Bareksa.com - Harga saham PT Timah Tbk (TINS) pada perdagangan Kamis, 24 Januari 2019 ditutup meroket 17,64 persen dengan berakhir pada level Rp1.100 per saham. TINS bergerak sangat atraktif pada perdagangan kemarin dengan ditransaksikan sebanyak 8.976 kali serta nilai transaksi yang mencapai Rp159,44 miliar.
Berdasarkan aktivitas broker summary, tiga broker teratas yang paling banyak membeli saham TINS pada perdagangan kemarin antara lain RHB Sekuritas (DR) senilai Rp50,49 miliar, kemudian Mandiri Sekuritas (CC) Rp17,38 miliar, dan Mirae Asset Sekuritas (YP) Rp13,03 miliar.
Nilai pembelian ketiga broker tersebut berkontribusi terhadap nilai transaksi keseluruhan TINS masing-masing sebesar 31,67 persen, 10,91 persen, dan 8,17 persen.
Belum Ada Aksi Fundamental
Lonjakan harga saham TINS cukup mengejutkan lantaran belum adanya kabar terkait aksi fundamental dari perseroan yang memengaruhi harga sahamnya. Sementara itu, harga timah di pasar dunia pada perdagangan kemarin menguat 1,24 persen ke level harga US$ 20.805 per metrik ton.
Dari sisi bisnis, perseroan membukukan kinerja konsolidasi yang kurang memuaskan pada kuartal III 2018. Laba bersih perseroan tercatat turun hampir 15 persen karena penurunan harga timah, padahal TINS berhasil meningkatkan jumlah produksi.
Berdasarkan laporan keuangannya, laba bersih TINS turun 14,98 persen menjadi Rp255,55 miliar pada kuartal III 2018, dibandingkan dengan Rp300,57 miliar pada periode yang sama tahun 2017.
Pendapatan pada periode itu hanya naik tipis 2,73 persen menjadi Rp6,8 triliun dari sebelumnya Rp6,62 triliun. Namun pada saat yang sama, beban pokok pendapatan naik lebih tinggi, yaitu sebesar 4,58 persen menjadi Rp5,72 triliun dari sebelumnya Rp 5,47 triliun.
Targetkan Produksi 22.000 Ton dari Tambang Laut
Di sisi lain, TINS menargetkan prototipe atau desain rekayasa terperinci alias detail engineering design (DED) rampung tahun ini. Dengan itu, TINS mengklaim bisa melakukan operasi penambangan timah di laut Bangka Belitung dengan teknologi yang ramah lingkungan.
"Yang (tambang) laut lagi bikin prototipe-nya, tahun ini mudah-mudahan selesai," kata M. Riza Pahlevi, Direktur Utama Timah di sela Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR RI, Senin (21/1) seperti dilansir Kontan.
Riza mengatakan penambangan timah laut tersebut nantinya akan serupa dengan sistem teknologi dalam pengeboran minyak dan gas di laut (off-shore). Hal tersebut juga sekaligus menindaklanjuti arahan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) serta Kementerian Kelautan dan Perikanan yang meminta untuk mengedepankan aspek lingkungan dalam aktivitas penambangan timah di laut.
Menurut Direktur Keuangan PT Timah Tbk Emil Ermindra, pada tahun 2018, perolehan bijih timah yang bersumber dari laut sebesar 19.159 ton sn. Jumlah tersebut naik 7 persen dibandingkan tahun 2017 yang hanya mencapai 17.906 ton sn.
Emil mengatakan, pada tahun ini TINS menargetkan pertumbuhan perolehan bijih timah dari laut sebesar 22.000 ton sn atau naik 15 persen dibanding tahun 2018. Untuk mencapai peningkatan kapasitas produksi itu, TINS berencana menambah empat unit KIP yang pengadaannya dilakukan melalui anak perusahaan yaitu PT Dok Air Kantung (DAK).
Mengenai perhitungan biaya, Emil memperkirakan pihaknya akan membutuhkan dana sekitar Rp70 miliar per unit KIP. Selain itu, empat kapal keruk dan 17 KIP yang ada akan dimodifikasi, diperbaiki dan ditambah kapasitas produksinya dengan anggaran total sebesar Rp635 miliar.
Analisis Teknikal Saham TINS
Sumber: Bareksa
Menurut analisis Bareksa, secara teknikal candle saham TINS pada perdagangan kemarin membentuk bullish candle dengan body sangat besar disertai dengan short lower shadow. Kondisi tersebut menggambarkan bahwa saham ini bergerak positif dalam rentang yang sangat lebar, akhirnya hanya mampu ditutup tujuh tick di bawah level tertingginya.
Volume terlihat mengalami lonjakan signifikan dibandingkan sehari sebelumnya yang menandakan adanya aksi beli serta antusiasme yang besar dari pelaku pasar.
Apabila diperhatikan, pergerakan saham TINS terlihat masih cukup baik dalam fase uptrend-nya yang dimulai sejak awal Desember lalu yang masih konsisten terjaga di atas garis middle bollinger band.
Indikator relative strength index (RSI) juga terlihat berbalik arah naik tajam meskipun sudah memasuki area jenuh beli, mengindikasikan sinyal kenaikan yang cukup kuat dengan target terdekat berada di level Rp1.160. (KA01/hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.