Bareksa.com - Berikut ini adalah intisari perkembangan penting di pasar modal dan aksi korporasi, yang disarikan dari media dan laporan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia, Jumat, 16 November 2018 :
Current Account Deficit/CAD
Bank Indonesia meyakini posisi defisit neraca perdagangan US$1,82 miliar pada Oktober 2018 tidak akan memicu pelebaran defisit transaksi berjalan CAD ke kisaran di atas 3 persen.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, menuturkan proyeksi defisit transaksi berjalan yang ditetapkan di bawah 3 persen pada tahun ini sudah memperhitungkan neraca perdagangan Oktober 2018 yang telah diumumkan oleh Badan Pusat Statistik.
“Defisit neraca perdagangan itu memang benar impornya masih cukup tinggi tetapi perlu diperhatikan di dalam kandungan impor ini ada impor barang modal,” ungkap Perry.
Masih derasnya impor barang modal ini sejalan dengan proyek pembangunan infrastruktur yang masih marak. Kenaikan permintaan domestik antara lain ditopang tingginya pertumbuhan investasi yang berkaitan dengan proyek infrastruktur pemerintah, baik investasi bangunan maupun investasi nonbangunan.
Holding BUMN Infrastruktur
Peraturan Pemerintah terkait dengan pembentukan holding BUMN Infrastruktur tengah memasuki tahap harmonisasi dan ditargetkan rampung pada Desember 2018.
Seperti dikutip Bisnis Indonesia, Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius K. Ro mengatakan Peraturan Pemerintah (PP) tersebut akan menjadi legalitas hukum pembentukan holding BUMN Infrastruktur.
Beleid tersebut mengatur penambahan penyertaan modal negara kepada PT Hutama Karya (Persero) selaku induk holding.
Aloysius mengatakan, holding BUMN Infrastruktur akan terdiri dari enam perusahaan, yakni Hutama Karya sebagai induk, dengan anggota PT Jasa Marga (Persero) Tbk., PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., PT Yodya Karya (Persero) dan PT Indra Karya (Persero).
“PP untuk holding BUMN Infrastruktur sudah mulai dilakukan harmonisasi,” ujarnya.
PT Pan Brothers Tbk (PBRX)
Perseroan tengah menyusun agenda ekspansi tahun depan. Produsen garmen dan tekstil itu menyediakan dana belanja modal alias capital expenditure (capex) US$12 juta hingga US$17 juta. Sumber capex 2019 berasal dari kas internal.
Kalau mengintip catatan keuangan terakhir Pan Brothers per 30 September 2018, duit lancarnya masih mencukupi. Kas dan setara kas perusahaan itu mencapai US$78,92 juta.
Salah satu tujuan penggunaan capex pada tahun depan untuk membiayai pembangunan pabrik di Tasikmalaya, Jawa Barat, senilai US$ 5 juta. Pabrik tersebut bakal beroperasi di bawah PT Teodore Pan Garmindo Tasikmalaya 2.
"Ekspansi Tasikmalaya 2 dengan kapasitas 6 juta pieces per tahun," ujar Iswar Deni, Sekretaris Perusahaan PT Pan Brothers Tbk seperti dikutip Kontan.
PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG)
Perseroan mengantongi kontrak penjualan hingga 94 persen per September 2018 dari target setahun penuh sejumlah 25 juta ton.
Direktur Keuangan Indo Tambangraya Megah Yulius Gozali menyampaikan sampai dengan akhir 2018, perusahaan masih mempertahankan target volume produksi batu bara sejumlah 22,5 juta ton dan penjualan sebesar 25 juta ton. Per September 2018, perusahaan sudah mendapatkan komitmen penjualan hingga 94 persen.
“Volume produksi dan penjualan masih inline dengan target yang direncanakan. Komitmen penjualan Per Sep tember 2018 sudah sebesar 94 persen [dari target penjualan],” tuturnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Per September 2018, pendapatan perseroan tumbuh 21,6 persen year-on-year (yoy) menjadi US$1,41 miliar dari sebelumnya US$1,16 miliar. Laba bersih naik 15,8 persen menuju US$199,41 juta dibandingkan dengan posisi per kuartal III 2017 senilai US$172,19 juta.
PT Wijaya Karya Bangunan Gedung Tbk (WEGE)
Perseroan telah merealisasikan 81,73 persen kontrak baru dari target Rp7,83 triliun yang dibidik pada 2018. Bobby Iman Setya, Corporate Secretary Wijaya Karya Bangunan Gedung, mengungkapkan tambahan sejumlah pekerjaan baru didapatkan perseroan pada Oktober 2018.
Kontrak yang didapatkan pada periode tersebut, di antaranya WIKA Pracetak Gedung Rp78 miliar, Tamansari Tera Property Rp6,7 milar, dan proyek Trans Icon Rp4,4 miliar.
“Kontrak baru per Oktober 2018 yakni Rp6,4 triliun,” ujarnya seperti dikutip Bisnis Indonesia.
Dia mengatakan, pencapaian Rp6,4 triliun itu tumbuh 4 persen secara tahunan. Pada periode yang sama tahun lalu, nilai kontrak baru yang dibukukan anak usaha PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. ini mencapai Rp6,1 triliun.
Dengan realisasi tersebut, emiten berkode saham WEGE itu telah merealisasikan 81,73 persen target kontrak baru 2018. Total nilai yang dibidik pada tahun ini mencapai Rp7,83 triliun.
PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk (NELY)
Perseroan berencana kembali menambah dua kapal tongkang baru pada tahun 2019. Penambahan dua kapal tersebut membutuhkan dana sekitar Rp 60 miliar. Anggaran belanja kapal Pelayaran Nelly sudah termasuk pembuatan tugboat. Biasanya, mereka memang menghabiskan Rp30 miliar hingga Rp35 miliar untuk membuat satu set kapal.
Mereka menyerahkan proses pembuatan kapal kepada anak usaha bernama PT Permata Barito Shipyard & Engineering yang berdomisili di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Adapun rencana belanja kapal Pelayaran Nelly sudah mempertimbangkan proyeksi bisnis pada tahun depan.
"Akan banyak pembangunan infrastruktur di Indonesia timur sehingga tahun depan masih bagus," prediksi Tjahya Tjugiarto, Direktur Utama PT Pelayaran Nelly Dwi Putri Tbk seperti dikutip Kontan.
(AM)