Bareksa.com - Defisit transaksi berjalan Indonesia tercatat mencapai US$9,1 miliar pada kuartal IV/2018, atau melebar hingga 3,57 persen terhadap PDB. Defisit ini jauh lebih tinggi dari defisit pada kuartal III/2018 yang sebesar US$8,6 miliar.
Meski demikian, Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Bank Indonesia (BI) Yati Kurniati mengatakan defisit ini masih cukup aman karena bisa ditutupi oleh surplus di transaksi modal dan finansial.
"Sehingga, ketahanan eksternal kita masih terjaga dan defisit ini utamanya disebabkan oleh impor untuk kegiatan produktif," ungkapnya dalam konferensi pers, Jumat (8 Februari 2019).
Yati menjelaskan defisit transaksi berjalan ini dibebani oleh defisit pada neraca perdagangan barang. Dari catatan bank sentral, kinerja ekspor non migas melemah karena dipengaruhi oleh perlambatan pertumbuhan permintaan global dan harga komoditas yang menurun.
Ekspor non migas pada kuartal IV/2018 tercatat sebesar US$40,5 miliar atau turun 6 persen dari kuartal sebelumnya.
CAD 2018 Masih Terjaga di Bawah 3 persen PDB
Bank Indonesia (BI) memandang kinerja transaksi berjalan atau current account masih cukup terkendali. Defisitnya, masih terjaga di bawah 3 persen dari PDB.
Walaupun pada triwulan IV-2018, CAD membengkak hingga 3,57 persen dari PDB.
"Defisit neraca transaksi berjalan masih berada dalam batas yang aman, sebesar US$ 31,1 miliar atau 2,98% dari PDB," kata BI, hari ini.
Defisit tersebut terutama dipengaruhi oleh impor nonmigas yang tinggi, khususnya bahan baku dan barang modal, sebagai dampak dari kuatnya aktivitas ekonomi dalam negeri, di tengah kinerja ekspor nonmigas yang terbatas.
Kenaikan defisit juga didorong oleh peningkatan impor minyak seiring peningkatan rerata harga minyak dunia dan konsumsi BBM domestik.
"Di sisi lain, di tengah ketidakpastian di pasar keuangan global yang tinggi, transaksi modal dan finansial mencatat surplus yang cukup signifikan sebesar US$ 25,2 miliar, terutama ditopang aliran masuk modal berjangka panjang. Dengan kondisi tersebut, NPI tahun 2018 mengalami defisit sebesar US$ 7,1 miliar."
Bank sentral memandang, ke depan, kinerja NPI diprakirakan membaik dan dapat terus menopang ketahanan sektor eksternal.
Neraca Pembayaran Indonesia Defisit US$ 7,1 Miliar di 2018
Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV-2018 mencatatkan surplus US$ 5,4 miliar. Bank Indonesia (BI) memandang surplus ini karena ketahanan eksternal terjaga.
Demikian disampaikan Direktur Eksekutif Statistik Bank Indonesia Yati Kurniati dalam konferensi persnya di Gedung BI, Jumat (8/2/2019).
"NPI surplus ditopang oleh peningkatan surplus yang signifikan pada transaksi modal," kata Yati.
Dijelaskan Yati, neraca pembayaran ini adalah transaksi antara penduduk Indonesia dengan penduduk di luar negeri. Baik berupa barang dan jasa.
"Untuk triwulan IV dapat saya sampaikan ini mencatat surplus. Jadi Alhamdulillah ketahanan eksternal Indonesia tetap terjaga. Bulan sebelumnya padahal defisit," ungkap Yati.
Lebih jauh berdasarkan data BI, surplus transaksi modal dan finansial dalam keseluruhan tahun 2018 mencapai US$ 25,2 miliar.
"Peningkatan surplus tersebut didukung oleh membaiknya kinerja investasi portfolio, seiring meningkatnya aliran masuk dana asing pada aset keuangan domestik," kata Yati.
Selama 2018, aliran modal asing yang masuk di portfolio mencapai US$ 9,3 miliar sedangkan untuk Foreign Direct Investment (FDI) mencapaiUS$ 20,1 miliar. (KA02/hm)