Bareksa.com - Pada pagi ini, nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus menguat lagi di perdagangan pasar spot. Penguatan rupiah terus menanjak nyaris mencapai 1 persen dan kurs dolar AS sudah berada di bawah level Rp14.400 per dolar AS.
Sumber: www.xe.com
Pada Kamis (29/11/2018) pukul 10:15 WIB, nilai tukar rupiah berada di level Rp14.384 per dolar AS. Rupiah menguat 0,84 persen dibandingkan posisi penutupan perdagangan hari sebelumnya di level Rp14.506 per dolar AS.
Sebagai informasi, jika dibandingkan dengan nilai rupiah yang sempat menyentuh level terlemahnya tahun ini di level Rp15.233 per dolar AS pada 12 Oktober 2018 lalu, maka hingga saat ini mata uang Garuda telah rebound kurang lebih sekitar 5,57 persen atau 849 poin.
Rupiah mendapatkan energi dari pidato Gubernur bank sentral AS (The Fed) Jerome Powell yang sudah dinantikan pasar sejak kemarin. Powell menyebut bahwa suku bunga acuan AS sudah sangat dekat dengan posisi netral, yaitu tidak mendukung pertumbuhan ekonomi maupun mengeremnya.
Komentar ini jauh berubah dibandingkan pada awal Oktober, di mana Powell mengatakan suku bunga acuan masih jauh dari netral.
"Suku bunga acuan masih rendah berdasarkan standar historis, dan berada sedikit di bawah rentang estimasi yang netral," ucap Powell, mengutip Reuters.
Pelaku pasar membaca Powell mulai sedikit dovish. Artinya, bukan tidak mungkin The Fed akan mengurangi kadar kenaikan suku bunga acuan karena dirasa sudah hampir cukup.
Sikap agak dovish ini juga ditunjukkan dari pernyataan bahwa The Fed akan sangat memperhatikan data, bahkan saat ekonomi tumbuh dengan solid serta angka inflasi dan pengangguran sudah membaik.
Pernyataan Powell datang setelah Presiden Trump mengkritik kebijakan The Fed. Bahkan Trump menegaskan tidak sedikit pun senang dengan Powell dan kebijakannya yang terlalu cepat menaikkan suku bunga acuan.
Disamping itu, pernyataan Powell diperkuat dengan rilis data terbaru di Amerika Serika (AS). Pembacaan kedua pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal III 2018 menghasilkan angka 3,5 persen secara kuartalan yang disetahunkan (quarterly annualized), tidak berubah dibandingkan pembacaan pertama.
Pertumbuhan ekonomi kuartal III 2018 lebih lambat dibandingkan kuartal sebelumnya yang mencapai 4,2 persen. Bahkan The Fed memperkirakan pertumbuhan ekonomi kuartal IV 2018 lebih lambat lagi yaitu di angka 2,5 persen.
Data tersebut menandakan The Fed mungkin tidak perlu lagi untuk memperlambat laju pertumbuhan ekonomi melalui kenaikan suku bunga acuan, mengingat kondisi ekonomi yang terlihat sudah mulai melambat.
Selain itu, dolar AS juga sedang dalam momentum yang kurang baik. Pada pukul 04:59 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenbackterhadap enam mata uang utama dunia) melemah hingga mencapai 0,53 persen.
Komentar Powell menjadi pemberat tersendiri bagi dolar AS yang selama ini kekuatannya lahir dari tren kenaikan suku bunga acuan.
Saat suku bunga naik, maka ekspektasi inflasi akan terjangkar sehingga nilai mata uang tidak tergerus. Selain itu, kenaikan suku bunga acuan juga ikut mengerek imbal hasil investasi khususnya di instrumen berpendapatan tetap (fixed income) sehingga semakin menarik. Berlandasan mencari untung di pasar fixed income, permintaan dolar AS pun akan meningkat.
Namun dengan stance Powell yang kini dibaca pelaku pasar tidak lagi hawkish, maka harapan itu sedikit memudar.
Dolar AS kehilangan power-nya dan mengalami tekanan jual, yang akhirnya membuat mata uang Garuda terapresiasi hingga siang ini.
(AM)