Bareksa.com – Siapa sangka menjadi pemegang saham emiten baru bisa untung hingga lebih dari 6.000 persen? Tapi itulah kenyataan yang bisa kita lihat dari para pemegang saham PT Transcoal Pacific Tbk (TCPI).
Saham TCPI yang sejak 14 November 2018 dalam status suspensi ini telah naik 6.367,4 persen dari harga perdana Rp138 menjadi Rp8.925 per saham. Itu pula yang mendasari Bursa Efek Indonesia (BEI) tak kunjung mencabut status suspensi saham TCPI hingga saat ini.
Mari kita lihat lagi bagaimana pergerakkan saham perusahaan jasa kelautan ini sejak pertama kali diperdagangkan pada 6 Juli 2018. Perseroan yang mendapat efektif penawaran umum saham perdana dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 28 Juni 2018 melepas sebanyak 1 miliar saham ke publik dengan nilai nominal Rp100 di harga Rp138.
Pada hari pertamanya, harga saham TCPI langsung melompat menjadi Rp234 dan terus menguat hingga 18 Juli 2018 ke level Rp1.290. Sehari kemudian, saham TCPI sempat turun tipis 1,55 persen dan kembali naik hingga Rp1.650 per 23 Juli 2018.
Melihat kenaikan harga yang terus terjadi, BEI memutuskan untuk memberi status suspensi TCPI pada 24 Juli 2018. Namun langkah itu tak membuat TCPI berhenti naik. Hingga akhirnya, pada periode perdagangan 25 Juli 2018 sampai 2 Agustus 2018, saham TCPI kembali menguat dan menyentuh level tertinggi baru Rp4.010 yang artinya sudah naik 2.805,8 persen dari harga perdana.
BEI pun kembali memberi status suspensi sehingga saham TCPI tidak bisa diperdagangkan pada 3 Agustus 2018. Sehari kemudian, saham TCPI kembali bisa diperdagangkan dan langsung menguat lagi hingga Rp4.330. Alhasil, saham TCPI kembali kena suspensi BEI dengan jangka waktu lebih lama atau mencapai 10 hari perdagangan hingga 21 Agustus 2018.
Pergerakkan Saham TCPI Periode 6 Juli 2018 – 24 Agustus 2018
Sumber: Bareksa.com
Keputusan BEI kali ini berhasil menekan harga saham TCPI setelah lepas dari suspensi pada 23 Agustus 2018. Dalam sehari, saham TCPI langsung gugur 24,94 persen ke level Rp3.250 dan berlanjut turun lagi 18,15 persen pada 24 Agustus 2018 menjadi Rp2.660.
Namun penurunan harga saham TCPI pada dua hari perdagangan secara beruntun menjadi momentum para investor untuk kembali mengoleksi. Hasilnya, dalam dua hari perdagangan selanjutnya saham TCPI kembeli menguat hingga Rp4.000.
Setelah beberapa kali berfluktuasi, saham TCPI akhirnya terus membentuk level tertinggi baru, mulai dari Rp4.350, sampai posisi terakhir Rp8.925 tepat saat BEI kembali memberi status suspensi hingga saat ini atau sudah selama 28 hari perdagangan.
Pergerakkan Saham TCPI Sejak IPO 6 Juli 2018 – 14 November 2018
Sumber: Bareksa.com
Sekedar informasi, Transcoal Pacific yang baru berdiri pada 15 Januari 2007 adalah perusahaan yang bergerak di bidang usaha pelayaran, angkutan laut, baik orang, hewan maupun barang, penyewaan kapal laut, perwakilan pelayaran dari perusahaan pelayaran laut baik pelayaran tetap maupun tidak tetap untuk pelayaran di dalam negeri dan di luar negeri, agen perkapalan perusahaan pelayaran, penyewaan peralatan pelayaran dan pelayaran luar negeri antar negara (pelayaran samudera).
KPC dan Arutmin
Hingga September 2018, perusahaan yang memiliki aset Rp1,16 triliun ini mencatat pendapatan Rp865,21 miliar atau naik 56,5 persen dari periode sama tahun 2017 Rp552,83 miliar. Meski beban pokok pendapatan terus naik, namun perseroan berhasil meraup laba Rp121,89 miliar atau naik 53,15 persen dari Rp79,59 miliar di September 2017.
Yang menarik dari kinerja keuangan perseroan adalah sumber dari pendapatan tersebut. Tercatat dalam laporan keuangan perseroan, sebagian besar pendapatan Transcoal Pacific berasal dari transportasi laut dengan dua pelanggan besar yakni PT Kaltim Prima Coal (KPC) dan PT Arutmin Indonesia.
Sumber Pendapatan Transcoal Pacific per 30 September 2018
Sumber: Laporan keuangan perseroan
Tercatat, pendapatan perseroan dari KPC mencapai Rp413,26 miliar atau naik 85,97 persen dari Rp222,22 miliar. Sementara pendapatan dari Arutmin mencapai Rp197,4 miliar atau naik 67,76 persen dari Rp117,67 miliar. Perseroan juga memiliki pendapatan dari pihak berelasi Rp254,54 miliar.
Dalam laporan keuangan itu dijelaskan nama pihak berelasi perseroan adalah PT Energy Transporter Indonesia.
(AM)