pasca dibuka menguat pada awal sesi perdagangan. Investor asing melanjutkan net sell Rp1,38 triliun, melanjutkan reli aksi jual selama empat hari berturut-turut menyusul penurunan rekomendasi pasar saham ekuitas Indonesia oleh Credit Suisse.
Padahal Bursa Saham Asia mayoritas ditutup menguat dengan Indeks Nikkei 225 Jepang (1,34 persen), Indeks Kospi Korea Selatan (0,5 persen), Indeks Shanghai Composite (1,84 persen), dan Hang Seng Hong Kong (1,16 persen) masing-masing ditutup menguat menyusul optimisme seputar perundingan perdagangan AS - China setelah Presiden AS Donald Trump menyampaikan terbukanya peluang untuk memperpanjang batas waktu yang ditetapkan untuk penaikan tarif.
Di Amerika Serikat, Indeks Dow Jones Industrial Average (0,46 persen), Indeks S&P 500 (0,3 persen), dan Indeks Nasdaq Composite (0,08 persen) masing-masing ditutup menguat.
Bursa Wall Street kembali menguat didorong optimisme seputar perundingan perdagangan AS-China dan data inflasi yang berpotensi mendorong Federal Reserve menahan suku bunganya dalam jangka pendek.
Pelaku pasar cukup bersemangat untuk melakukan aksi beli di bursa saham Negeri Paman Sam seiring dengan kondusifnya perkembangan negosiasi dagang AS - China. Pada hari ini, negosiasi dagang tingkat wakil menteri yang digelar di Beijing berakhir, setelah dimulai sejak Senin.
Hingga Jumat, negosiasi tingkat menteri dijadwalkan digelar, melibatkan Kepala Perwakilan Dagang AS Robert Lighthizer dan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin. Selama negosiasi berlangsung, kedua negara kompak mengeluarkan pernyataan bernada positif.
Kemarin, Presiden AS Donald Trump menyebut dirinya berharap bisa bertemu dengan Presiden China Xi Jinping jika kesepakatan dagang AS-China sudah hampir rampung. Bahkan, Trump menyebut bahwa periode gencatan senjata yang akan berakhir pada 1 Maret bisa diperpanjang.
"Kami bekerja dengan baik di China. Kalau kesepakatan (dengan China) sudah dekat, maka kita akan bisa selesaikan. Saya mungkin bisa menoleransi kesepakatan mundur sedikit (dari deadline 1 Maret), tetapi saya lebih suka tidak," kata Trump saat rapat kabinet, mengutip Reuters.
Itikad baik dari Trump kemudian diikuti oleh kabar Presiden China Xi Jinping akan bertemu dengan anggota penting dari delegasi AS pada Jumat, termasuk Lighthizer dan Mnuchin, seperti dilaporkan oleh South China Morning Post yang mengutip sumber-sumber yang mengetahui masalah tersebut.
Selain damai dagang AS - China, sentimen positif bagi Wall Street juga datang dari rilis data ekonomi. Sepanjang Januari 2019, tingkat inflasi AS diumumkan stagnan alias tak ada perubahan harga. Data ini berada di bawah konsensus yang memperkirakan adanya inflasi sebesar 0,1 persen secara bulana (MoM), seperti dilansir dari Forex Factory.
Sejatinya, data tersebut menunjukkan konsumsi masyarakat AS tak sekuat yang diekspektasikan. Namun di sisi lain, data tersebut berpotensi membuat The Federal Reserve selaku bank sentral AS terus menahan tingkat suku bunga acuan di level yang relatif rendah.
Dengan perekonomian China dan Eropa yang tengah berada dalam tren perlambatan, suku bunga acuan yang rendah memang menjadi opsi terbaik.
Tidak ada anggota FOMC yang dijadwalkan berbicara pada perdagangan kemarin waktu setempat.
(AM)