Bareksa.com - Fluktuasi harga minyak masih terjadi di sekitar level terendah tahun ini. Rabu (26 Desember 2018), harga minyak west texas intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari 2019 di New York Mercantile Exchange berada di US$42,83 per barel.
Harga minyak ini naik 0,7 persen jika dibandingkan dengan harga penutupan Senin (24 Desember 2018) yang ada di US$42,53. Senin lalu, harga minyak acuan Amerika Serikat (AS) ini mencapai level terendah tahun ini.
Harga minyak WTI sudah turun 44 persen dari level tertinggi tahun ini US$76,41 per barel yang tercapai pada 3 Oktober dan turun 28,2 persen sejak awal tahun.
Sedangkan harga minyak brent untuk pengiriman Februari 2019 ditutup pada level US$ 50,47 per barel pada Senin lalu. Harga minyak ini pun merupakan level terendah sepanjang 2018. Sejak awal tahun, harga minyak acuan internasional ini turun 19,79 persen.
Grafik : Pergerakan Harga Minyak Jenis WTI Year to Date
Sumber : Investing.com diolah Bareksa
Akankah Harga Minyak Terus Turun?
Harga minyak sangat dipengaruhi oleh sentimen terkait pasokan ataupun persediaan. Hal ini juga bisa diproyeksikan seiring dengan pernyataan dari para produsen, yang mayoritas diutarakan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Sementara itu, negara produsen yang tidak bergabung dengan OPEC seperti Rusia juga mendukung harga minyak lebih stabil.
Menteri Energi Rusia Alexander Novak kemarin mengatakan bahwa harga minyak akan lebih stabil pada semester pertama tahun depan. "Pada masa pemangkasan yang sudah dikonfirmasi OPEC dan non-OPEC Desember lalu, harga minyak akan lebih stabil dan lebih seimbang," kata Novak seperti dikutip Reuters.
Dia menambahkan, tidak ada permintaan rapat luar biasa dengan OPEC akibat penurunan harga minyak ini. Novak mengatakan, harga minyak turun karena faktor makroekonomi. "Ada faktor fundamental seperti penurunan permintaan pada musim dingin, makroekonomi yang kita lihat seperti penurunan aktivitas ekonomi global di akhir tahun, dan penurunan di pasar saham," imbuh dia.
OPEC dan non-OPEC akan memangkas produksi total 1,2 juta barel per hari mulai Januari untuk menahan penurunan harga minyak lebih jauh. (KA02/hm)