BI Rate tetap 6 Persen, BI Jelaskan Stance Kebijakan pre-Emptive

Bareksa • 20 Dec 2018

an image
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan sambutan pada Pertemuan Tahunan Bank Indonesia Tahun 2018 di Jakarta, Selasa (27/11/2018). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari

The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya jadi 2,5 persen sudah masuk perhitungan BI dan sudah dipriced-in

Bareksa.com - Bank Indonesia (BI) merilis Rapat Dewan Gubernur (RDG) 19-20 Desember 2018. Hasilnya sesuai dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia yang memperkirakan BI 7 day Reverse Repo Rate bertahan di 6 persen.

"Rapat Dewan Gubernur BI pada 19-20 Desember 2018 memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day RR di 6 persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Gedung BI, Kamis (20/12/2018).

Perry dan Anggota Dewan Gubernur lainnya juga memastikan tingkat bunga acuan masih mampu menekan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) ke arah yang lebih rendah.

BI sudah menghitung segala aksi dari Bank Sentral AS (The Fed) hingga kondisi global lainnya.

"Bank Indonesia meyakini bahwa tingkat suku bunga kebijakan tersebut masih konsisten dengan upaya menurunkan defisit transaksi berjalan ke dalam batas yang aman dan mempertahankan daya tarik aset keuangan domestik, termasuk telah mempertimbangkan tren pergerakan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," demikian hasil RDG BI yang disampaikan Perry.

Historikal BI Rate pada Tahun 2018

Sumber : Bareksa.com

BI Jelaskan Stance Kebijakan Pre-Emptive

BI melihat aksi The Fed yang menaikkan suku bunga acuannya 25 basis poin jadi 2,25 - 2,5 persen sudah masuk ke perhitungan atau sudah di-price in. BI sudah lebih pre-emptive dengan menaikkan bunga di bulan sebelumnya.

"Tentu saja adalah arah kebijakan FFR (Fed Fund Rate) di AS. Dari dulu kita pantau kita ukur probabilitasnya, dan kalau lebih dari 50 persen, kita akan pre-emptive dalam merumuskan kebijakan suku bunga kita," kata Perry.

"Kita tidak menunggu sampai FFR naik, tapi kita mendahului responsnya bagian menjaga daya tarik pasar keuangan domestik dan menurunkan CAD. Ini sikap pre-emptive kita," imbuh Perry.

Bahkan, Perry berpandangan risiko dari kenaikan bunga acuan AS kadarnya rendah. Justru hal ini membawa confidence bagi Indonesia.

"Pengaruhnya seperti apa? Risiko akan kita pantau, tapi kadar risiko lebih rendah dari perkiraan kami sebelumnya. Positif bagi confidence ke Indonesia termasuk aliran modal asing dan nilai tukar," papar Perry.

"Pada November kami sudah sampaikan, kami sudah priced in kenaikan bunga (The Fed) di Desember ini dan kenaikan di beberapa bulan ke depan. Kenaikan (BI 7 Day Reverse Repo Rate) November tersebut telah mempertimbangkan kenaikan suku bunga global dalam beberapa bulan ke depan," tegas Perry.

(AM)